Dua

2.6K 132 1
                                    

Malam haripun tiba. Alya dan Icha memutuskan untuk kuliner malam disekitar komplek perum.

Kening Alya mengerut saat melihat seseorang yang sedang memesan sate. Bukan, bukan hanya itu saja. Tapi juga motor dan jaketnya, itu sangat percis dengan tukang ojeg itu. Walau dalam keadaan mabuk namun Alya yakin itu adalah tukang ojeg waktu itu.

Icha yang sedang duduk disampingnya ikut kebingungan. Bukan karena ia juga melihat apa yang dilihat Alya melainkan Alyanya sendiri yang ia lihat. Ia tersenyum penuh makna ke arah Alya dan Ilham secara bergantian.

Alya bangkit dan menghampiri tukang sate itu setelah pesanannya sudah jadi. Mengambil dompet dari tas kecilnya ia terperangah karena ia tak membawa uang cash. Namun seseorang mengulurkan uangnya untuk membayar sate yang dipesan Alya.

"Terima kasih, mas." Ucap Alya sambil menoleh ke seseorang yang menolongnya.

Hah ternyata Ilham. Ini benar-benar diluar nalarnya. Sekarang ia harus bagaimana? Ia sangat malu jika berhadapan dengan Ilham. Apalagi ia mengira Ilham adalah seorang tukang ojek malam itu.

"Nanti saya ganti, pak." Ucap Alya sambil menunduk malu.

Ilham tersenyum geli karena ia tahu apa yang dirasakan Alya saat ini. "Sama-sama. Tapi tidak usah kamu ganti, saya ikhlas kok."

"Cocok!" Kata Icha yang tiba-tiba sudah ada di samping Alya. Alya langsung menatap Icha agar tak melakukan hal konyol di depan dosennya.

"Kami duluan pak, assalamu'alaiku," ucap Alya sambil menarik Icha.

"Wa'alaikum salam," jawab Ilham.

Sesampainya dirumah mereka langsung menyantap sate itu dan tak lupa sebungkus yang lainnya untuk Mamah dan Aldi.

Suara gelak tawa membahana di dalam kamar Alya setelah ia menceritakan tentang tukang ojek malam itu. Tak henti-hentinya Icha terus tertawa. Menertawai sahabatnya.

Seakan teringat sesuatu, Icha langsung berbicara tentang keganjalan kelakuan Dicky dan Jesica baru-baru ini. "Ya, lo gak ngerasa aneh gak sih sama Jessie dan Dicky. Setiap Jessie gak ada pasti Dicky juga gak ada. Kayak kemarin, Dicky kembali ke club setelah lo pulang Ya. Dan lo tau, Dicky nganterin Jessie. Meski Dicky gak keluar mobil tapi gue yakin itu mobilnya Dicky."

Alya memijit keningnya yang terasa sangat pusing. Sedetik kemudian Alya tertawa kecil, "Jadi maksud lo Dicky selingkuhin gue? Dan Jessie nikung gue, gitu? Wah lo parah banget jadi sahabat." Meski menanggapinya sebagai candaan, namun ketahuilah dibalik itu iapun harap-harap cemas.

***

"Ayo makan dulu." Ajak mamah Alya yang pada saat itu melihat Alya dan Icha turun dari tangga. Icha yang memang sudah dianggap keluarga oleh keluarga Alya itu dengan girang berjalan ke meja makan. Alya sendiri malas-malasan berjalan kesana.

"Wah, Icha kangen banget sama masakan mamah." Ucap Icha sambil membawa beberapa lauk pauk ke piringnya. Mamah Alya hanya bisa tersenyum malu dan berkata merendah, "Nak Icha ini suka berlebihan deh."

Mereka menyantap sarapan kali ini sangat berbeda. Yang tadinya selalu sunyi, sekarang ramai karena kehadiran Icha yang ceria dan membuat semua tertawa. Namun tidak dengan Alya yang hanya diam dan menikmati sarapannya dengan khusyu.

"Alya, lo kalo makan makanan kesukaan emang khusyu banget yah," komentar Icha.

"Iya, kak Alya sampe-sampe gak ketawa, sedangkan kita udah sakit perut karena candaan kak Icha," sahut Aldi.

"Gak lucu," komentar Alya.

"Anjir lo kalo ngomong suka bener."
Alya memutar bola matanya, Aldi yang sudah tertawa melihat tingkah laku keduanya, dan mamahnya mengelengkan kepala. Tak lama kemudian Icha tersedak.

Petunjuk Tuhan Untuk Alya || END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang