Seminggu setelah putus sama Kak Eunwoo, gue udah gak bisa senyum lagi. Hal selucu atau semenarik apapun gak pernah ada yang berhasil bikin gue ketawa, padahal dulu gue receh. Serasa gak ada tujuan hidup lagi gue.
"Chaeng, udah dong sedihnya. Mau gue kenalin sama sepupu gue gak?" kata Tzuyu yang gue respon dengan gelengan tanda gue nolak. Ini udah kesekian kalinya Tzuyu bujukin gue, entah itu di rumah atau di kantor. Gue ngerasa bersalah, sih. Tapi gimana dong, mood gue beneran ancur.
"Tzu..."
"Hm?"
"Gue beneran gak ada apa-apanya ya kalo dibandingin sama Kak Sejeong? Kak Sejeong pasti menang disegala aspek, kan? Makanya dia berhasil rebut Kak Eunwoo dari gue."
"Tuh, kan! Lo mulai lagi." Tzuyu meluk gue erat, dia beneran tau saat dimana gue butuh sandaran. Gue gak tau deh kalo gak ada Tzuyu gue bakal gimana.
Ngomongin soal Kak Sejeong, dia itu orang yang berhasil rebut hati Kak Eunwoo. Dia sekretarisnya Kak Eunwoo, makanya dia selalu ngikut kemanapun Kak Eunwoo pergi.
Dia cantik, baik, ramah, sopan, tinggi, pinter, siapa sih cowok yang gak mau sama cewek modelan Kak Sejeong? Kalo ada, gak normal berarti.
Mungkin ini karma buat gue. Dulu Tzuyu pernah ngingetin gue soal 'cinta datang karena terbiasa' tapi gue malah gak percaya.
Mau marah pun rasanya gue gak bisa. Gue cukup sadar diri kalau harus saingan sama dia. Siapa gue?
"Gue pengen move on." gumam gue. Gak berharap Tzuyu denger juga, sih. Tapi kayaknya dia denger, deh. Buktinya dia langsung kaget terus natap gue.
"Serius lo?"
"Gue keliatan lagi bercanda emang?"
"Enggak! Yaudah ntar gue kenalin ke sepupu gue, ya? Ya?" Ck, kok Tzuyu mendadak antusias?
Gue ngangguk males.
"Pagi Chaeyoung, Tzuyu."
Suara ini...
"Pagi. Bu. Sejeong." hhhh, Tzuyu masih dendam kayaknya. Padahal gue korbannya, tapi malahan Tzuyu yang maju paling depan buat bela gue. Terbaik banget 'kan dia?
"Idih, apa banget deh dia, sok manis gitu di depan lo!" Tzuyu mendadak emosi pas Kak Sejeong udah gak keliatan lagi. Gue senyum tipis.
"Woy, Son! Lo dipanggil sama Pak Eunwoo." kata Dino, temen kantor yang menurut gue paling minta disleding itu.
"Ngapain!"
Kok gue pengen ketawa ya kalo liat Tzuyu lagi marah gini?
"Selow dong bosque. Yang dipanggil si bogel napa lo yang emosi, dah?"
"Masalah buat lo?!"
"Gue balik aja lah, serem liat raksasa ngamuk."
"Apa lo bilang!" Tzuyu makin emosi, Dino dalam hitungan detik udah ngilang dari pandangan gue, dan entah kenapa gue malah ketawa liat mereka berantem gitu.
"Kok ketawa, sih?"
"Yaudah gue ke ruangan Pak Eunwoo dulu ya." Gue siap-siap mau jalan sebelum Tzuyu nahan tangan gue.
"Lo—"
"It's okay." Gue senyum. Tzuyu ngehela nafas berat terus lepasin tangan gue.
🍓🍓
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Gue berusaha buat ngomong senormal mungkin, sebagai atasan dan bawahan. Padahal jauh di dalem hati—gue kembali ngerasain sakit itu lagi."Kamu sibuk?" Kak Eunwoo natap gue lembut. Jujur, gue pengen nangis. Mata itu, mata yang selalu gue suka bahkan sampe sekarang.
Gue ngegeleng, "kebetulan pekerjaan saya tidak begitu banyak hari ini, Pak."
Kak Eunwoo diem sebentar sambil natap gue, abis itu dia buka laci meja kerjanya, nyodorin tumpukan undangan ke gue.
"Nanti lusa saya mau ngadain pesta kecil-kecilan bareng semua karyawan kantor, kamu tolong sebarin undangan itu, ya. Bisa, kan?"
"Bisa, Pak. Tapi kalo boleh saya tau, ini undangan...?"
Gue gigit bibir bawah, gue beneran gak siap kalo ternyata itu undangan buat—
"Itu undangan pesta buat ngumungin tanggal pernikahan saya."
Damn it! Seharusnya gue gak nanya!
"Ah, sama Bu Sejeong?" Senyuman Kak Eunwoo sekarang beneran bikin luka yang tadi hampir kering jadi kebuka lebar lagi, "Kalau gitu saya permisi."
Gue membungkuk hormat abis itu pergi ninggalin ruangan Kak Eunwoo, lengkap dengan tangisan dalam diam gue pastinya.
🍓🍓
"Chaeng, bangun dong. Hari ini 'kan ada pesta di kantor, masa lo gak mau dateng, sih? Kalo dipecat gimana nanti?" Tzuyu goyangin badan gue kenceng, tapi gue sama sekali gak gerak. Gue males, badan gue rasanya sakit, mata gue juga sembab banget rasanya.
"Bodo amat, gue gak peduli. Kok lo tega, sih, nyuruh gue dateng di pesta pra-nikah mantan gue disaat gue masih jomblo?!"
"Tenang aja, gue udah nyuruh sepupu gue buat nemenin lo, kok. Dijamin lo bakal suka deh."
"Tapi emangnya lo gak liat mata gue yang susah melek ini?"
"Semuanya beres kalo ada Tzuyu!"
Dan gue cuma bisa pasrah dimake over abis-abisan sama Tzuyu sekarang.
🍓🍓
"Sepupu Tzuyu mana, sih?" Gue agak kesel. Katanya lagi di jalan, tapi kok lama banget? Tzuyu, sih, enak ada Kak Mingyu, lah gue? Sendirian di pesta yang katanya kecil-kecilan padahal gede kek nikahan gini.
"Ntar gue cari dulu. Ayo temenin aku." Tzuyu narik Kak Mingyu ngejauh. Heuh beneran sendirian 'kan gue.
"Sendirian aja, jomblo ya?"
"Kaget, setan!"
"Duh mulutnya."
"Bacot, Bin." Iya, yang ngagetin gue itu Changbin bareng Kate di belakangnya.
"Maafin Kakak gue ya, Ce." Changbin masang muka sedihnya. Gue senyum, nyoba yakinin Changbin kalo gue baik-baik aja, "Jadi istri kedua gue mau?"
Ha?
"Iya, kalo kamu yang jadi istri kedua Changbin aku izinin, kok."
Dasar pasangan sinting.
"Enyahlah kalian!"
"Dasar jomblo kesepian, yuk pergi, sayang. Nanti kita diamuk macan."
"Sialan lo!"
Yah, sendirian lagi deh gue.
"Hai? Maaf nunggu lama. Tadi ban mobil tiba-tiba kempes, maaf, ya?" Gue nengok. Eh, ini 'kan...
"Kak Yibo?"
"Masih inget, ya?" Kak Yibo senyum.
Ganteng, sih. Tapi gue lebih suka senyuman Kak Eunwoo. Gimana, dong?
"Mohon perhatian..."
Gue dan semua orang disini ngalihin pandangan ke Kak Eunwoo yang entah kenapa keliatan ganteng banget malem ini, oh jangan lupain Kak Sejeong yang tampak anggun di sampingnya.
Gak usah kasihanin gue, gue gak apa-apa.
"Malam ini saya mau memperkenalkan calon istri sekaligus calon ibu dari anak-anak saya nanti ke kalian..." Gue merem, gue gak mau liat pemandangan dimana Kak Eunwoo sama Kak Sejeong saling tatap di sana, "Kim Sejeong..."
Bikin hamba-Mu ini tuli sesaat Tuhan, tolong...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEHEIMNIS; [Son Chaeyoung X Cha Eunwoo] √
FanfictionSejauh apapun kamu pergi, jika Tuhan mengizinkan kita untuk bersama, maka aku percaya kamu akan kembali. ©meyuuli, 2018