Typo masih betebaran karena minim editan. Aku lagi sibuk banget dengan dunia nyata, tapi belain update karena lihat voment-nya bagus. Buat yang nggak nyaman dengan typo, silakan melipir.
Oh ya, jangan lupa follow instagram @titisanaria untuk update kabar tulisan, ya. Buat yang suka puisi, aku akan keluarin buku puisi dalam waktu dekat, jadi Ben-Becca sedikit molor keluarnya. Biar nggak tabrakan. Hepi reading en lope-lope yu ol, Gaessss...
**
"Ya, aku akan naik sekarang. Aku—" Prita melihat layar ponselnya sebal. Hubungan sudah diputuskan sebelum dia selesai bicara. Dasar laki-laki menyebalkan. Apa sih yang ayah-ibunya lihat dari dia? Ah, tentu saja pekerjaannya yang sempurna. Kenapa masih harus bertanya? Prita mendesah dan berpaling ke arah Orlin yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Lin, saya mau ke atas. Ada meeting dengan EO di kantor Erlan. Kamu mau ikut?" Orlin mungkin bisa PDKT dengan Bastian, kalau laki-laki itu tidak ikut diseret Erlan dalam meeting. Yang ada di kepala Erlan kan hanya kerja, kerja, dan kerja. Mungkin saja dia bisa ruam, atau malah terkena stroke kalau melihat orang yang sudah dibayar untuk bekerja malah duduk santai dan menikmati hidup.
"Ke kantor Pak Erlan?" Mata Orlin membelalak. Dia lebih terlihat ngeri daripada tertarik. "Nggak usah, Mbak." Dia menggerakkan-gerakkan tangan di depan dada. "Saya biar di sini saja. Saya belum siap mempermalukan diri lebih lanjut. Saya harus mengumpulkan keberanian dulu sebelum ketemu Bastian lagi. Mungkin di kehidupan berikutnya."
Prita hanya bisa menggeleng-geleng. "Kapan dekatnya kalau gitu? Di kehidupan selanjutnya kamu belum tentu terlahir sebagai diri kamu yang sekarang. Lagian, segala reinkarnasi diomongin."
Tatapan Orlin terlihat pasrah. "Mengagumi dari jauh sudah cukup untuk saya kok, Mbak. Saya tahu diri. Bastian nggak mungkin suka sama cewek kikuk kayak saya."
Prita mendesah gemas. Enak saja mau menyerah. Orlin tidak tahu saja perjuangan yang dia lakukan untuk mendekatkan Bastian padanya. Prita bahkan harus mencium orang yang salah dan terlihat konyol setelahnya. "Kamu tetap akan mendekati Bastian. Kita nggak boleh mundur sekarang. Mungkin bukan hari ini, tapi saya akan memastikan kamu nggak angkat bendera putih sebelum lihat medan perangnya kayak apa." Dia menuju pintu. "Saya ke atas dulu."
EO yang diperkenalkan Erlan adalah seorang perempuan setengah baya yang dulu Prita kenal sebagai artis. Dia tampak ramah.
"Saya sudah bicara dengan Pak Erlan sebelumnya," kata Uchy, EO itu, setelah melepaskan jabatan tangan Prita dan duduk kembali. "Saya sudah menangkap konsepnya. Dan katanya semua koordinasi akan kami lakukan dengan Mbak Prita, kan?"
"Iya, Prita yang akan bertanggung jawab tentang acara ini dari pihak kami," Erlan menjawab Prita sempat membuka mulut. "Tapi Mbak Uchy bisa menghubungi saya juga kalau memang ada hal penting yang harus didiskusikan."
Prita hampir memutar bola mata. Ketahuan sekali Erlan tidak memercayai kemampuannya untuk memegang acara sebesar ini. Belum-belum dia sudah yakin Prita akan mengacau.
"Saya yakin Mbak Prita pasti bisa," ucapan yang disertai senyum manis Uchy membuat Prita sedikit terkejut. Ini kali pertama ada orang yang melihatnya dari sisi positif dan tidak meremehkan. "Ini pasti hanya hal kecil untuk Mbak Prita yang sudah terbiasa dengan ingar-bingar dunia fashion di New York. Kerjaan Mbak Prita di sini kan cuman mengawasi pekerjaan tim saya saja. Kecil dan gampang banget."
"Kok Mbak tahu pekerjaan saya di New York?" Tidak banyak orang tahu apa yang Prita kerjakan di Amerika. Pemberitaan yang heboh soal pembunuhan Bernard pun tidak membuat wartawan berhasil mengutak-atik kehidupan pribadinya yang itu. Prita juga langung menghapus semua akun media sosialnya sebelum polisi menggiringnya ke polda, karena tahu itu akan menjadi sasaran para nyamuk pers. Menganalisis dirinya dari apa yang dia unggah di media sosial. Prita bukan orang yang terlalu aktif di jejaring media sosial, tetapi seperti kebanyakan orang, dia kerap memajang foto-foto yang dia sukai. Tempat yang dia datangi, makanan yang dia suka, sketsa kasar rancangannya, kesibukannya yang luar biasa di rumah mode saat menjadi budak para desainer, dan lain-lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Starting Over (Terbit)
Romance"Gue yakin ada yang salah sama orang itu. Selama kenal dia, gue nggak pernah lihat dia tertawa. Sense of humor dia payah banget. Dia orang paling membosankan yang pernah gue temuin seumur hidup." "Tapi lo nggak lihat dia seksi gitu? Minta diraba-ra...