Bab 28

79.4K 5.6K 765
                                    

Kisselle mengusap jejak air matanya dengan perasaan terluka. Ia tidak bisa  berbuat apa-apa saat ini. Ada seseorang yang harus ia prioritaskan dari hal yang lain. Beberapa saat lalu ia nyaris kehilangannya, meski ia sempat menolak kehadirannya tapi bukan berarti bahwa ia akan menolak jika buah hatinya sudah hadir. Kisselle tidak sekejam itu, ia hanya tidak ingin hamil dalam waktu dekat, namun dia hadir tanpa Kisselle duga dan Kisselle mensyukuri itu. Bagaimanapun juga Kisselle calon ibu sekarang, dan anaknya adalah harta tak terkira yang Tuhan berikan kepadanya.

"Elle?"

Kisselle yang tengah melamun seraya mengelus perutnya menoleh ke ambang pintu. Bella berdiri di sana dengan wajah kusut, membuat Kisselle tersenyum geli seketika. Biarkan Kisselle melupakan masalahnya sejenak, Geon tidak penting lagi baginya, selama ia bersama anaknya, Kisselle tahu ia akan baik-baik saja tanpa Geon sekalipun. Ia sudah tidak peduli. Betapa besar luka yang ditorehkan Geon untuknya. Jika memang Vinnie lebih penting bagi Geon, maka saat itu Geon tidak penting bagi Kisselle.

"Lo gak papa, kan?" tanya Bella dengan wajah konyolnya. Dia meringis membayangkan bagaimana sakitnya ada di posisi Kisselle dan juga ibu-ibu lainnya yang pernah mengalami pendarahan.

"Gak papa dari hampir keguguran itu gimana ya? Coba jelasin!" sahutnya sambil menggeram karena Bella tampak bodoh dengan tampang kebingungan itu.

"Ya maksud gue sekarang lo gak papa kan?"

Kisselle tersenyum. "Gak papa. Selama anak gue selamat gue gak papa," jawabnya.

"Syukur deh. Tapi laki lo apa banget deh malah pergi. Gila emang tuh orang."

Kisselle memaksakan senyum, tidak menanggapi perkataan Bella. Beruntung suster datang untuk memindahkannya ke ruangan baru yang kualitasnya lebih baik agar ia tenang. Namun tetap saja pikirannya terus tertuju pada Geon dan Vinnie. Meski ia sudah menekankan bahwa Geon tidak penting lagi, tapi luka dan rasa kecewanya tidak bohong bahwa ia ingin membalas dendam. Jika saja membunuh orang bukanlah sebuah dosa, mungkin sejak melihat kedatangan Vinnie di pesta pernikahannya sudah Kisselle bunuh dengan cara paling kejam agar hubungannya  dengan Geon tidak seperti ini. Tapi bukankah itu tidak adil? Meskipun Vinnie menggoda dengan segala bentuk godaan terdahsyat, jika Geon adalah orang baik dan menghargai istri, niscaya dia akan bertahan dari segala godaan itu. Namun itulah manusia, mereka tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Terlebih lagi istilah mantan lebih menggoda benar-benar asli kebenarannya. Kelar sudah rumah tangga Kisselle.

"Tapi, Elle..." gumam Bella seperti teringat akan sesuatu. Kisselle yang semula memejamkan mata langsung membukanya dan menoleh kepada Bella. "Urusan suami lo sepenting apa sampe dia ninggalin lo yang baru selesai sekarat? Kayaknya itu bapak-bapak kurang asem banget ya, minta gue cabein terongnya," lanjutnya menggebu-gebu seperti biasa.

Kisselle hanya tersenyum miris sambil menghela napas. "Penting banget. Masalah dia yang belum kelar dari dulu, nyawa gue kalah penting," jawab Kisselle seraya kembali memejamkan matanya.

Bella menatapnya dengan dahi mengerut, menemukan sesuatu yang tidak biasa pada diri Kisselle. Meskipun Kisselle adalah orang yang super cuek, namun masalah seperti ini tidak seharusnya Kisselle secuek ini. Dan lagi, Bella melihat beberapa kali Kisselle memaksakan senyum juga padangannya yang kosong. Bella tidak tahu apakah dia  masih terkejut mengenai kehamilannya dan hampir kehilangan anaknya, atau karena masalah lain. Tapi yang Bella yakini, ada sesuatu terjadi namun Kisselle berusaha menyembunyikannya. Ia tahu Kisselle lelah, itu terpancar jelas dari matanya. Dan Geon, pasti pria itu penyebabnya karena  sejak tadi Kisselle selalu berusaha menghindari pembicaraan mengenai pria tak berotak itu.

Bella meraih tangan Kisselle, menggenggamnya pelan. Kisselle tidak bergeming, wanita itu tertidur dengan mudahnya. Masih dengan menatapnya iba, Bella tidak mampu menahan gejolak dijiwanya untuk menjaga Kisselle dari suaminya. Ada perasaan yang begitu kuat, sebuah keinginan untuk menjauhkan Kisselle dari Geon. Ia tidak mau melihat sosok teman yang sudah seperti kakaknya sendiri menderita, terlebih lagi sekarang tengah mengandung. Jika Bella mendapati Kisselle masih disakiti oleh Geon, maka jangan harap Kisselle mampu mengatakan tidak jika Bella membawanya pergi.

Kamu akan menyukai ini

          

***

"Kamu gak apa-apa?" tanya Geon pelan menatap Vinnie yang terbaring lemah setelah tertidur selama beberapa jam.

Geon begitu khawatir terhadap dua wanita yang tengah mempertaruhkan nyawa dalam waktu yang sama. Meski kekhawtiran Geon lebih besar terhadap Kisselle, namun ia tidak bisa meninggalkan Vinnie yang masih belum sadar setelah mendapatkan donor darah. Setidaknya Geon meninggalkan Kisselle yang sudah berhasil berjuang melawan maut, dan ada Bella yang menjaganya. Tapi Vinnie? Dia sendirian.

"Sebaiknya kamu istirahat, Nira. Aku gak bisa lama-lama di sini, istri aku juga sedang dirawat, dia hampir keguguran," ucap Geon lagi karena pertanyaan sebelumnya tidak mendapat respon dari Vinnie. Wanita itu hanya menatapnya tanpa bergerak.

Namun kali ini Vinnie merespon dengan kerutan di dahinya. "Dia hamil?" tanyanya dengan suara tercekat.

"Iya, aku harus menemani dia."

"Terus gimana sama aku? Aku pikir setelah kamu ngeliat aku sekarat kamu bakal balik lagi jadi kamu yang dulu," sahutnya  dengan suara bergetar.

Geon menghela napas. Ia meraih tangan Vinnie dan menggenggamnya. Sejak menunggu Vinnie sadar, baru sekarang ia menyentuhnya. Karena setiap ia menatap Vinnie, Geon selalu teringat akan Kisselle dan calon anaknya. Ia tidak mau merusak janjinya kepada Tuhan. "Nira, aku udah bilang sama kamu, kita udah selesai sejak kamu memilih ninggalin aku. Dan soal aku janji akan nunggu kamu, ok, aku memang berjanji, dan aku minta maaf karena gak bisa menepati itu. Biar aku yang berdosa, kamu jangan ikut terjun ke kubangan dosa dengan berusaha terus mendapatkan aku yang sudah dimiliki wanita lain. Itu gak baik, Nira. Kamu pantas mendapatkan yang lebih, yang setipe sama kamu. Aku bukan untuk kamu lagi, Kisselle sudah memegang kunci surgaku yang kamu buang beberapa tahun lalu."

Vinnie terisak sambil memejamkan matanya meresapi rasa sakit yang kian menggerogoti hatinya. Penyesalan menyiksanya dengan begitu kejam, ia tidak tahu bahwa keputusannya akan menjadi seperti ini. Ia pikir, Geon akan memperjuangkannya, tapi ternyata tidak. Kenyataan bahwa batu saja bisa berlubang hanya karena tetesan air, apalagi dengan hati manusia? Itulah kuasa Tuhan. Namun jodoh siapa yang tahu? Mungkin saja tuhan menjodohkan Geon dengan Kisselle hanya sementara seperti dirinya dengan Geon dulu. Jika bumi masih berputar, bukankah itu artinya masih bisa untuk berharap dan berjuang?

"Nira, kamu jangan seperti ini. Kita-"

"Pergi. Temenin istri kamu. Aku gak papa," ucap Vinnie memotong ucapan Geon dan seketika tangisannya berhenti meski sesekali air matanya mengalir dan tersedu.

"Kamu yakin?" tanya Geon ragu.

"Nggak pun kamu akan tetep pergi kan?" balasnya tajam menatap Geon dengan penuh luka.

"Maaf," gumam Geon. "Aku pergi. Kamu jangan melakukan hal gila lagi, Nira. Jangan buat saya khawatir,"  ucapnya namun Vinnie tidak merespon. "Nanti saya ke sini lagi, ya?" lanjutnya dan lagi-lagi tidak mendapatkan respon. Geon pun langsung beranjak keluar dengan langkah cepat. Hari sudah sore, ia yakin Kisselle pasti dipindahkan ke kamar baru karena ia sudah memintanya kepada pihak rumah sakit agar diberikan kamar yang paling nyaman. Tapi sialnya Geon tidak tahu di mana kamarnya. Dan lagi, Geon baru ingat kalau ia ditunggu oleh dokter yang menangani Kisselle. Dengan penuh sesal Geon menghela napas. Berdosalah dia menelantarkan istri. Namun ia punya alasan akan hal itu.

Tiba di resepsionis. "Maaf, Sus. Ruang Dokter Naina di mana ya? Dan ruangan pasien atas nama Kisselle Altteza," tanyanya pada seorang suster.

"Ruangan VIP nomor 025, Pak. Kalau ruangan Dokter Naina, Bapak tinggal lurus ke jalan ini terus belok kiri nanti di sebelah kanan ada pintu tulisannya nama dokter Naina," jelas si suster dengan jelas.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang