Bagian 1

12 2 1
                                    

Ratusan mata mengeluarkan bening kristalnya. Kehilangan bukanlah hal yang di inginkan siapapun di dunia ini. Puing puing reruntuhan di bongkar guna mencari korban lainnya. Entah itu bernyawa ataupun tidak.

Bantuan kesehatan datang membantu. Membawa korban ke rumah sakit terdekat. Kota yang dahulunya megah, dimana terbangun gedung gedung tinggi di atasnya. Kini, dalam beberapa menit hancur rata dengan tanah. Goncangan keras yang menyisakan trauma mendalam pada banyak orang.

"Dokter Gavin, kemari cepat. Lihat, ada kaki! Sepertinya dia terhimpit di sana". Tunjuk salah seorang regu penyelamat.

"Dokter harap bersiap. Saya dan teman teman akan mengeluarkannya. Karena sepertinya dia masih hidup. Tadi kakinya bergerak sedikit"

Laki laki gagah berumur lebih dari setengah abad itu mengangguk. Sudah tugasnya menolong korban.

Sekitar empat puluh lima menit kemudian, tiga orang regu penyelamat keluar bersama korban wanita. "Di sini ada korban selamat. Di dalam masih ada anak kecil. Andi, bawa tim kamu masuk". Ujar seorang dokter yang tampaknya merupakan ketua disana.

Laki laki bernama Andi itu mengangguk. Gavin berjalan mendekati gadis muda yang tak sadarkan diri. Darah mengalir dari kepalanya. Wajahnya hancur tertimpa reruntuhan. Ia merasa iba.

"Apa dia masih bisa di selamatkan, dok?".

Sebuah stetoskop di letakkan di atas dada si korban. Masih ada detak, walau sangat lemah. Gavin mengangguk sebagai jawaban.

Komandan menghela nafas lega.

"Tapi dia harus segera di bawa ke ruang perawatan. Lukanya sangat serius. Saya sudah pasangkan gelang berwarna merah. "

Dion mengangguk paham. Di bawanya pergi pasien tersebut dengan ambulan. Bersyukur terdapat kendaraan kosong. Sepertinya Tuhan mengizinkannya untuk tetap hidup.

Gavin melanjutkan tugasnya. Memeriksa kondisi pasien yang lain. Ia paham betul perasaan keluarga korban. Kehilangan ataupun takut karena hampir kehilangan. Namun apa dayanya? Ia hanya dokter yang menjadi perantara Tuhan untuk menyembuhkan. Nyawa setiap manusia tetap berada di tangan Nya. Tugas dokter hanya lah membantu mengobati. Bukan hanya sekali nyawa pasien tak selamat di tangannya,rasanya ia seolah gagal menjadi seorang dokter. Tapi sekali lagi, semua takdir beradadi tangan Nya. Manusia boleh berencana namun akhirnya Tuhan yang menentukan.

******

Rumah sakit. Satu tempat yang tak mau orang kunjungi. Tapi di sinilah ia dan suaminya bekerja. Ella Kusuma namanya. Dokter kecantikan sekaligus dokter bedah plastik terkenal di Indonesia. Wanita itu merasa sedih melihat kondisi para korban bencana. Obat-obat tak mencukupi, ruangan pun terbatas. Matanya menjelajah sepanjang koridor. Ia tersenyum. Di tengah bencana melanda, para korban tetap berusaha tersenyum dan bahagia.

"Mbak, saya mau cari anak saya. Kata tim SAR anak saya di bawa kemari"

Ella menoleh. Tampak sepasang suami istri dengan wajah paniknya menghampiri bagian resepsionis.

"Sebentar ya, bu. Ada banyak anak kecil yang di bawa kemari , bu. Agak sedikit sulit untuk bisa di temukan dengan cepat"

"Sera!". Seru seseorang. Ibu itu menoleh.

"Kamu nyari Zara? Dia di sini. Tadi aku lihat dia di bawa "

Tanpa menunggu apapun lagi, pasangan muda tersebut berlari ke arah temannya. Ella merasa penasaran. Ia mengikuti wanita bernama Sera tersebut.

"Zara di mana, Nik?"

"Dia di dalam. Kata mas Andi kondisi Zara gak terlalu parah, karena ada seorang gadis yang ngelindungi anak kamu"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

unforgettableWhere stories live. Discover now