Ch. 2 : Rumput

189 19 1
                                    


"akhirnya aku mengerti, dunia yang penuh kebebasan inilah yang menakutkan...

semua orang memiliki kebebasannya masing-masing, aku memiliki kebebasanku sendiri, tapi mengapa kebebasan itu begitu menakutkan? 

seakan-akan, aku ingin ada sesuatu yang membatasi atau mengaturku dari kebebasan ini."

Sang Putri bersandar di bawah Pohon Maple yang daunnya berwarna oranye cerah. Pohon itu berdaun rindang sehingga memberinya keteduhan dari sinar matahari siang yang panas. 

Menarik nafas panjang, Sang Putri merebahkan tubuhnya dan memandangi hamparan karpet hijau di depannya.

Udara di taman kerajaan ini sangat segar, karena keasriannya dijaga penuh oleh Sang Raja dan tidak pernah  diganggu oleh para bangsawan yang rakus.

tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dengan bebasnya. Kebebasan yang menakutkan.

"Kupikir, kalianpun takut akan kebebasan, bukan?" kata Sang Putri

"Karena dalam kebebasan yang tak berujung ini, ada kematian dan kehidupan di saat yang sama, tidak ada yang tahu kapan kau dihancurkan,

oleh dirimu, alam, atau mahkluk lain."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

" Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang "

Aku bertanya pada pantulan air

" Tanyakan apa itu bernafas "

Pantulan itu beriak


Bagaimana kau mengharapkan rumput menjawabmu

Kalau rumput saja tak tahu apa itu bernafas

Kalau yang mereka tahu adalah hidup

Kau bernafas tapi kau tak tahu apa itu hidup


Maka rumput bertanya,

" Tanyakan pada rekanmu! mereka yang menyebut dirinya, penguasa semesta,-

Apa fungsi paru-paru kalian?"

ia melanjutkan,

"Karena kami hidup tanpa kalian, tapi nafas kalian fana"



LW/2017

Elegi Putri PeratapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang