Halo... Ini lanjutan yang kemarin ya. Semoga kalian suka😆
Selamat Membaca...
***
"Namanya Sandra." kata Viona mantap, setengah berbisik karena takut terdengar oleh senior lain.
"Siapa?"
"Senior yang tadi nampar lo."
"Oh. Terus apa peduli aku? Bingung deh rasanya. Kenapa masih ada senioritas sih? Apa mereka mau balas dendam karena mereka dulu digituin sama pendahulu mereka?"
"Jangan keras-keras dong ngomongnya Karin," kata Viona sambil menutup mulut Karina dengan jari-jari tangannya. Ia tahu betul sikap dan tabeat sahabatnya ini. Karina sebenarnya bukan tipe orang yang gampang nyerah dan tunduk sama orang lain. Hanya saja, ia selalu pandai menguasai diri. Di saat seperti ini, tidak mungkin ia melawan. Toh tak ada gunanya, hanya membuang tenaga saja. Karina yakin akan ada saat yang tepat dimana ia akan mampu membungkam mulut pedas seniornya itu. Viona sendiri bingung, ilmu apa yang dimiliki sahabatnya itu sehingga ia pandai mengelola amarah dan menahan semuanya, padahal kalau dipikir-pikir, kebanyakan orang akan melawan atau bahkan balas dendam ketika ditindas dan diperlakukan seenaknya. Dalam benaknya, Karina yakin banyak orang seperti dia yang merasakan kekesalan dan kemarahan yang sama.
"Jangan dibungkam gitu, nanti malah pingsan lagi," celetuk seorang senior di belakang Karina dan Viona. Sontak saja mereka berdua kaget setengah mati. Mereka menoleh ke belakang, mencari si pemilik suara.
"Eh, maaf Kak. Mulut teman saya emang gak bisa direm, maaf kalo Kakak tersinggung, hehe." Viona mencoba membela diri dan membela sahabatnya itu.
"Sudah. Perhatikan lagi yang berbicara di depan, fokus lagi."
"Kakak gak hukum kami?" Namun, senior itu sudah berlalu pergi tanpa sepatah kata pun. Sebelum pergi, ia sempat menyunggingkan senyum di bibir tipisnya yang lucu itu. Belum lagi kempotnya yang menggemaskan itu.
"Gak usah diliatin gitu juga kali Vi!"
"Gue kayaknya udah familiar deh sama tuh wajah."
"Ya iyalah. Dia 'kan senior, jadi muka nya harus familiar biar dikenal orang. Lagian ngapain juga sih kamu inget-inget? Dia udah pergi tau."
"Dia ganteng banget tau."
"Liat yang bening aja mata kamu tuh jelalatan tau!"
"Hehehe..."
📖📖📖
Karina sedang duduk santai di kursi kantin. Kemudian Viona datang membawa dua porsi mie yang tadi dipesan, ditambah dua gelas jus jeruk segar. Suasana begitu ramai saat itu. Beberapa calon mahasiswa seperti dirinya juga tampak sedang menikmati masa istirahat yang hanya sekejap. Kebanyakan dari mereka hanya mengobrol saja, melepas lelah setelah mengalami tekanan dari para senior-senior itu.
Baru saja Karina hendak meminum jusnya, seseorang malah menumpahkan jus itu secara sengaja hingga seragam Karina basah. Karina yang kaget hanya mengucap istigfar saja.
"Astagfirullah. Ya ampun seragamku."
Viona tidak tinggal diam.
"Maksud lo apaan numpahin jus ke baju sahabat gue? Lo ada masalah apa sama dia?"
"Lo jangan ikut campur deh. Ini urusan gue sama dia. Lo berani banget ya ngelawan gue!"
"Jangan mentang-mentang lo senior di sini dan lo bisa lakuin apapun yang lo suka ya, inget sekolah ini punya aturan! Lo gak bisa seenaknya sama junior-junior lo!"
Sandra mulai naik darah. Ia merasa harga dirinya sebagai senior diinjak-injak. Wajahnya merah penuh amarah.
"Sudah-sudah. Vi, kita pergi aja dari sini," ajak Karina. Ia tak ingin sahabatnya mendapat masalah karena ini.
"Heh lo juga. Mau ke mana lo?" kata Sandra sambil mendorong tubuh Karina hingga bergeser beberapa senti. Emosi Viona naik lagi. Pertengkaran hampir saja terjadi kalau...
"STOP!" seseorang menghentikan perdebatan mereka.
"San, udah gue bilang lo jangan ganggu dia terus. Apa lo gak denger?" kata laki-laki itu. Sandra hanya cemberut saja.
"Tapi dia itu udah kurang ajar banget. Lo inget 'kan, dia ngobrol saat lagi ada pengarahan, terus dia juga gak selesein hukuman dia!"
"Semua orang melakukan kesalahan. Lo dulu juga gitu, San. Senioritas boleh San, tapi gak pake maen fisik. Lo ngerti?"
"Dan soal hukuman itu, gue yang suruh dia buat balik ke kelas. Dan ya satu lagi, lo beruntung karena lo gak gue laporin ke pihak universitas kalo lo udah nampar Karina sampe dia pingsan!"
Wajah Sandra memerah menahan malu. Dia kemudian berlalu tanpa sepatah kata pun bersama dayang-dayangnya. Senior yang membela Karina menarik tangan Karina, dan membawanya pergi. Meninggalkan Viona seorang diri. Yah gue ditinggalin lagi, gumamnya dalam hati.
Senior itu membawa Karina ke parkiran. Senior itu kemudian membuka pintu mobilnya, lalu mengambil sebuah baju yang masih terbungkus plastik.
"Pakai ini. Baju kamu basah, maaf karena sikap Sandra kayak gitu ke kamu. Sekarang, ganti baju kamu dan kembali ke kelas kamu."
"Terima kasih atas segalanya, Kak. Aku pergi dulu."
Karina merasa senang karena masih ada senior yang baik hatinya. Diam-diam dia menaruh kagum pada senior yang sudah beberapa kali membantu dan menolongnya itu.
📖📖📖
"Rin, sekarang gue inget siapa senior yang selalu bantuin dan nolong lo itu.""Siapa?" tanya Karina, sambil berusaha menahan rasa penasarannya agar tak terlihat oleh Viona.
"Namanya... Alfian Mahendra. Dia ketua BEM FMIPA sekaligus mahasiswa peraih IPK tertinggi semester ini."
"Oh."
Viona sedikit kesal karena informasinya hanya ditanggapi dengan 'oh' saja. Mukanya cemberut.
"Tapi dia ganteng, 'kan?"
"Nggak tau ah," jawab Karina singkat. Sekali lagi Viona harus menahan kekesalannya. Dia tahu betul sifat Karina yang tak acuh terhadap laki-laki dan tidak terlalu memikirkan tentang laki-laki.
"Dan satu informasi lagi yang harus lo tau, dia itu ketua basket di universitas ini."
Barulah perkataan terakhir sahabatnya ini membuat Karina tersedak.
Kalo yang itu aku suka.
***
Ini senior tampannya.Thanks...
Kenapa Karina senyum pas denger seniornya suka basket ya?
PS : Follow IG @asnurdiyantii dan @raina.fajar
Tunggu lanjutannya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
General FictionHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...