Berada dalam ruang yang tak kita kenali, menimbun harap namun menyiram luka. Aku sang penimbun dan penyiram. Dan kau, pemberi bibit untuk dua hal itu.
☀️
Riuh penonton kini memadati stadion tempat pertandingan sepak bola berlangsung. Seperti dugaan Naya, yang hadir 60% adalah para penduduk desa pecinta cogan SMA Gemilang. Naya mendelik sebal untuk itu.
Sebelum masuk stadion, mereka sudah antusias untuk bersiap melihat permainan apik dari tim SMA Gemilang. Apalagi bagi para pecinta cogan yang kini tak sabar untuk melihat dambaan hati mereka.
Persetan dengan hal itu, Naya amat cemas dibuatnya. Pasalnya, tandu darurat itu baru selesai satu tandu saja. Sekarang ia berubah fikiran, ia akan berharap pada Tuhan agar tak ada yang cedera untuk hari ini.
***
Di sisi lain, Tim Sepak Bola SMA Gemilang kini sedang memanjatkan doa yang dipimpin oleh Pak Tarjo, pelatih bola kebanggaan.
Mereka terlihat berkharisma dengan kaos bola berwarna merah dengan logo almamater sekolah kebanggaan mereka. Terlebih, Bara sang kapten yang terlihat lebih menonjol membuat para wanita menjerit histeris layaknya melihat idol-idol korea.
Mereka mulai menginjak lapangan tempat berlangsungnya pertandingan. Bersalaman lalu pergi ke posisi mereka masing-masing.
***
Naya kini berada disisi lapang bersama anak PMR lainnya yang sedang berdecak kagum melihat orang-orang yang berada di lapangan.
Naya mencoba melihat kearah lapang yang sudah dicampuri aura tegang. Matanya terkunci pada sosok yang dilengan kanannya dibaluti kain bertuliskan 'Captain'.
Tampak tak asing baginya. Mata tajam itu masih sama. Sepertinya, memang begitulah cara ia menatap, tajam juga menusuk. Namun, terlihat menghangatkan jika dilihat lebih dalam.
"Liat aja nanti Bara pasti cetak gol paling awal!" ucap seseorang dibelakang Naya. Naya mendelik, bosan mendengarnya.
"Kalo misalkan nanti Bara cetak gol, gue traktir deh!" serunya membuat satu temannya itu antusias kegirangan
"Kenapa sih lo bisa seyakin itu sama dia?"
"Gue yakin kalo dia hebat. Karena dia laki-laki pertama yang tetep percaya sama gue disaat orang lain khianatin gue," ucapnya sendu.
Naya melirik sekilas. Ya! Dia bisa melihat gadis berparas cantik itu kini sedang fokus menatap kearah lapang dengan sorot mata binar, bangga.
***
Ia mulai merebut bola dari lawan, mengover sampai mencoba mengoceh lawan. Tampaknya mereka sedang menjalankan strategi. Riuh suporter menggema menyemangati para pemain, bahkan banyak juga yang membawa banner juga drum bahkan sampai memakai atribut ditubuhnya sebagai bukti bahwa mereka setia menyemangati.
Namun, Naya semakin fokus pada permainan Bara yang kini tengah berlari menuju gawang lawan, terkunci disana.
Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang Bara mencetak angka,Ia cukup menggiring bola dengan irama yang tenang.
Sampai pada akhirnya semua berawal sempurna.
Gol pertama tercetak dari aura tenang dan kharismanya.
Baru beberapa menit saja memang itulah kebanggaan SMA Gemilang. Ia sudah berhasil menaklukan gawang. Riuh suporter menggema menyebut nama Bara dan SMA Gemilang.
Ia terlihat keren, ketika tersenyum memberikan terimakasih pada para penonton dengan membungkukkan kepalanya seraya tersenyum manis.
Semua menyaksikannya, begitupula Naya yang masih terkunci disana. Tersenyum turut bahagia melihat Bara berhasil mencetak gol dalam waktu sesingkat itu. Bersamaan dengan hatinya yang kini mulai tak karuan tatkala melihat mata tajam itu menunjukkan sorot bahagia.
Ia masih terkunci disana, ruang sempit dengan berbagai rasa yang tak bisa terungkapkan.
Ia melihat lelaki itu tersenyum hangat, menatap kepinggir lapang kearah Naya sedang duduk. Naya tersenyum ingin membalas senyum yang terlontar dari orang dilapangan itu.
"Gue tau lo hebat!" teriak seseorang dari belakang Naya, Gadis berparas cantik itu rupanya.
Ia bertepuk tangan, mengacungkan jempol pada Bara yang kini tengah tersenyum pula pada Gadis itu, Tasya.
Ia sudah salah paham! Ia tidak tersenyum padanya. Namun pada Tasya, Gadis yang dari tadi tak berhenti membanggakan seorang Bara.
Bara tersenyum seakan berkata pada Tasya kalau dia memang Bara, Bara Anthares, Kekasihnya yang keren dan hebat.
Pada detik itu pula, ada hati yang semakin menumbuhkan harap, menimbun luka, membangun sebuah hubungan yang hangat.
Namun, Dilain hati yang tengah menumbuhkan harap ada hati yang tengah tersekat dalam gulita yang tak ia kenal.Memalukan! Naya merutuki dirinya lagi atas kejadian beberapa detik yang lalu.
***
Babak satu sudah berakhir dengan skor sementara 1-0 untuk SMA Gemilang. Semangat mereka semakin berkobar, terlebih semangat lawan pun juga akan semakin berkobar.
Memasuki babak dua, suasana terlihat lebih mencekam. Semua orang tak ingin kelewatan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ini baru dimulai!" teriak —Banu— kapten lawan, SMA Bintang.
Kini, lawan mulai memainkan permainannya, mengoper, mengoceh sampai melakukan tendangan jarak jauh.
Bara, Tristan, Dafa juga yang lain melongo melihat permainan mereka. Benar-benar diluar dugaan!
Mereka berusaha mencuri bola dari tim lawan, namun berkali-kali mereka gagal karena pertahanannya amat kuat.
Bara kini merasa kesal, amarahnya mulai memuncak, semangatnya kini bak api yang berkobar. Nyatanya, Bara bukan orang yang punya tingkat kesabaran tinggi.
Ia berlari sekencang mungkin dari arah berlawanan, berusaha merebut bola dari orang yang tengah berlari kencang sambil menggiring bola kearah Gawang. Kini lawannya itu akan dihadang seorang Bara.
Bara berhenti disana, bersama lawan yang kini mengoceh dirinya. Ia berhenti sejenak.
"Jangan harap lo menang pengecut!" Seketika setelah mendengar celotehan itu, amarah Bara tak bisa lagi dikendalikan. Ia tak sadar sedang dikuasai emosi.
Tiba-tiba riuh penonton semakin bergemuruh. Bukan untuk kemenangan, gemuruh itu menandakan kekesalan dan protesnya terhadap orang-orang dilapangan.
Disana, akhirnya ia terkapar.
Para pemain lain berlarian kearah Bara, protes pada wasit sampai-sampai hampir terjadi perkelahian dilapangan.
Tasya berdiri dari tempat duduknya, binar bahagia itu kini menjadi binar kekhawatiran.
☀️
Jeng jeng jeng jeng !!
Baru part dikit aja, uda frustasi ini ngelanjutin cerita Bara sama Naya. Huhu T_T
Author bakal senang kalau para readers mau corat coret dikolom komentar nih T_T
Anggie Rulistiyani
KAMU SEDANG MEMBACA
If You ✔️
Teen FictionDalam skenario Tuhan, bahkan aku tak pantas untuk kau sebut mentari yang memberikan cahaya pada rembulannya. Karena faktanya, setiap manusia memiliki kemampuan dan keberuntungan sesuai porsinya masing-masing. Kau langit. Aku bumi. Tentu, kita berbed...