"Ko-kota?", Kaoru tergagap bertanya karena tempat yang dituju adalah tempat yang keamanannya sangat ketat.
"Tidak usah takut, kan ada paman.", ucap Paman Aruka bangga. Sepertinya Kaoru menjadi korban Arima dalam mengantarkan hasil panen kali ini.
"Aku harus izin dulu, Aruka-jisan." Aruka hanya mengangguk dan mengantar Kaoru untuk meminta izin kepada orangtua. "Aku pulang."
"Selamat datang Kaoru sayang.", sambut Shiri-baasan.
"Baa-san, ayah dan ibu di mana?", tanya Kaoru.
"Mereka masih di ladang bersama kakek. Ada apa sayang?", tanya Shiro dengan penuh kasih sayang. Panggilan -sayang untuk Kaoru berasal dari kedua orangtuanya. Nenek pikir panggilan itu cocok untuk Kaoru, jadi dia ikut-ikutan memanggil Kaoru dengan embel-embel sayang.
"Aku ingin mengajak Kaoru ke kota untuk mengantarkan hasil panen sayur." Aruka mengambil alih pembicaraan.
Shiro diam sejenak. Sesungguhnya Kaoru ingin sekali melihat keadaan kota, namun ia ragu karena takut ditangkap oleh para penjaga. "Kau boleh pergi, Kaoru. Aruka akan memakaikan sihir khusus untukmu.", final Shiro.
"Sihir?" Kaoru kaget karena dirinya akan diberikan sihir, karena biasanya dia hanya melihat benda atau tumbuhan saja yang diberi sihir. Meski dia tau ada ritual sihir untuk manusia, khususnya untuk pria bisa hamil.
"Tenang saja. Ini sihir ringan. Shiro-baasama, aku minta sebatang ilalang.", pinta Aruka pada Shiro. Tanpa tunggu lama Shiro keluar rumah dan kembali dengan membawa sebatang ilalang. Ilalang tersebut diberikan pada Aruka.
Aruka mulai membaca mantra yang entah bahasa apa itu, yang jelas Kaoru tidak mengerti bahasa apa yang Aruka gunakan dalam merapalkan sihirnya.
Selesai merapalkan sihir yang dimaksud, Aruka mengikatkan ilalang itu di pergelangan tangan kanan Kaoru, serta memotong bunga ilalang hingga tersisa tangkainya saja. Tak lama tangkai ilalang itu bercahaya, dalam hitungan detik kembali seperti semula.
"Cahaya apa tadi paman?", tanya Kaoru kebingungan.
Aruka terkekeh kecil melihat raut wajah Kaoru yang kebingungan bercampur penasaran dengan apa yang telah ia lakukan. "Cahaya tadi bertandakan bahwa mantra yang kugunakan berhasil. Dengan begini para penjaga tidak akan tahu bahwa kau bukan warga kerajaan.", jelas Aruka sembari menunjukkan pangkal lengan kanannya yang terukir dengan jelas bentuk semanggi berdaun empat yang merupakan lambang Kerajaan Leaf Clover.
Kaoru hanya menggunakan kepalanya bagai anak kucing yang begitu menggemaskan. #HaasuManiacKucing*plakk*
------
"Tunjukkan tanda kerajaanmu!", seru salah satu dari empat penjaga gerbang perbatasan kerajaan. Aruka menunjukkan tanda Leaf Clover di tanggannya. "Kau juga!", seru seorang lainnya pada Kaoru.
Takut ketahuan bahwa dirinya orang luar, Kaoru bersembunyi di belakang punggung Aruka. "Kaoru, perlihatkan lengan kananmu."
Tanpa banyak tanya, bagai kucing pada yang patuh pada pemiliknya *plak*kucing lagi, kucing lagi*, Kaoru menggulung lengan bajunya sampai terlihat tanda yang sama dengan Aruka.
"Baiklah. Silahkan masuk.", ajar para penjaga. Kaoru dan Aruka masuk ke kota dengan gerobak besar yang mengangkut hasil panen ladang dan kebun yang ditarik oleh dua ekor kuda.
"Paman, kenapa di lenganku ada tanda warga kerajaan?", tanya Kaoru. Arata tersenyum sambil mengusap lembut kepala Kaoru. "Itu berkat sihir yang kuberikan pada tangkai ilalang sebelumnya."
Kaoru mengangguk paham. Perjalanan dilanjutkan menuju pasar utama yang berada di sebelah barat kota. Perlu waktu sekitar 15 menit menuju pasar.
Di sepanjang perjalanan Kaoru tak henti-hentinya menatap kagum rumah-rumah penduduk dan bangunan lainnya. Tak jauh berbeda dari zaman Kaoru berasal, entah soal kegiatan sehari-hari seperti sekolah, pertokoan, dan kegiatan sosial lainnya. Hanya saja di sini semuanya serba tradisional plus ilmu sihir yang bisa ditemui di banyak tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTHERLAND (YAOI/M-PREG)√
FantasyStatus: Aku bersama keluargaku akan berlibur bersama. ketika dalam perjalan melewati salah satu tempat angker yang berada di prefektur Mie, Terowongan Aoyama, aku mengalami hal tak terduga. sejak melewati terowongan itu, hidupku dan keluargaku ber...