-Death Melody-
.
.
."Hiro, berjanjilah semua akan baik-baik saja!" desak Fumiko dengan puppy eyes-nya, aku mengernyit dan membuang wajahku. Bagaimana mungkin bisa berjanji seperti itu saat aku menghadapi masalah sebesar ini.
"Hiro!" desak Fumiko lagi, aku tersentak lalu menatapnya kahawatir, kini aku tidak bisa lagi memalsukan raut khawatirku.
"Aku tidak berjanji.." kataku pelan, "Tapi kalau untuk Fumiko dan Ren, aku akan berusaha!"
Tarikan tangan Fumiko melemah hingga ia menunduk sedih. "Hiro, apa kau benar-benar mempercayaiku?"
Aku tersentak kaget, hilang akal. Entah apa yang harus aku katakan, memang tidak dapat dipungkiri kalau aku menyembunyikan banyak hal dari Fumiko. Tapi aku punya alasan dari semua itu.
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau menyembunyikan sesuatu dariku, apa kau benar-benar mempercayaiku?"
Aku menatap Ren yang sedari tadi memperhatikan kami, Ren menggeleng padaku saat dia tahu kalau tatapanku berisi permintaan saran.
Ren berdeham membuat aku dan Fumiko menatapnya. "Ehm Fumiko, aku rasa kita harus membiarkan Hiro melihat makamnya, itu haknya, kan?"
Aku tersenyum lega dalam hati berterimakasih pada Ren. Fumiko menatap Ren dengan tatapan ragu.
"Aku mohon.." bisikku pada Fumiko, dan dengan berat hati Fumiko membalas dengan agukkan.
"Oke, ayo kita berangkat!"
***
Aku, Fumiko, dan Ren berjalan beriringan, hingga Ren menghentikan langkahnya. "Disini.." ujar Ren sambil menatap salah satu batu nisan yang tampak masih baru.
"Oh.. ya, aku bersyukur batu ini tampak keren!" ujarku sambil tertawa kecil berharap teman-temanku akan melakukan hal yang sama. Sebenarnya, batu itu sama sekali tidak keren, hanya seonggok batu dengan namaku diatasnya.
Ren dan Fumiko tampak menatap makamku dengan sedih, mereka bertingkah seolah aku tidak ada disini. Ren menaruh bunga di batu nisanku dan menyiramnya seperti selayaknya.
Dan itu terjadi lagi, tubuhku semakin tidak tampak, redup dan terang seperti lampu yang sudah lama tidak diganti.
"Padahal aku masih ingin berada disini." gumamku, Fumiko tampak menitikkan air mata, namun dengan cepat ia menyekanya.
"Ren?"
Aku, Fumiko dan Ren segera berbalik, dan mendapati ibuku yang membawa beberapa jenis bunga. Napasku tertahan melihat ibuku yang tampak sehat, bukannya aku merasa tidak senang melihat ibuku yang tampak sehat, hanya saja.. ibu terlihat sudah melupakanku. Dan jujur, rasanya sakit.
"Ibu.."
Ren dan Fumiko tampak tersentak menyadari kehadiran ibuku, mereka menunduk sebagai penghormatan bagi ibuku.
"Wah, aku tidak mengira kau juga berziarah, kebetulan sekali, ya?" sapa ibuku sambil menepuk kepala Ren.
"Yah.. ahaha, entah kenapa aku ingin sekali kesini." ucap Ren sambil menyentuh tengkuknya.
"Dan siapa namamu gadis manis?" tanya ibuku sambil memandangi Fumiko dengan tersenyum. Aku cukup terkejut ibu bersikap lembut seperti itu, maksudku selama hidupku, aku tidak pernah melihat ibuku seperti itu.
"Tachikawa Fumiko." ujar Fumiko sambil menunduk sekali lagi, aku ingin berkata pada ibuku bahwa aku dan Fumiko sudah melewati hanyak hal, aku ingin bercerita apa saja yang aku lalui bersama Fumiko. Aku ingin, tapi tidak bisa, aku mengepal tanganku saat menatap senyum ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Melody [REVISI]
FantasyMelodi Kematian. Sosok gadis 13 tahun dengan gitar yang hanya dapat didengar oleh orang-orang tertentu. Suara petikan gitar itu hanya dapat didengar oleh arwah, anak indigo, dan orang yang mendekati ajalnya. Aku mendengar suara gitar itu selama 3 ha...