Chapter 7: Tentang Chinatsu Hiyori

45 9 0
                                    

‘Kau tidak akan sendirian lagi sekarang, Chinatsu-san.’

‘Kami ada di sini. Teman sejatimu ada di sini.’

‘Nakajima-kun benar. Aku mau menjadi temanmu, Chinatsu-san.’

Nakajima-kun dan Yoshikawa-kun. Mereka adalah temanku yang baru. Aku senang sekali. Saking senangnya sampai jantungku terus menari-nari. Kata-kata mereka tadi terus terniang di dalam kepalaku. Aku ingin menangis lagi. Rasanya seperti aku sedang bermimpi saja.

Apa aku memang sedang bermimpi?

Mungkin saja aku memang sedang bermimpi tadi. Setelah mendapatkan musibah, Tuhan mengutus dua orang malaikat-Nya untuk menyemangatiku. Maksudku, ini adalah pertemuanku yang pertama kalinya dengan Nakajima dan Yoshikawa, tapi mereka mau menjadi temanku dengan sukarela. Kebaikkan mereka membuatku tersentuh.

Aku jadi merasa bodoh saat mengingat apa yang telah kulakukan dulu hanya karena ingin mendapatkan seorang teman saja. Ketika mengalami kejadian dengan mantan temanku tadi, aku jadi merasa kalau kata-katanya Nakajima tadi itu benar.

Aku terus melamun memikirkan kejadian tadi, sampai-sampai aku sadar kalau aku telah berada tidak jauh dari rumahku.

“Ah, gawat! Baju seragamku masih basah! Bagaimana ini? Kalau Ibu sampai tahu, aku bisa dimarahi lagi!”

Aku harus bagaimana, ya? Aku terlalu takut untuk mengatakan apapun kepada Ibuku sejak aku mengubah penampilanku. Jika Ibu melihatku seperti ini, bakal semarah apa lagi dia kepadaku.

Namun, ketika aku bergumul dengan ketakutanku, suara Nakajima terniang di dalam kepalaku lagi.

‘Hadapi saja! Ada kami di sisimu sekarang!’

Nakajima tidak mengucapkan itu, sih tadi. Tapi, mungkin itu adalah alam bawah sadarku, yang menggunakan suaranya Nakajima, yang mencoba untuk menyemangatiku. Tapi, sekali saja, aku sempat berpikir kalau Nakajima lah yang berusaha menyemangatiku.

Aku menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk membuka pintu rumah. Berharap kalau Ayah dan Ibuku sedang tidak ada di rumah saat ini.

“Hiyori?! Kenapa kau bisa basah kuyup seperti itu?”

Oh tidak! Rupanya Ibu sudah menunggu di belakang pintu. Sesaat setelah Ibu melihatku basah kuyup, Ibu sudah pasti terkejut dan memarahiku.

“Pasti ini karena teman-temanmu yang jahat itu, ya? Ibu sudah beberapa kali mengatakannya kepadamu, kalau mereka yang bergaya seperti itu tidak pantas untuk dikawani.” Ibu melepaskan amarahnya dengan mengomeliku panjang lebar. Tidak sedikit juga Ibu mengungkapkan sisi buruk dari mantan teman-temanku itu di depanku.

Tapi, yah aku sudah tidak peduli lagi dengan mereka.

“Yang terpenting, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Ada tulangmu yang patah?” Sekarang Ibu mencemaskan keadaanku.

“Tidak apa-apa, kok Bu …. Aku tidak terluka, kok.” Aku harus menjawabnya agar Ibu tidak terlalu cemas terhadapku.

“Benarkah? Apa perlu kita ke dokter untuk memeriksamu?” tanya Ibu lebih khawatir lagi.

“Tenang saja, kok. Aku sungguh baik-baik saja!” Aku meninju-ninju udara di depanku agar Ibuku tahu kalau aku baik-baik saja.

“Sudahlah, Bu …. Jika Hiyori bilang kalau dia baik-baik saja, maka dia benaran baik-baik saja, ‘kan?” ucap Ayah yang baru datang dari ruang tengah.

“Hmm …. Baiklah …. Maaf, ya Hiyori …. Ibu tiba-tiba merasa takut saat tahu kalau kau jatuh dari sungai tadi ….”

Ibu berjalan mendekatiku, lalu memelukku dengan erat. Jelas aku merasa terkejut. Sudah dua tahun aku tidak merasakan pelukan Ibuku lagi.

Re:Start Saat Umurku Menjadi 17 TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang