Part 12

4.7K 376 2
                                    

Author

Drrrtttt......drrrttt...drrrttt.....
Getaran hanphone di atas meja diiringi lantunan lagu one more night milik maroon 5 bergema dalam ruangan mengusik tidur nyenyak seorang anak manusia yang masih bergelut di alam mimpi.

Orang itu yang ialah rezki. ia baru terlelap beberapa jam lalu harus diganggu deringan telpon yang nerulang ulang. Masih setengah sadar tangannya meraba raba ke atas meja, mencari keberadaan handphonenya.

"Halo.." sapanya dengan suara yang masih serak khas bangun tidur.

"Heh lo inget nggak sih kalau udah janjian sama gue, gue udah lumutan nunggu lo disini. Jangan sampe lo nggak datang,habis lo sama gue" teriak seseorang di seberang sana.

"Iya, saya pasti datang"

"Cepetan, gue tunggu lo 15 menit"

Klik..

Telpon langsung terputus, rezki melihat jam di atas mejanya. 'Udah jam 11 siang, wajar aja dia marah'.
Ia bangkit dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi.

***

Rezki pov

Sial, kenapa aku bisa lupa kalau ada janji dengan Bang Tio. Yah yang menelponku tadi ialah bang tio, kita memang udah dua minggu nggak ketemu. Bang tio udah nggak ngekos lagi, dia sekarang udah balik kerumah orang tuanya. Aku baru tau ternyata bang tio adalah anak dari pemilik hotel tempat aku bekerja, itu baru kuketahui baru baru ini.

Bang tio sengaja merahasiakan identitasnya untuk melihat cara kerja karyawannya. Pak Darno kepala bagian kebersihan dipecatnya secara tidak hormat karena ketahuan menyeleweng.

Setelah aku tau bang tio adalah orang kaya, aku dan andri perlahan mulai menjaga jarak darinya. Aku merasa tak pantas dekat dengannya. bicara mengenai orang kaya, apa kabarnya dengan wanita itu?.

Aku kembali teringat dengan dia. Dia yang telah memporak porakkan pikiranku selama sebulan ini.
Selama sebulan ini aku menunggu ia muncul, selama sebulan aku sibuk meneliti satu persatu pelanggan yang datang ke club, sayangnya ia tak pernah terlihat setelah kejadian itu.
Aku sudah patah harapan, dan berusaha melupakan kejadian itu.

Aku mencari pakaian yang akan aku kenakan, hem, celana jeans louis kw yang kubeli di pasar di padukan dengan kaos hugoboss harga 20 ribu, dilapisi jaket warna hitam. Pakaianku memang nggak ada yang mahal, semuanya aku beli di pasar. Harganya lebih murah.

Aku mengunci pintu kosku, dan berjalan ke depan mencari angkot menuju tempat janjianku dengan bang tio.

***

Aku berjalan memasuki kafe tempat janjian dengan bang tio, ku edarkan pandanganku mencari keberadaannya. Dia ada di meja pojok, langsung saja aku menuju kesana, ia tidak sendiri, ada dua wanita duduk di depannya yang otomatis membelakangiku.

"Hey bang, sorry lama. Kesiangan"
Cengirku pada bang tio, sambil menyalaminya.

"Sialan lo, udah setengah jam gue nunggu. Untung ketemu temen gue, kalau nggak gue bisa mati kebosanan nunggu lo" ujarnya sambil merangkulku.

"Eh kenalin nih temen gue, stella dan Renatayla"

Aku hampir melupakan dua makhluk yang ada di belakangku. Mendengar ucapan bang tio, aku berbalik menghadap mereka berniat mengulurkan tanganku,

Deg.

Dia.

Wanita itu.

Wanita yang mengacaukan pikiranku sebulan ini. Kulihat dia juga terkejut melihatku, matanya membelak, dia tambah cantik dengan mimik muka seprti itu. Gila , kenapa aku malah memujinya. Jantungku mulai kumat berdetak sangat kencang, ini lebih parah dari sebelumnya.

"Hey gue stella, sahabatnya tio" ucapan wanita yang ada disampingnya mengembalikan kesadaranku, kulirik dia juga mulai berusaha mengontrol diri.

"Rezki" jawabku sambil menerima uluran tangannya.

Aku pun mengulurkan tanganku ke arah dia, aku nggak mau bang tio dan stella curiga denganku hanya karena tidak bersikap biasa terhadap dia.

"Saya Rezki "
Sial tanganku gemetar, jangan sampai dia melihatnya.

"Renatayla" jawabnya. Dia menyambut tanganku, shit tangannya halus banget, suaranya juga merdu.

Kami sama sama terdiam dengan tangan yang masih saling menggenggam, mata kamipun bertemu, seolah menyampaikan sesuatu yang terpendam selama sebulan ini.

"Ekhemm..." deheman bang tio membuat ia menarik tangannya, aku merasa kehilangan saat tangan iti terlepas dari genggamanku.

"Duduk gih rez,"

Aku menuruti perintah bang tio, duduk dikursi kosong yang ada di sebelahnya. Heh, otomatis aku berhadapan dengan dia, Renatayla. Nama yang indah, seindah orangnya. Oke fix, aku mulai pintar gombal sekarang.

"Mau pesan apa rez, kita juga belum mesan makanan dari tadi, sengaja nungguin lo. gue tebak lo pasti belom makan apa apa. Bangun aja kesiangan."  Baik banget bang tio ini.

"Apa aja deh bang"

"Oke. Samain punya gue aja ya"
Bang tio memanggil pelayan, dan memesan makananku.

Aku melirik dia, sepertinya sibuk dengan ponselnya. Temannya si stella juga. Apa dia sudah melupakan kejadian itu, kenapa dia seolah olah tak mengenalku. Shit, jangan mimpi deh rez, emang lo siapanya dia.

"Whattt !!!" Tiba tiba stella berteriak, mengejutkan kami, pengunjung lain menatap aneh ke arah kami.

"Up. Sorry"
Ujarnya sambil cengengesan,
stella menatapku, seperti menilai. apa ada yang salah denganku. Aku merasa risih juga dengan tatapannya, sikutan dari renatayla membuat dia memalingkan mukanya.

Tak lama pesanan kami datang, aku meneguk ludah melihat makanan yang terhidang di atas meja ini. Maklumlah pertama kali makan makanan mewah. Cacing di perutku semakin menjerit. Stay cool rez, jangan sampai kamu malu maluin di depan renatayla.

"Gimana kerjaan lo rez ?"
Bang tio memulai percakapan setelah kami selesai menikmati makanan kami.

"Baik bang"  jawabku singkat.

"Kok gue merasa lo sama andri menghindari gue akhir akhir ini rez"
Jangan menatapku seperti itu bang.

"Perasaan abang aja kali, kami biasa biasa aja kok bang"

"Waktu gue ngajak makan siang di hotel kalian malah pergi duluan sama dodi, ini aja gue harus ngancam dulu baru lo mau, mana telat lagi datangnya" nada bicara bang tio udah mulai kesal. Apa kami udah keterlaluan ya sama bang tio. Aku hanya diam, nggak ada pembelaan, karena aku memang salah.

"Siapa juga yang mau deket ama kuman macam lo nyok" timpal stella mencairkan suasana. kulirik ayla tersenyum mendengar ucapan stella. Omg, senyumnya juga manis banget, benar benar sempurna ciptaan stu ini. Dia menghentikan senyumannya ketika melihat aku menatapnya. Sial.

Aku sudah memiliki panggilan khusus untuknya. Ayla. Ku ambil dari nama belakangnya. Renatayla. Nama yang indah di dengar, dan mudah di ucapkan. Masalah bang tio nantilah konsultasi sama andri dulu. Sorry bang kalau aku dan andri udah keterlaluan.

Next

Masih Disini, denganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang