10 - 2 : BERDASARKAN KEPERCAYAAN

145 13 0
                                    

Chae Yeon baru saja menerima cincin merah jamrud dari Ki Joon. “Kau suka?” tanya Ki Joon, dengan senang hati.

Chae Yeon mengangguk dan terdiam muram.

“Tapi kenapa wajahmu begitu?”

“Tidak apa-apa. Katanya perempuan biasanya memang begini sebelum pertunangan.” Chae Yeon membela diri.

“Tidak apa-apa, aku mengerti kok dan,” Ki Joon berpindah duduk ke sebelah Chae Yeon sambil memegang tangannya, “aku memang salah.”

Chae Yeon tertegun.

“Aku lebih mementingkan citraku sendiri daripada perasaan dan harga dirimu. Aku bersikap bodoh hanya karena gosip murahan itu. Aku membuatmu kesepian. Perlu kulanjutkan?”

“Tak usah, sudah. Aku tahu Oppa menyesal.”

“Mau kupakaikan?” Ki Joon pun memakaikan cincin itu ke jari manis kiri Chae Yeon dengan mantap.

Chae Yeon memandangi jarinya itu. “Cantik,” gumamnya. “Kita minum wine yuk?” ajaknya, kemudian.

“Besok aku ada rapat, harus bangun pagi. Kita minum teh saja ya?” tawar Ki Joon, sebagai gantinya.


















Ri Jin sedang mencari tahu tentang Chae Yeon dan menemukan alamat rumahnya lewat data pribadinya di laptop Do Hyun. Ri Jin segera mencatatnya di ponsel.

“Oh Ri Jin-ssi, kau di mana?” suara Sekretaris Ahn terdengar.

“Sekretaris Ahn, saya ada di ruang kerja.” Ri Jin memberi tahu sambil sibuk mengetik.

Sekretaris Ahn datang. “Apa yang terjadi?” tanyanya, dengan tergesa-gesa.

“Saya perlu kunci mobil Anda,” kata Ri Jin, tidak kalah tergesa-gesa dari Sekretaris Ahn.

“Kau tahu Se Gi di mana?” tanya Sekretaris Ahn sambil mengeluarkan kunci mobilnya dari saku mantel.

“Sepertinya saya tahu.”

“Kalau begitu, saya—”

“Jangan.” Ri Jin menghentikan Sekretaris Ahn. “Karena mungkin Se Gi akan pulang, Anda berjagalah di sini. Ya?” Ri Jin akan menangani Se Gi sendirian di luar sana. Dia mengambil kunci mobil Sekretaris Ahn.


















Chae Yeon mengantar Ki Joon keluar. “Eomma naik penerbangan malam, dan akan sampai di Bandara Incheon besok.” Chae Yeon memberi tahu.

“Oh, begitu.”

“Oppa akan menjemputnya atau aku saja?”

“Eomeoni yang akan jemput. Katanya dia sudah tidak sabar bertemu teman lama.”

Chae Yeon mengerti itu.

“Tidurlah dan sampai jumpa besok.” Ki Joon bersiap untuk memasuki mobilnya, tapi sebuah mobil merah menarik perhatiannya. Dia tahu pemiliknya. Karenanya, “Ada sesuatu di bibirmu,” dia bilang begitu pada Chae Yeon.

“Hm?” Chae Yeon tak paham
Ki Joon mengecup bibir itu sebelum memasuki mobilnya. Chae Yeon hanya tersipu karenanya. Dia  membiarkan Ki Joon pergi.

Se Gi mengawasi semua itu dari dalam mobilnya yang terlihat gelap dari luar. Dia harus melakukan sesuatu pada perempuan itu, Chae Yeon, tapi apa? Se Gi berpikir, kemudian memutuskan untuk menelepon dulu sebelum menampakan diri di depannya.

Panggilan pertama tak dijawab oleh Chae Yeon, karena sedang cukup sibuk merapikan meja. Tapi karena nomor yang disimpan atas nama Cha Do Hyun itu terus menelepon, Chae Yeon akhirnya menjawabnya. “Ada apa menelepon? Kau sedang mempermainkanku atau—”

KILL ME HEAL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang