.
.
.
.
.
Semakin banyak dukungan, entah mengapa Taehyung merasa bukannya semakin bersemangat, ia justru merasa tertekan. Bagaimana ia bisa terpilih menjadi seorang Ratu kalau dirinya saja adalah seorang lelaki? Sejarah mana yang mencatat seorang lelaki bisa menjadi Ratu?
.
Konyol..
.
Taehyung sedaritadi berjalan bolak-balik mengelilingi kamarnya sendiri. Suasana sepi dikamarnya semakin membuatnya sesak. Ia pun memutuskan keluar.
.
Ketika kakinya melangkah diatas teras Hanok-nya, ia menoleh pada pintu kamar tepat disamping ia berdiri. Sinar mata Taehyung meredup. Kamar itu gelap, kamar yang tadinya milik bodyguard-nya sekaligus sahabatnya, Kim Namjoon. Sebentar lagi akan digantikan oleh yang lain.
.
"bagaimana keadaan mereka? Apa mereka baik-baik saja?" desak Taehyung di antara helaan nafasnya. Memori kejadian tadi pagi masih segar terbayang di kepalanya.
.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nama Sejong terpampang di layar datar tersebut, tetapi ia tidak berniat menyambungkan sambungan itu ke layar. Saat ini ia tidak ingin Sejong melihat wajahnya yang kacar.
.
"um, halo?"
.
Dia beberapa saat. "kau baik-baik saja?"
.
Taehyung menghela nafas. Seberapa kacaunya kan dirinya saat ini sampai Sejong saja bisa mengetahui hanya lewat suara saja. Ah, Taehyung melupakan kalau Sejong itu adalah sahabatnya yang serba tahu.
.
"begitulah, terlalu banyak yang menjadi pikiranku. Aku merasa menjadi pengecut hari ini. Kim Sejong."
.
"apa ini karena kau melihat hukuman tadi pagi? Aku mengenali wajah lelaki itu, ia bodyguard-mu, bukan?" ternyata kamera-kamera itu menyiarkannya secara langsung, Taehyung hanya bergumam.
.
Taehyung bisa merasakan Sejong sedang tersenyum diseberang sana. "apa yang harus kulakukan agar bisa menghiburmu?"
.
Taehyung mengangkat kepalanya dan melihat langit gelap di atasnya. Bintang-bintang tidak lagi bertabur disana, langitnya sudah terkena polusi cahaya. Bahkan Taehyung bisa menghitung dengan satu tangan saja berapa kali dalam seumur hidup ia pernah melihat bintang di atas langit.
.
"entahlah..." suara Taehyung terdengar lirih.
.
"Taehyung-ah." Pangiil Sejong.
.
"ya, aku masih disini. Dimana adik-adikku?"
.
"oh, mereka baru sajatidur, seharian ini mereka sibuk bermain, aku juga sebentar lagi akan berangkat bekerja dan-"
.
"tunggu Sejong!" Taehyung menghentikan celoteh Sejong ketika ia melihat seseorang dari jauh berjalan menuju Hanok-nya. Taehyung mengenali sosok itu dengan baik. "aku akan berbicara lagi denganmu besok, tentunya. Ah, aku juga berhutang cerita padamu. Aku yakin kau pasti menyukai cerita ini... uh, atau tidak menyukainya juga."
.
Ya, itu betul. Sejong masih sama sekali belum tahu kalau Taehyung telah jatuh cinta pada seorang lelaki. Entah reaksi apa yang akan diberikan sahabatnya itu ketika mengetahui ketidak normalan yang ia miliki, sahabatnya tidak normal dalam masalah hormonnya- yaitu jatuh cinta pada sesama jenis, tetapi ia yakin Sejong akan tetap senang melihat sahabatnya bahagia.
.
"Oh ya? Apa itu? Ya yay a! jangan tuyutup dulu-"
.
Tanpa mendengarkan ocehan lebih lanjut, Taehyung menutup sambungan itu dan berdiri dari tempat duduknya. Ia memakai sandal dan segera berjalan dengan tempo cepat kearah sosok yang sedang menundukkan kepalanya. Lelaki itu terlihat lesu. Taehyung segera mengerti situasi yang tengah ia hadapi, Jungkook terlihat tertekan, stress. Dan Taehyung rasa dia tahu penyebab utamanya.
.
Jungkook mengangkat kepalanya ketika Taehyung ada di depannya.
.
Rasanya menyedihkan saat melihat orang yang kau cintai terpuruk dalam kesedihan. Meskipun arasa sedihnya berbeda saat melihat Jungkook patah hati, tetapi melihat Jungkook yang baru saja kehilangan sahabatnya itu...
.
"Pangeran?" Panggil Taehyung pelan. Ia ingin memastikan apakah lelaki itu masih bisa menjawabnya.
.
"hentikan...untuk sementara ini saja aku tidak ingin dipanggil sebagai pangeran. Satu hari saja aku tidak ingin dianggap sebagai anggota kerajaan. aku-" ia semakin mendekat kearah Taehyung yang membuat Taehyung memundurkan langkahnya.
.
Taehyung sudah mengira yang tidak-tidak, terlihat dari sikapnya yang salah tingkah. Tetapi ia salah. Jungkook justru menjatuhkan kepalanya tepat diatas pundak Taehyung. Taehyung tentu saja tersentak karenanya dan membuat bahunya jadi sedikit tegang.
.
"apa yang harus kulakukan?" lirih Jungkook, suaranya bergetar. Menahan emosi yang kapan saja bisa meledak.
.
Taehyung kemudian mendesah, ia tidak tahu cara menghibur lelaki yang sudah menjadi kekasihnya itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa sebagai kekasih Jungkook.
.
"tenangkan dirimu." Bisik Taehyung.
.
Jungkook mengarahkan wajahnya ke leher Taehyung dan kedua tangannya terkalung dengan sempurna dipinggul Taehyung. Inilah cara Jungkook menenangkan dirinya. Hanya dengan mnghirup aroma tubuh Taehyung yang khas, ia bisa lebih rileks.
.
Tetapi, beban yang ia dapatkan sekarang tidak bisa hilang dari pikirannya. Ia terlalu memikirkan Namjoon. Ia terlalu memikirkan nasib-nasib rakyatnya yang pernah mengalami hukuman seperti Namjoon. Untuk pertama kalinya, ia melihat seseorang dihukum dengan cara seperti itu tepat di depan matanya. Jungkook mungkin masih bisa sedikit lega kalau itu bukan sahabatnya, tetapi yang dihukum itu adalah sahabatnya, Kim Namjoon!
.
Jungkook sudah tidak kuat menahan emosinya. Selama satu hari ini, tepat ketika ia mendengar berita kalau sahabatnya akan dihukum dengan tuduhan mengkhianati kerajaan, Jungkook sudah menahan emosinya sekuat yang ia bisa. Tetapi, ketika ia dipelukan Taehyung, tempat ternyaman yang ia dapatkan saat ini. Jungkook mnumpahkan segalanya lewat air mata.
.
"maafkan aku... aku benar-benar minta maaf, Namjoon.. aku belum sempat mengatakan itu padanya. Aku merasa bersalah padanya, Taehee. Apa yang harus kulakukan? Aku..."