BAB 4

20 2 0
                                    


Binar sedang asik di dalam kamarnya, berbaring baring sambil membaca komik dengan seragam sekolah yang belum digantinya minus kerudungnya yang sudah terlepas.

" HUAA BINARRRR!"

Binar na'udzubillah terkejutnya hingga komik di tangannya terlempar ke wajah orang yang tadi tiba tiba masuk ke kamarnya sambil berteriak.

Binar kesal sekesal kesalnya hingga ia balas berteriak dan melemparkan bantal ke wajah orang itu lagi, " ISHH RUMAAAA!! "

Ruma terbahak bahak walau wajahnya agak berdenyut karena lemparan komik Binar tepat mengenai keningnya. Binar makin kesal melihat Ruma yang kini sudah berbaring di kasurnya sambil memegangi perutnya dan masih terbahak. Binar hampir saja akan melemparkan kembali bantal ke wajahnya, namun cepat cepat Ruma menghadang wajahnya dan langsung berdiri. " Ampunn ampunnn. "

" Siapa yang suruh masuk kamar aku hah, "

Ruma menyeka air mata di pelupuk matanya dengan kekehan kekehannya yang masih terdengar, " emakmu. "

Binar masih sinis, " ngapain ke sini? "

" Galak banget sih, " Ruma tertawa sambil menoel pipi Binar, dan sedetik kemudian wajah usilnya tadi berganti menjadi wajah galau, " huaaaaa, Narrrr. " Raungnya kemudian memeluk Binar.

Binar tercenung menyaksikan kecepatan perubahan raut wajah temannya itu. Dari raut usil menjadi raut galau.

" Kenapa, Rum? " Sensi Binar yang tadi agak melenyap melihat Ruma sekarang yang begitu galau.

Dielus elusnya rambut panjang Ruma yang masih memeluknya. " Rum? "

" Rumaaa, " panggil Binar lagi. Namun yang dipanggil masih sibuk meraung raung.

Ruma melepaskan pelukannya, beberapa helai rambut menutupi wajahnya membuat Binar menyampirkan ke belakang telinga gadis itu, " ada hubungan sama si virus ya? "

Gantian Ruma yang menampilkan wajah kesalnya, " ih Binarr. Namanya bang Fairuzzzz. Bukan virus. "


Binar mengangguk ngangguk tak peduli.

Ruma memukul Binar sebelum akhirnya dia bercerita, " jadi tadi tuh kan pulang sekolah aku liat bang Fairuz bonceng cewek lainnn. Huaaaaaa "

" Duuhh, " Binar menutup kedua telinganya saat lagi lagi Ruma merengek. " Terus kamu galau karena itu? "

" Yaiyalahhh Binarrrrr. Ish kamu mah. "

" Kok kamu galau cuman karena liat si viru– eh bang Fairuz tuh ngebonceng cewek lain? "

Ruma kehabisan kata kata sudah. Dia merebahkan tubuhnya, " ya Tuhannnnnn. "

Binar memandangnya heran, " kenapa sih? "

" Pake nanya lagi. " Ruma menoyor kepala Binar, " aku cemburulah liat bang Fairuz sama cewek lain. "

" Tapi kan kamu bukan siapa siapanya bang Fairuz, ngapain cemburu? "

Dan kali ini Ruma benar benar menyerah. Tak mampu meladeni Binar, " susah emang mau curhat sama orang yang gak pernah suka sama cowok.

" Heh! Sembarangan aja kalau ngomong. "

Ngomong ngomong masalah suka dengan cowok, Binar jadi teringat Fathur. Dan terjadi lagi, saat ia mengingat Fathur, jantungnya berdetak tak karuan.

" Rum, "

Ruma hanya berdehem menanggapi panggilan Binar, " kamu bisa tau suka sama bang Fairuz gimana? "

Mendengar pertanyaan itu, Ruma langsung terduduk dan menghadap Binar. " Jangan bilang kalau kamu– "

" Enggak, enggakkkk. Bukan gitu. " Binar buru buru menggeleng untuk mengenyahkan pikiran Ruma yang pasti menganggapnya sedang menyukai seseorang.

" HAHAHAHAHA " Ruma tertawa keras sambi memegangi perutnya, " yang kaya sekarang nih, keliatan banget kamu lagi suka sama seseorang. " Lanjutnya diselingi dengan tawa

Binar manyun. Dia kesal, tapi tak bisa berbuat apapun. Kata kata Ruma entah kenapa terdengar begitu tepat bagi perasaannya sekarang.

Kini tawa Ruma berhenti, hanya terdengar sedikit kekehan kecil yang keluar dari mulutnya. Binar memandanginya jengah, " puas? "

" Belum dong, kan aku belum tau kamu sukanya sama siapa. " Lalu Ruma terlihat berpikir, " Fathur ya? "

Seketika Binar dapat merasakan wajahnya memanas. Tak dapat ia bayangkan semerah apa wajahnya sekarang. Sementara Ruma menganga tak percaya, " jadi bener?! "

Binar mengambil bantal, menutup wajahnya dengan itu, lalu berteriak keras dibaliknya. Setelah puas, dia menatap Ruma panik, " gimana nih? "

" Kok gimana? Ya kita harus kasi tau Hindun dan Hilya sekarang, " Ruma hendak mengambil handphonenya namun dengan cepat Binar menahannya dengan tiba tiba hingga keduanya saling tarik menarik. Binar menarik tangan Ruma, Ruma menarik narik angin berharap tertolong dengan angin yang digapai gapainya.

" Lepas ih, Binarrrrr, "

" Jangannn, Rummmm. Plisss plissss. Kita aja yang tau dulu sekarang. Aku masih kaget nih. "

Ruma memandang Binar aneh, " kok kaget sih? "

" Ya kagetlah, masa tiba tiba aku bisa suka sama Fathur. " Binar melepaskan pegangannya pada tangan Ruma. Dipakai kedua tangannya untuk menutup wajahnya, yang terlihat sekarang Binar seperti seorang yang frustasi. " Binar, dengar deh. Ga ada yang namanya tiba tiba kalo masalah suka. Kamu aja yang baru sadar sekarang. "

" Mau tau gak kenapa aku bisa main tebak kalo Fathur yang kamu suka? " tanya Ruma.

Binar menggeleng dengan wajahnya yang masih setia ia tutupi. Ruma melanjutkan, " karena kamu sering ketangkep mandangin Fathur. Dan pas kamu mandangin Fathur, mata kamu tuh kaya berbinar binar gitu. Persis kaya nama kamu. "

Binar mendongakkan wajahnya, " masa sih? "

" Iyaa! " seru Ruma yakin. " kaya gini nih, " lalu Ruma memperagakan gaya Binar yang sedang menatap ke arah Fathur yang jatuhnya malah aneh untuk dilihat. Binar saja sampai tertawa keras.

" Aku gak kaya gitu. "

" Kamu sih, gak liat muka kamu sendiri pas lagi liatin Fathur. "

Binar tertawa lagi, " ya gak bisalah. "

Lalu hening sejenak di antara mereka. Binar tampak masih meyakinkan dirinya apakah benar dia menyukai Fathur. Karena selama ini, perasaan yang ia rasakan untuk Fathur hanya perasan kagum. Dan sekarang kagumnya merambat menjadi perasaan suka.

Dia pegang dadanya yang kembali berdetak tak karuan saat mengingat Fathur, dipandanginya Ruma dan berkata yakin. " Kayanya aku emang udah suka sama Fathur deh. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Real "Peka"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang