21.2 Disaster (End)

10.8K 859 70
                                    


"Ini permulaannya"

☔☔☔

Irene tahu, segala penantiannya akan berakhir saat pria itu jatuh Cinta padanya. Di saat ia sudah dengan relanya menyerahkan semua milik ya pada pria itu, semuanya tanpa terkecuali. Dan ketika pria itu membuka hatinya, tidak ada alasan lagi bagi Irene untuk menjauh dan menyerah. Semuanya baru dimulai, meski ia selalu diterpa masalah yang sangat banyak, namun ia percaya bahwa cintanya tidak akan sia-sia. Ia mencintai Suho dan ia tahu, bahwa pria itu juga sudah mencintainya sepenuh hati.

Tapi ia bingung, mengapa ketika kebahagiaan telah datang, justru semakin banyak rintangan yang ia hadapi? Selalu ada saja yang mencoba merenggut kebahagiaannya. Irene salah? Apa ia salah menginginkan hidup bahagia bersama Suho selamanya? Apa ia seegois itu menginginkan kebahagiaan yang memang sudah ditakdirkan akan hadir dalam hidup semua orang?

Tapi mungkin ia saja yang terlalu picik melihatnya. Ia mungkin tidak sadar jika semua ini adalah ujian yang Tuhan berikan. Tuhan menguji seberapa besar ia mencintai Suho dan seberapa tangguh ia diterpa angin tanpa jatuh dan tetap berdiri tegar. Apa ia mampu menghadapi masalah yang sangat besar mengenai masa lalu Suho yang kini datang dan ingin merebut prianya lagi?

Irene jujur sudah cukup bosan membahas masalah wanita itu. Na Eun, nama yang selalu muncul dalam pikirannya beberapa minggu ini. Nama yang selalu membuatnya mimpi buruk setiap malam. Ia takut jika nanti suatu saat Suho goyah dan kembali pada Na Eun. Rasanya ia tidak mampu membayangkan hal itu, jangan membayangkannya, memikirkan untuk membayangkannya saja sudah tidak mampu.

Ada yang pernah bilang, jangan terlalu mencintai, karena kau akan dituntut banyak hal. Dan memang Irene merasakannya. Ia dituntut ini dan itu sampai ia sendiri bingung bagaimana menghadapinya satu persatu.

Tersenyum pun tidak meringankan segalanya. Malah ia semakin sakit memikirkan semuanya. Meski Suho sudah bersamanya, tidur di sampingnya, mendekapnya setiap malam, namun perasaan takut itu masih saja menghantuinya. Ia sangat takut jika suatu saat nanti ia bangun, maka semua hal manis itu hanya mimpi indahnya.

Namun dikata mimpi pun, ini terlalu manis karena saat ini kandungannya sudah menginjak sembilan bulan. Adakah mimpi senyata ini? Mimpi di mana perutnya membesar dan ia merasakan setiap momen pergerakan calon bayinya. Ini membuat Irene tersenyum dan sejenak melupakan ketakutan terbesarnya.

Dan pagi itu, dikala suaminya masih sibuk terlelap di ranjang besar mereka, Irene sudah lebih dulu duduk menatap jendela dan memutar lagu melalui ponselnya. Ia suka melakukannya, mendengar lagu di pagi hari, saat udara masih sejuk.

Setelah Irene memeriksakannya, ia tahu jika dalam tanggal dekat ini, bayinya akan lahir ke dunia dan untuk pertama kalinya, ia merasa dilahirkan kembali menjadi seorang ibu. Memikirkan itu membuat air matanya menitih keluar dari sudut mata. Sembari mengelus perut besarnya, Irene membayangkan betapa menyenangkannya nanti jika melihat pertumbuhan bayinya sampai hari tuanya kelak.

Dan menunggu hari itu tiba membuat Irene tidak sabar. Tangannya serasa sudah gatal ingin cepat-cepat menggendong bayi itu dakam dekapannya. Dan lagi, Irene ingin tahu jenis kelamin apa bayinya nanti. Ia dan Suho sengaja tidak mencari tahu karena mereka ingin itu menjadi kejutan untuk mereka.

Namun, dari setiap pergerakan yang Irene rasakan dan bagaimana ia mengidam sepertinya Irene akan memiliki anak laki-laki. Namun ia tidak mau terlalu yakin dulu, karena anak apa pun yang akan lahir nanti tetap menjadi permata berharga untuknya.

Saat memikirkan semua itu, Irene pun merasakan kehangatan yang mendekapnya dari belakang lalu mengecupi pipinya bertubi-tubi membuat Irene tertawa kecil. "Kenapa sudah bangun?" tanyanya kemudian berjongkok di depan Irene dan mengusap perut buncit istrinya sayang.

• Fake Wedding | Surene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang