CHAPTER 40

3.3K 83 0
                                    

Beberapa saat keadaan menjadi hening karena mereka sibuk menikmati keindahan danau yang di terpa indahnya Sinar bulan.

"Re..." panggil Etta.

"Hmm" balas Rean.

"Salah gak kalau seandainya gue suka sama temen gue sendiri." ucap Etta yang membuat Rean langsung menoleh.

"Emang lo suka sama siapa?" tanya Rean.

"Ya pokoknya ada sih, lo nggak perlu tau." balas Etta yang membuat Rean memicingkan matanya.

"Atau jangan-jangan lo suka sama gue ya." tebak Rean yang tepat sasaran.

"Hah..." cengo Etta yang mendengar tebakan Rean.

"Apaan sih Re." elak Etta setelah sadar akan ucapan Rean.

"Alah bilang aja kalau lo suka sama gue. Gue juga gak kaget sih kalau lo suka sama gue. Emang dasarnya orang ganteng banyak yang naksir." sombong Rean.

"Sorry ya gue gak suka sama orang ganteng, gue sukanya sama yang manis." balas Etta yang membuat Rean semakin tersenyum lebar.

"Bukannya tadi sore lo bilang kalau gue manis ya, berarti bener dong kalau lo suka sama gue." goda Rean yang membuat pipi Etta merona.

"Apaan sih Re, gue serious tau." kesal Etta yang membuat Rean terkekeh.

"Iya iya." jawab Rean di sela-sela kekehannya.

"Gimana sama pertanyaan gue?" tanya Etta.

"Hmmm...kalau suka sama temen sih boleh-boleh aja. Kita kan nggak tau siapa yang hati kita pilih untuk menjaganya." ucap Rean dengan bijaknya.

"Aduhh Re gue terhura denger kata-kata lo." ucap Etta dengan dramatis dan berpura-pura mengusap air matanya.

"Yee nih bocah, di kasih tau juga." kesal Rean sedangkan Etta hanya menunjukkan cengirannya.

"Yaudah iya, lanjutin lagi." ucap Etta.

"Tapi tergantung juga sih sama orang yang lo sukai." lanjut Rean.

"Maksutnya?" tanya Etta.

"Tergantung perasaan dia sama lo itu gimana, suka atau nggak?" balas Rean.

"Kalau seandainya dia gak suka gimana?" tanya Etta.

"Ya lo perjuangin lah, karena perasaan seseorang bisa berubah seiring berjalannya waktu." jawab Rean.

"Kalau seandainya dia udah punya pacar gimana?" tanya Etta lagi.

"Itu berarti lo harus Nyerah buat perjuangin dia." ucapan Rean barusan menyadarkan Etta bahwa tidak seharusnya dia mempertahankan perasaannya kepada seseorang yang sudah menjadi milik orang lain.

Beberapa saat Etta terdiam mencoba mencerna kata-kata yang di lontarkan oleh Rean.

Sampai akhirnya Rean kembali membuka percakapan.

"Ta..." panggil Rean sedangkan Etta hanya tetap diam.

"Anetta.." panggil Rean lagi dengan suara yang lebih keras sehingga Etta tersadar dari lamunannya.

"Eh..iya Re ada apa?" jawab Etta yang baru sadar dari lamunannya sedangkan Rean hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya.

"Lo ngelamunin apa sih, dari tadi di panggil nggak nyahut-nyahut." omel Rean.

"Nggak ngelamunin apa-apa kok." elak Etta.

"Yaudah terserah lo aja, kesel gue ngomong sama lo." kesal Rean.

"Iya deh maaf." ucap Etta.

Dan keadaan kembali hening dengan Etta yang fokus dengan keindahan yang ada di depan matanya.

"Ta gue boleh nanya gak?" tanya Rean, sedangkan Etta hanya membalas dengan deheman tanpa menoleh ke arah Rean. Yang tentunya hal itu membuat Rean kesal.

"Kalau di ajak ngomong tuh lihat orangnya." omel Rean.

"Males." jawab Etta santai yang malah membuat Rean tambah kesal.

"Emang tuh danau lebih menarik apa daripada gue." kesal Rean.

"Ya gimana ya kalau danau tuh kalau di liatin bikin gue adem, tentrem nah lo kalau di liatin bikin gue senam jantung tau nggak." jawab Etta spontan yang membuat Rean tersenyum lebar.

"Ta.." panggil Rean lagi yang membuat Etta kesal.

"Apa sih Re, dari tadi manggil terus tapi gak ada yang mau di omongin." omel Etta. Sedangkan Rean hanya cengar-cengir.

"Ta, lo udah pernah bawa bang Ge kesini?" tanya Rean hati-hati.

"Enggak pernah." balas Etta.

"Kenapa?" tanya Rean.

"Karena tempat ini sangat spesial buat gue karena lo. Karena tempat ini adalah tempat di mana pertama kalinya lo ngajak gue main, dan tempat ini juga yang menjadi saksi apa yang pernah gue rasain selama ini." jelas Etta panjang lebar.

"Sebegitukah spesialnya tempat ini buat lo?" tanya Rean.

"Iya, special banget dan ya gue bakal jadiin tempat ini sebagai tempat ketenangan bagi gue ketika gue ada masalah." balas Etta.

"Ta apa gue boleh minta satu hal sama lo?" tanya Rean.

"Minta apa?" tanya Etta balik.

"Gue minta sama lo tolong jangan bawa laki-laki lain ke sini." pinta Rean.

"Kenapa?" tanya Etta.

"Karena tempat ini spesial sama seperti kata lo tadi." jelas Rean.

"Gimana, bisa?" tanya Rean memastikan.

"Oke." balas Etta.

"Yaudah pulang yuk, udah malem nih." ajak Rean yang beranjak dari duduknya.

"Yuk, tapi inget sama traktirannya." balas Etta yang membuat Rean terkekeh.

"Yaudah ayo, lo kalau masalah traktiran gak pernah lupa ya." cibir Rean.

"Oo iya harus dong." balas Etta.

***

Dan kini motor Rean telah melaju meninggalakan danau, tempat yang menjadi saksi semua perasaan yang mereka rasakan.






















Publish : 03 September 2018
Revisi : 29 Oktober 2020

Menyerah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang