BEBERAPA bulan kemudian. Saat libur kenaikan ke kelas 11.
Hari Minggu ini biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa seperti hari lainnya. Selama liburan kali ini, Kyra hanya menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Bangun tidur, bersih-bersih rumah, dan memasak. Paling kalau keluar, hanya ke pasar membeli bahan makanan dan minimarket kalau sedang beli mie instan. Sebenarnya, ia ingin sekali belajar merajut atau menulis, tapi rasa malas tengah menguasainya.
Ayah sudah pulih dari beberapa minggu yang lalu. Sebenarnya, beliau bisa kembali bekerja sebagai mandor bangunan, tapi malah mundur. Katanya, ia sudah bosan menyuruh bawahannya dan marah setiap mereka membuat kesalahan. Untungnya, beliau tidak sengaja bertemu dengan Ayah Mikha waktu ayah dirawat. Akhirnya, ia bisa ikut bekerja di The Classical sebagai koki. Tetapi, hari ini beliau ijin karena ingin menemaninya di rumah.
Kalau Kyra? Ia memilih mengundurkan diri dari The Classical sebagai tukang cuci piring. Lagipula, dirinya agak malu bila harus bekerja bersama-sama dengan ayahnya. Ia juga ingin fokus belajar dan membangun mimpinya di kelas 12 ini.
Tentang Mikha. Hmm, entahlah. Kyra tidak tahu mengenai kabar terbarunya saat ini. Semenjak kejadian itu, laki-laki itu tidak pernah muncul di Cendekia, bahkan saat pekan ujian kenaikan kelas. Sebenarnya, ia rindu satu sekolah lagi, satu kelas lagi. Bisa melihat betapa lucunya ia saat belajar atau betapa manjanya saat makan siang bersama. Kata Bu Frisca, ia masih tetap menjadi bagian dari Cendikia, tidak keluar dan kembali mengikuti homeschooling. Tapi, Kyra belum pernah menemuinya hingga saat ini.
Walaupun Ayah sudah mendapatkan pekerjaan tetap, mereka tidak berniat pindah rumah. Rumah kontrakan kecil di lantai dua yang tidak memiliki kamar tidur tetapi memiliki balkon untuk melihat bintang di malam hari. Makan, tidur, bahkan nonton TV dilakukan di tempat yang sama.
Alasan mengapa mereka tidak ingin pindah karena banyak kenangan yang terukir di tempat ini. Dimana ini menjadi tempat perlindungan terakhir keluarganya setelah rumahnya dijual dan harta mulai habis. Menjadi tempat terakhir merawat ibunya sebelum dibawa ke rumah sakit dan pergi untuk selamanya. Menjadi tempat paling berharga di dalam Kyra dan ayahnya. Juga, menjadi tempat yang penuh dengan warna saat Mikha ada bersama-sama mereka. Semua itu indah, sulit untuk dilupakan.
Saat Kyra dan ayahnya sedang asyik menonton berita di TV, terdengarlah suara ketukan pintu. Sebenarnya, ia malas jika ada seseorang datang mengganggu akhir pekannya. Ia bangun dan segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat tamu itu ialah Mikha dan juga ayahnya.
"Hai, Kyra!!" sapa Mikha ramah. Dirinya masih sama. Badan tinggi besar, rambutnya yang dibelah kiri, dan pipi mengembang yang seakan-akan membuat gemas Kyra sendiri. Laki-laki itu mengangkat sebuah plastik makanan, "Kamu pasti belum makan, kan??"
"Mikha....." Senyuman sumringah mulai terbit dari bibir gadis itu. Tanpa ragu-ragu, Kyra langsung loncat dan memeluk Mikha. "Kangen...."
Tiba-tiba, suara dehaman ayah Mikha mengalihkan perhatian mereka dan membuat mereka langsung salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TLS-1] My Cutie-Idiot Boy ✅
Teen Fiction#1 of Teenagers Life Series. Pernahkah kamu bertemu dengan seorang yang asing? Bahkan orang asing itu harus tinggal bersama dirimu? Itulah yang dirasakan Kyra Febiola, seorang gadis sederhana yang bertemu Mikha, orang asing yang katanya lupa inga...