Semangatku untuk bekerja hari ini benar-benar hilang, otakku berpikir keras mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dibuatnya sendiri.
Aku tidak menemukan jawaban apapun yang bisa menenangkan otakku, aku seperti orang bodoh yang kehilangan arah hanya gara-gara cinta.
Ini gila, benar-benar gila.
Perasaanku benar-benar kacau karena semua pengkhianatan bodoh ini.
Tidak seharusnya aku melalaikan tanggung jawab pekerjaanku di kantor, aku seharusnya bisa profesional, membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan walaupun aku harus bekerja untuk pengkhianat bajingan seperti Rafael.
Ah, pria itu. Aku sangat membenci dirinya sekarang.Aku menghapus kasar airmata yang masih jatuh di pipiku, aku akan mencoba untuk tidak peduli dan tidak mengingat kejadian tadi pagi. Aku harus fokus pada pekerjaanku sekarang. Lupakan tentang Rafael dan Erika. Mereka sama saja, memuakkan.
Oh ini sudah waktunya istirahat makan siang, segera saja aku membereskan pekerjaanku dan merapikan meja kerjaku.
Meraih cermin di dalam laci meja, lalu menatap ke arah cermin, aku melihat sesosok wanita dengan mata yang sembab tengah menatap diriku. Pucat tidak berseri, mata bengkak dan sangat kacau, itulah aku. Mengacuhkannya aku meraih lipgloss dari dalam tas dan memulasnya tipis di bibirku.
Oke cukup. Ini akan sedikit memberi warna pada wajahku.
Aku akan pergi ke cafe depan untuk membeli makan siangku atau aku bisa duduk disana sambil menenangkan pikiranku sesaat.Baru saja aku membuka pintu ruang kerjaku, aku langsung di kejutkan oleh pria berbadan besar yang hampir saja menabrakku.
"Qei." Sentaknya.
Tidak. Aku tidak ingin bicara denganmu sekarang.
Aku berusaha menghindari tubuhnya yang sedikit menutupi jalan keluar.
"Qei. Ku mohon. Aku ingin bicara. Aku akan menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kau lihat." Kata Rafael cepat.
Aku meliht kecemasan dimatanya.
Apa yang dia cemaskan?
Aku?
Omong kosong!!
Aku masih berusaha menghindari dirinya dan aku ingin cepat-cepat pergi dari hadapan pria ini.
"Qei!! Dengarkan aku !!" Teriak Rafael.
Aku terkejut dengan teriakannya di hadapannku.
Rafael menarik lenganku paksa, lalu menyeretku kembali kedalam ruang kerjaku.
"Lepas!!!" Aku menarik paksa lenganku yang di cengkeramnya.
"Apa yang ingin kau jelaskan huh? Kau ingin memberitahuku bahwa kalian sedang menjalin hubungan di belakangku? Lalu kemudian tidak lama lagi kalian akan bertunangan? Itu yang ingin kau jelaskan padaku?"
Airmataku tidak bisa kutahan.
Ia jatuh lagi dengan bebas.
Rafael menatap bingung padaku. Ia menggelengkan kepalanya.
"Bukan seperti itu. Biarkan aku menjelaskannya." Katanya lirih.
"Untuk apa? Untuk melakukan pembelaan atas dirimu yang berkhianat ini? Lakukan apapun yang ingin kau lakukan dengan Erika Rafael, aku tidak peduli. Aku mengakhiri hubungan kita." Bentakku. Lalu pergi meninggalkan Rafael yang berdiri tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan.Menarik handle pintu, tanganku di tarik paksa lagi oleh Rafael. Dengan sengaja ia menarik tanganku kasar sehingga tubuhku terhuyung menabrak tubuhnya.
Bibirnya di bibirku, ia menciumku kasar. Dia melumat bibirku dengan amarah, lidahnya melesak masuk ke dalam mulutku berputar-putar. Aku tidak bisa mengimbanginya, aku seperti akan kehilangan nafasku.
Aku berusaha mendorong tubuhnya namun percuma, aku tidak bisa bergerak. Rafael mendekap tubuhku dengan erat.
"Raf. Fael. Lep. Paskan." Ucapku terbata-bata.
Rafael mengacuhkanku.
Bibir Rafael makin dengan kasar menciumku.
Aku menggigit ujung bibirnya ketika aku mendapat kesempatan. Aku bisa merasakan aroma darah diantara bibir kami. Namun Rafael tetap pada posisinya, ia seperti tidak peduli dengan luka gigitan yang aku berikan.Aku kembali menangis di dalam ciuman kami, aku merasa bersalah telah melukainya.
Aku memejamkan mata untuk menghentikan alirannya.
Rafael mengurai pelukannya lalu menangkup wajahku dengan kedua tangannya.
Ia melepaskan tautan bibir kami, aku terengah begitu juga dengan Rafael. Kami berusaha menemukan kembali oksigen tang telah hilang sebelumnya.
Tanganku masih melingkar di lehernya, untuk menahan tubuhku yang lemah dan bergetar hebat, itu salah satu cara agar aku bisa berdiri tegak saat ini.
Aku membuka mata dan mataku terkunci pada tatapan Rafael.
Tatapan itu, tatapan orang yang aku cintai, tatapan kekasihku, aku harus menghindarinya.
Melepaskan tanganku dari lehernya, aku berbalik dan berlari meninggalkan Rafael sendiri di dalam ruang kerjaku. Aku tidak ingin menatapnya lebih lama, itu akan meruntuhkanku.
Aku hanya tidak ingin di khianati.
Dan Rafael melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You are MINE - Sudah Terbit
RomanceWajib follow, vote, n comment Rank #1 in hati Rank #2 in cry (22-11-2018) Rank #1 in cry (28-11-2018) Rank #1 in sadending (28-12-2018) Rank #1 in sedih (11-01-2019) [21+] follow, vote, n comment Qeisya Augrelia, wanita berusia 22 tahun. Ia meru...