"Pulanglah kerumah, kamu harus istirahat"
"Aku disini saja Mom."
"Mommy baik-baik saja, lagi pula ini sudah malam. Dari bandara langsung kesini, kamu pasti lelah. Tidurlah dulu dirumah, kembali kesini lagi, besok"
"Aku disini saja Mom, lagipula aku akan pulang pada penerbangan terakhir hari ini."
"Tapi kamu baru sampai pagi tadi So hyun, tinggalah setidaknya sampai besok pagi."
So hyun diliputi rasa bimbang, ia tidak ingin mengecewakan Mommy Vernon yang saat ini sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Tapi ia juga tidak sanggup jika harus kembali ke rumah Vernon, tempat nyaman dengan berbagai kenangan indah didalamnya. Bahkan kembali menginjakkan kaki di negara ini saja sudah begitu membuat So hyun merasa sesak karena merindukan Vernon.
"Kamu harus menghadapinya So hyun, berhentilah berduka.... Kamu kembali ke New York setelah....
setelah kejadian itu untuk menjengguk Mommy, sungguh.... Mommy sangat berterimakasih. Mommy tahu itu tak mudah untukmu, tapi kamu harus melepaskan Vernon. Lepaskanlah So hyun, berhentilah merasa bersalah pada sesuatu yang bahkan bukan salahmu"So hyun tak dapat lagi membendung air matanya, ketegaran yang berusaha dipertahankan sejak tiba di New York runtuh begitu saja. Mommy Vernon kemudian memeluk So hyun, mengelus rambutnya, menenangkannya.
"Oh... my girl, i am sorry. You are my girl, Mommy menyayangimu.... Kepergian Vernon itu sudah menjadi takdir. Mommy akan sedih jika melihat kamu terus berduka, Mommy yakin Vernon pun akan sedih melihatmu terus seperti ini"
Mengetahui Mommy bersedih karena dirinya, membuat So hyun merasa bersalah dan membayangkan Vernon yang sedih dan tak tenang disana, membuat So hyun merasa tertampar.
"Maafkan aku mom, maafkan aku. Aku menyayangimu." Jawab So hyun disela tangisnya.
.
.
Pada akhirnya So hyun memutuskan untuk memenuhi keinginan Mommy, keluarga Vernon sudah menganggap ia bagian dari keluarganya. Begitu pula So hyun.
Semenjak kematian Vernon, So hyun tak pernah kembali ke New York. Namun, hal ini tak membuat So hyun berhenti berhubungan dengan keluarga Vernon.
So hyun selalu menyempatkan untuk menelepon Mommy atau Sofia. Kemudian kemarin saat So hyun menelepon Sofia, ia dikejutkan saat mendapat kabar jika Mommy sedang dirawat dirumah sakit karena kelelahan setelah perjalan bisnisnya.
.
.
~ ~ ~ ~
.
"Maaf baru mengunjungimu...
Apa kabarmu disana?
Benarkah oppa bersedih karenaku?
Maafkan aku....
Aku.... Aku benar-benar tak bisa mengatakan bahwa aku baik-baik saja....
Aku merindukanmu.... -Apa yang harus aku lakukan?"
So hyun menangis tersedu-sedu, ia tak mampu berkata-kata. So hyun duduk bersimpuh di hadapan nisan Vernon. Ia tidak pernah mau untuk melihat Vernon yang sudah dibawah tanah yang dingin, tidak ingin mengakui jika Vernon sudah tidak berada di dunia ini lagi.
So hyun hanya bisa menyebut nyebut nama Vernon dalam tangisnya. Mengungkapkan kerinduan yang membuncah dan tak akan pernah merasa terobati.
Namun, seperti semua orang yang disayanginya katakan. So hyun harus melepaskan Vernon, dan kini ia sedang mengupayakannya, sangat ingin mengupayakannya. So hyun sadar jika ia telah membuat keluarganya begitu khawatir dan ia pun sudah lelah, hanya belum tahu caranya untuk berhenti.
"Aku mencintaimu... dan akan selalu mencintaimu...."
So hyun menarik nafasnya dalam-dalam.
"Aku merelakanmu oppa... Berbahagialah disana. "
.
.
~ ~ ~ ~
.
Setelah menghabiskan waktu di New York selama 2 hari untuk merawat Mommy hingga keadaan mommy sudah sangat membaik, So hyun akhirnya memutuskan untuk pulang kembali ke Seoul.
Setelah menemukan posisi kursinya, So hyun memposisikan untuk duduk di kursi dengan nyaman. Baru beberapa saat So hyun memejamkan matanya, ia dikejutkan dengan suara laki-laki yang duduk di sampingnya. Suara yang dikenalnya.
"So hyun!" panggil laki-laki itu padanya, dengan nada terkejutnya.
So hyun membuka matanya, menengokkan wajahnya dan mendapatkan kejutan karena bertemu dengannya disini. Dengan sikap tenangnya So hyun mengangguk "Jackson-ssi" sapa So hyun sopan.
Jackson, seseorang yang ingin So hyun hindari dan saat ini So hyun harus menahan keinginannya untuk segera keluar dari pesawat dan mengikuti penerbangan selanjutnya.
Melihat reaksi So hyun membuat kekecewaan merasuki Jackson, namun belum cukup kecewa untuk mengilangkan rasa senangnya karena bertemu So hyun dengan cara seperti ini. Tidak direncanakan. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu lebih cepat dari pada rencanaku. Aku rasa takdir baik memang sedang berpihak padaku"
So hyun hanya diam, seperti tak mendegar apapun. Namun, Jackson mengabaikan sikap So hyun, ia kembali berbicara dengan antusias. "Kau sudah menerima bunga-bunga dariku kan? Kau tahu jika itu dariku kan?" Jackson menatap So hyun, ingin melihat reaksi apa yang di dapatnya kali ini.
So hyun memandangnya, dengan tatapan dingin. "Ya aku tahu itu darimu, dan aku akan berterimakasih jika kau tidak mengirimnya lagi" ucap So hyun.
Keceriaan Jackson memudar, ia tahu jika So hyun sedang menghindar darinya entah apa alasannya. Ia benar-benar tak tahu.
"Kau bersikap seakan tak mengenalku. Ku kira kita sudah menjadi lebih akrab setelah perbincangan singkat kita saat pesta di Hongkong. Mengapa saat itu kau tiba-tiba pergi So hyun? Apa aku berbuat sesuatu yang salah?" Jackson tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Mendengar hal itu membuat So hyun merasa bersalah, ia telah membuat Jackson kebingungan akan sikapnya. So hyun menghela nafasnya, ia berusaha menatap Jackson "Maafkan aku jika telah membuatmu bingung, Jackson-ssi tidak berubuat salah.... Hanya saja ak....aku.... –
So hyun kesulitan untuk menjelaskannya, bahkan ia tak tahu apa yang harus ia jelaskan pada orang yang baru dikenalnya ini. Jackson yang mengerti kebingungan So hyun segera mengambil alih.
"Baguslah kalo begitu, aku lega. Maka tidak masalah kan jika kita bertemu lagi nantinya, maksudku... kamu tidak akan mengabaikan atau dingin kepadaku lagi kan?" ucap Jackson.
So hyun tersenyum geli mendengar ucapan Jackson, "Aku akan menyapa jika kebetulan bertemu denganmu lagi, dan mengenai sikapku padamu.... itu tergantung pada perilakumu saat berada di sekitarku" ucap So hyun.
So hyun merasa lega karena Jackson tidak memaksa ia untuk menceritakan alasannya pergi dari pesta secara mendadak. Jackson tidak ada sangkut pautnya dengan meninggalnya Vernon, ia hanya bertemu dengan So hyun pada waktu yang kurang tepat. Di saat So hyun masih sangat tak bisa menerima kenyataan jika Vernon telah meninggalkannya, di saat terbesit pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Jackson tersenyum lega mendengar jawaban So hyun. "Aku akan memastikan jika kamu akan sering menyapaku, karena aku berencana untuk sering bertemu denganmu dan aku rasa aku akan menjadi anak manis jika berada di sekitarmu" ucap Jackson. Perkataan yang membuat So hyun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Perjalanan panjang dari New York menuju Seoul membuat Jackson memiliki banyak waktu untuk lebih mengenal So hyun. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Keduanya lalu menghabiskan banyak waktunya untuk berbincang, membicarakan pekerjaan, dan berbagai hal lainnya hingga hal-hal yang cukup sepele untuk keduanya bicarakan.
Jackson menikmati semua itu dengan senang hati, bahkan tampaknya So hyun pun menikmatinya. Seakan keduanya telah saling mengenal dalam waktu bertahun-tahun, bahkan Jackson sedang mengusahakan supaya mendapatkan panggilan 'oppa' dari So hyun.
"Bukankah sikap pria itu tidak masuk akal? Bagaimana ia bisa menyerahkan dirinya hanya demi wanita yang bahkan tidak mencintainya" Jackson ingin kembali memulai perdebatannya dengan So hyun, mengenai film yang sedang diputar. Tapi So hyun tak membalas ucapannya.
Jackson menolehkan wajahnya untuk melihat So hyun, dan Jackson tertegun saat melihat wajah So hyun yang damai dan sangat cantik itu telah terlelap dalam tidurnya.
"Kau pasti kelelahan" gumam Jackson.
Entah mengapa melihat wajah So hyun yang tertidur membuat Jackson menjadi damai. Jackson memandangi wajah So hyun lama sekali, lalu tangan Jackson terulur dengan hati-hati ia menyingkirkan helaian rambut So hyun yang menutupi wajah cantiknya. Hingga ia terkejut ketika mata So hyun yang terpejam itu mengeluarkan air mata yang kemudian mengalir di pipinya.
Hati Jackson seakan tertusuk melihat air mata So hyun jatuh, entah mengapa perasaannya begitu kacau karena So hyun. Setelah pertemuan mereka di Hongkong, Jackson bahkan semakin kesulitan untuk menghilangkan wajah So hyun dari benaknya. Sepertinya tanpa disadari, Jackson sudah jatuh semakin dalam pada pesona seorang Kim so hyun.
Dengan lembut Jackson menghapus air mata di pipi So hyun. Jackson kembali memandang wajah So hyun, matanya yang terpejam menampilan bulu mata hitamnya yang cantik, hidung mancungnya yang mungil lalu beralih pada bibir So hyun yang semerah cherry, membuat Jackson ingin mengecupnya. Namun, sebelum ia semakin mendekatkan wajahnya, So hyun bergerak, menggeliat tak nyaman dalam tidurnya.
Jackson kemudian tersenyum. Ya, ia tak boleh mencuri ciuman dari So hyun. Jackson akan mendapatkannya saat ia juga telah mendapatkan hati So hyun. Jackson mengurungkan niatnya, lalu lebih memilih mengambil selimut, dan menyelimuti So hyun. Ia menikmati wajah damai So hyun, hingga ia pun terlelap dengan senyum yang terukir di bibirnya. Sepertinya takdir baik memang sedang berpihak pada Jackson.
- - - - - - - - - - - - - - - -
Bersambung.....