"Kita hanya akan berada di sana selama dua hari, bukan?" Fox mengerutkan dahinya tidak mengerti. Tangannya menunjuk kardus-kardus yang terhampar di seluruh bagian ruangan. "Lalu untuk apa semua ini?"
Black dan Heat berpandangan sejenak sebelum akhirnya Heat bersuara. "Barang-barang ini akan dipindahkan ke rumah Sky Arista."
"Apa?!" Fox terbelalak. Ia tidak menyangka dari semua orang di dunia, masalah ini berkaitan dengan orang yang menjadi buronan itu. "Tunggu dulu, yang pertama Meth melihat Hide Riandi datang kepadanya, lalu aku dengan mata kepalaku sendiri melihat Clay Ralfian menampakkan diri, dan sekarang..." Fox mengubah nada suaranya menjadi bisikan dengan wajah meringis. "Kita kembali berurusan dengan Sky? Bukankah itu gila?"
"Apa yang membuat lo berpikir bahwa ini gila?" Tanya Black dengan wajah datar.
"Hei, dia membunuh adik kandungnya sendiri, dengan memotong kepalanya!" Fox mengacak-acak rambutnya sendiri, ketakutan. "Dia manusia? Pembunuh? Psikopat? Abnormal? Atau monster?"
Heat bersuara. "Technically, Abnormal memang monster."
"Kau akan mengerti nanti. Kita akan ke rumah Sky." Black melangkah keluar melewati Fox yang masih terbelalak, dan semakin terbelalak lagi ketika Black menyatakan bahwa mereka hendak pergi ke rumah Sky.
"Hah, apa?!"
"Biasa saja, Fox. Dia sudah tidak ada di rumahnya. Apa yang membuat lo takut?" Black berbalik ketika tangannya sudah menyentuh handel pintu. "Nah, ayo."
Fox dan Heat menyahut bersamaan. "Sekarang?!"
"Ya. Ayo."
Fox dan Heat berpandangan, lantas langsung mengikuti langkah Black yang sudah menghilang dari pandangan. Mereka semua meninggalkan barang mereka di ruangan Black. Super Frand terasa kosong hari ini, begitu juga dengan kondisi di tanah lapang tempat mobil Black berada. Black menyalakan mobil. Fox duduk di samping kursi kemudi, sedangkan Heat duduk di belakangnya.
Perjalanan dari Super Frand ke Jakarta kurang lebih memakan waktu dua jam. Ketika sampai di sana dan memasuki salah satu perumahan, mulai terasa akan padatnya jalanan ibu kota. Mobil Black berhenti di salah satu rumah dengan pagar berwarna pastel, lalu Black mematikan mesin kendaraan. Ia menghela nafas panjang, seakan bersiap menghadapi orang-orang yang berada di dalam rumah itu. Fox dan Heat tidak tahu hendak berbuat apa, karena mereka sama sekali belum pernah kesini, dan tidak mengenal satu pun keluarga Sky Arista. Bahkan, mereka tidak mengenal Sky secara langsung.
"Apakah ini ide yang bagus, Black?" Tanya Fox akhirnya.
"Semoga. Bow yang menyuruhku untuk pergi kesini."
"Memangnya kenapa ia tidak datang kesini sendiri? Atau mungkin dengan Maze dan Shine? Toh, mereka kan teman-temannya."
"Ada satu alasan kenapa aku yang disuruh untuk terjun kesini." Black tersenyum, lalu membuka pintu mobil. Heat dan Fox mengikuti dan membuntut di belakang Black.
Black memencet bel yang berada tidak jauh dari pagar depan. Beberapa detik setelahnya, tetap tidak ada jawaban dari dalam. Black memencetnya sekali lagi. "Permisi!"
Di sampingnya, Heat melipat kedua tangan di depan dada dan menggerak-gerakan kakinya. Entah itu menandakan bahwa ia gugup, gelisah, bingung, atau tidak sabar. Berbeda dengan Black yang memang sudah mengenal Sky sejak dulu, Fox dan Heat sama sekali tidak mengenal Sky. Mereka hanya tahu mengenai Sky Arista dari cerita orang-orang. Dan dari cerita orang-orang itulah, mereka tahu bagaimana sifat dan karakter Sky. Ditambah pula, mereka tidak tahu siapa yang hendak mereka percayai. Apakah Sky Arista sama seperti yang diceritakan orang-orang?
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are You? II
FantasySheff Gilbert? Tidak, ia tidak akan jatuh cinta pada laki-laki itu. Tetapi kenapa tidak? Sheff adalah pianis, suaranya bagus, dan terlebih, Sheff memiliki kelebihan lain, yaitu menari, kegiatan yang sering dilakukan Cryst Leona selain bernyanyi. Sej...