Semangat Kawan!

31 3 0
                                    

Sekitar hampir dua jam mereka bedua masih membahas Siska di dalam kamar. Raka terus menceritakan semua yang ia sudah perbuat selama dua minggu ini kepada Siska. Setelah itu, Fahri memberi tanggapan dan saran untuk Raka atas masalahnya. Namun, tak semua saran dari Fahri ia setujui.

Fahri melipatkan kedua tangan di dadanya yang masih dalam berposisi duduk di atas kasur. "Tapi, akhir-akhir ini gw gak sengaja sering liat Siska berduaan sama cowok." Katanya yang ia jeda sambil melirik Raka.

Raka langsung tertarik setelah mendengar kalimat 'berduaan sama cowok' dari Fahri.

"Gw perhatiin nih ya.. mereka tuh kayak udah deket banget. malah gw mikirnya dia adalah cowoknya Siska. Tapi! Mana mungkin Siska berani pacaran ya kan?" Badan Fahri langsung  bangkit hanya saja kedua kakinya masih tertekuk di kasur.
"Apa jangan-jangan, Dia calonnya Siska?" Telunjuk Fahri ia keluarkan dan matanya sedikit melotot dengan tebaknnya barusan. Ia hanya menebak-nebak saja karna sering melihat Siska dengan cowok yang ia maksud.

"Terus apa hubunganya gw sama dia?" Jawab simpel Raka.

Jawaban Raka langsung membuat tubuh Fahri yang tadi bangkit jadi menurun kembali.

Fahri membuang nafas menyesal. "Iya juga sih.."

"Enggak cuman lo doang kok yang liat. Gw juga pernah." Kata Raka yang masih duduk di kursi belajar. "Cowoknya itu nyelamatin Siska yang hampir kesrempet motor di deket Masjid. Ya.. tapi kejadiannya itu udah lama sih, saat gw baru sehari di disini.'' Lanjutnya dengan ekspresi masam.

"Kok muka lo asem gitu? Katanya gak ada hubungannya sama lo... Tapi itu, ekspresinya kayak gitu. Aneh lo!" Fahri melempar cepat salah satu bantal ke arah Raka.

Spontan, kedua tangan Raka langsung menangkap. Setelah itu, bantalnya tersebut ia langsung lempar kembali. Namun, ke arah kasur saja tidak mensasari ke arah Fahri. Raka bukan tipe orang yang pembalas dendam.

"Ok! Kita lupain itu! Sekarang, tugas lo emang hanya membahagiakan dan menjaga Siska itu aja titik!" Pukul Fahri pada dasar kasur. "SEMANGAT KAWAN!!" Fahri memberi senyum pada Raka.
Fahri langsung bergegas turun dari kasur. "Udah ye. Gw mau langsung cabut udah hampir jam sembilan malem." Tangannya mengambil Tas dan jaket yang ada di kasur.

Raka bangkit dan mengikuti Fahri yang berjalan keluar kamar.

"Bro gw pulang ye. Gw yakin, semua bakal baik-baik aja. Yang penting, lo bisa bertanggung jawab kalau lo buat kesalahan ok?" Pesan Fahri saat sudah di bagasi.

"Insyaallah..  do'ain aja, Ri. Makasih, lo udah kasih waktu buat obrolin hal ini." Raka merasa tak enak hati dengan temannya itu.

"Santai.." Fahri mulai menaiki motornya." Oh, iya. Kasih salam buat Papah lo, ya." Katanya sebelum mamakai helm yang sudah di tangannya. Sesudah memakai helm, dan posisi motor sudah mengadap gerbang untuk keluar Fahri pamit kembali. "Gw cabut. Assalamu'alakum."

"Wa'alaikumsalam"

         
                          ÷÷÷÷

Dengan satu Tangan, ku dorong pintu masuk minimarket.

Kreekkk...  

Tubuhku langsung merasakan perbedaan suhu saat sebelum dan sesudah masuk minimaket. Kulihat cukup bayak orang di dalam. Banya yang sedang mengantri di kasih dan juga yang lalu lalang saat berbelanja. Wajar, malam adalah waktu yang paling ramai di tempat seperti ini.

Aku mengorek-ngorek saku celana untuk mengambil selembar kertas catatan belanja yang sudah di tulis oleh bunda. Selanjutnya ku buka lipatan kertas tersebut.

Barang yang di beli:
1. Gula pasir = 1
2. Teh celup = 2 pack
3. Roti tawar = 2
4. Tissue = 1 ( yang besar)
5. Sampo = 2 botol
6. Sabun mandi yang cair = 2 botol

Banyak juga ya..

Hampir 15 menit kuhabiskan untuk mengambil barang yang kubeli. Saat ke memasuki tempat barang-barang untuk mandi, tak sengaja aku bertemu sosok yang ku kenal. Ia di samping yang sedang memilih sebuah sampo.

''Ririn?" Ucapku.

Ia langsung menengok.


End



Penyesalan Berunjung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang