Part 38 : Ice Cream

11.6K 303 18
                                    

Roni dan Pria adalah dua orang laki-laki yang tanpa sengaja hadir dalam hidupku. Mereka menawarkan makna persahabatan yang tak biasa hingga tercipta bias-bias kasih yang terlalu sulit untuk dipahami. Keduanya membawaku ke dalam lingkaran hubungan yang sedemikian rumit bagai puzzle labirin. Aku tak mudah untuk memenangkannya dan juga tak sanggup untuk keluar dari permainan semacam ini. Meski begitu aku mencoba untuk tidak memikirkannya. Aku hanya ingin menikmati manis madunya dari hubungan ini tanpa perlu meneguk rasa pahit dan racunnya.

Bersama Roni aku mendapatkan gurihnya kasih seorang sahabat. Sedangkan bersama Pria aku merasakan surga dunia dari sisi yang berbeda. Tak hanya memberikan perhatian khusus sebagai kekasih, Pria juga mengajarkan teknik-teknik bercinta ala homoseksualitas. Darinya aku jadi tahu istilah Top dan Bottom, Seme dan Uke, oralseks, analseks, rimming, dan masih banyak lagi. Pria benar-benar menyeretku ke dalam candu seks lewat tetesan demi tetesan madunya yang membuatku semakin mabuk kepayang.

Berbulan-bulan aku jalani kehidupan semacam ini, hingga aku tidak bisa mengenali diriku sendiri. Aku seperti orang yang tersesat dalam jurang kenikmatan semu dan tak tahu jalan untuk kembali.

''Beno ...'' seru Pria di depan pintu suatu malam saat aku sedang menikmati sebuah ice cream.

''Ada apa, Pria?'' sahutku.

Pria tersenyum manja sambil berjingkat menghampiriku.

''Kamu lagi ngapain?'' ujar Pria sembari bergelendotan di bahuku.

''Lagi makan ice cream,'' jawabku.

''Waw ... aku mau?'' kata Pria dengan suara yang centil-centil manja.

''Ambil aja!'' Aku menyodorkan ice cream ini ke hadapan Pria.

''Bukan ice cream yang ini ... tapi ice cream yang itu,'' tukas Pria sembari melirik genit ke arah selangkanganku.

''Hmmm ... nakal, ya!'' Aku mencubit gemas pipi Pria.

'''Kan nakalnya sama BF-nya sendiri ... boleh ya, lagi pengen, nih!''

''Hahaha ... kamu bisa aja, Pria!''

''I love you, Beib!'' bisik Pria sembari mencumbui leherku, kemudian kupingku dan juga tengkukku, aku hanya menggeliat menikmati setiap sentuhan bibir Pria menempel di permukaan kulitku.

''I love you too, Pria!'' balasku.

Pria menarik kepalaku dan menghadapkannya ke arah wajah dia yang bersih. Kemudian tanpa ragu dia melumat habis bibirku dengan penuh nafsu. Acckkh ... Pria menyeruput bibir bawahku dengan sangat bergairah seperti anak kecil yang menghisap sebuah dot.

''Pria ... kau bagai anggur merah yang memabukkanku!'' ujarku sambil membalas kecupan Pria dengan ciuman yang dahsyat pula.

''Dan kau bagai heroin yang mencandukan diriku, Ben ...'' kata Pria sembari melepaskan pakaianku hingga menyisahkan celana dalam saja.

''Hehehe ... '' Aku tertawa dan Pria juga.

''Bibirmu laksana durian Ben, lembut dan lumer di mulut,'' kata Pria.

Aku cuma tersenyum.

''Tubuhmu bagai semangka yang menyegarkan dahaga!'' Pria mengusap lembut leher dan dadaku, kemudian dengan ganjen jemarinya mencubit mesra kedua pentilku.

Aku hanya geleng-geleng kepala dengan senyuman tipis.

''Putingmu seperti buah cherry ... imut tapi manis!'' Pria memainkan pentilku dengan usapan manja, sehingga aku merasakan ada setruman yang menjalar ke sekujur tubuh. Oughh ... tanpa sadar aku menggeliat dan memerem-melekan mataku berulang-ulang.

''Aku tak bosan ingin menikmatinya, Beno!''

Kepala Pria merunduk dan mulai mendekati dadaku, sejurus kemudian laki-laki ini menjulurkan lidahnya dan perlahan menjilat-jilat lingkaran putingku dengan sapuan basah yang menggelora, sehingga badanku bergidik seperti tersengat aliran listrik.

Aaaackkkh ... aku mendesah mengekspresikan rasa geli tapi nikmat yang kudapatkan.

Ough ... aku tidak dapat mengontrol tubuhku saat Pria mendorong diri ini dan menjatuhkannya di atas kasur. Dengan gesit dia menubrukku, lalu dia membentangkan kedua tanganku dan mulai menjilat ketiakku dengan sangat liar seperti perempuan jalang.

Aaaacchhh .... aku cuma mendesis seperti seekor ular setiap kali lidah Pria mengusap lembut permukaan kulit ketiakku, hingga aku menggelinjang tak karuan.

Pria tersenyum menggoda melihatku bergerak ke kiri dan ke kanan seperti seekor cacing yang kepanasan. Lalu tiba-tiba dia bangkit berdiri dan mengambil ice cream yang kusimpan di meja. Selanjutnya Pria menyendok ice cream tersebut dan meletakannya di atas dada, puting, perut, pusar dan juga pubisku. Aku benar-benar terkejut, karena saat gumpalan ice cream itu menyentuh tubuhku, aku merasakan ada sensasi dingin yang menggelitik, tapi asik.

Ough ... tidak! Apa yang akan dilakukan oleh laki-laki berwajah tampan ini dengan tumpahan ice cream itu di tubuhku? Ackkh .... sungguh, gila!

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang