.
.
Duduk di antara orang-orang yang saling berpasangan, di tambah lagi harus melihat dia yang dicintai juga ada di sana bersama kekasihnya, itu sama sekali bukan sesuatu yang menyenangkan. Dan itulah yang Alvin rasakan saat ini. Terjebak dan menjadi satu-satunya yang single membuat Alvin gerah sendiri, belum lagi, di hadapannya, Via dan Iel kembali mengumbar kemesraan mereka. Biasa memang, hanya saja tetap, menimbulkan denyutan-denyutan perih di hati Alvin.
Tapi tanpa pernah Alvin sadari. Ada seseorang disana, yang juga memperhatikannya lekat-lekat, meski tangannya sedang bergenggaman dengan tangan lain. Meski ia mengerti ini salah, meski ia sadar ini bukanlah perbuatan benar, tapi siapa yang bisa mencegah keinginan hati yang telah tumbuh sejak dulu.
"Gue kayanya salah tempat deh, gue ke kelas aja deh ya.." celetuk Alvin akhirnya. Setelah sejak tadi, ia hanya puas berkencan dengan semangkok mie ayam dan jus melon di hadapannya.
"Cari cewek makanya lo." timpal Rio jahil.
"Sialan lo, Yo!" Sahut Alvin kesal. Ia sudah tidak lagi dalam tahapan mencari, ia telah menemukan siapa yang ia mau, hanya saja, sekali lagi harus Alvin akui.
Cinta memang tidak bisa dibuat menanti, karena kesempatan yang sama, tidak pernah hadir dua kali.
"Gita !" panggil Via kencang, sambil melambaikan tangannya. Semua orang langsung menoleh, ke arah pandangan yang sama dengan Via. Gita yang merasa di panggil pun bergegas menghampiri mereka.
"Kenapa kak ?"
"Duduk disini aja, temenin Alvin.." ujar Via, menunjuk satu tempat tersisa di samping Alvin.
"Eh tapi.."
"Udah enggak apa-apa.." pinta Via lagi, sedikit memaksa malah. Ia mengedipkan sebelah matanya ke arah Alvin, persis seperti kemarin di ruang jurnalistik. Dan kedipan mata itu, tertangkap dengan jelas oleh Acha dan Shilla.
Alvin hanya tersenyum tipis. Mengapa semua jadi seperti ini ? Bagaimana bisa, Via malah mengira ia mencintai Gita ? Sebegitu tidak pekakah gadis itu, atau sinyal cintanya yang terlalu lemah untuk Via. Entahlah, yang jelas Alvin tahu, ia harus cepat-cepat untuk meluruskan berita ini kepada Via.
Sementara Gita sendiri, meski masih merasa agak kikuk, karena ia jarang ada di tengah-tengah teman-teman kakaknya seperti ini, tetap saja merasa senang. Ia akan melewati jam istirahat kali ini, kurang lebih tiga puluh menit ke depan, bersama Alvin di sisinya. Gita jadi teringat, dengan kalimat dalam buku cinta, yang semalam ia baca.
Nikmatilah ketika kamu bisa di dekatnya, meski kebahagiaan itu, hanya kamu sendiri yang merasakannya.
"Elo ikut ekskul apaan Git ?" tanya Via ramah. Ia sangat ingin mengenal Gita.
"Enggak ikut apa-apaan kak, hehehe.."
"Kok bisa ? Emang boleh ya ?" Kali ini, Cakkalah yang bertanya, setahunya setiap siswa di sekolah ini wajib memiliki minimal satu ekskul.
"Hehe..waktu kelas satu kemarin sih, ikut paskibra, tapi enggak pernah ikut latihannya.."
"Ohh, kalau gitu, mau enggak bantuin di klub jurnalistik ? Kita mau regen nih, dan gue lagi butuh bantuan banget. Mau ya ?" Via menawarkan, namun juga terlihat mendesak. Sekali lagi, membuat Gita jadi bingung dengan sikap orang ini.
"Tapi gue enggak ngerti apa-apa tentang jurnalistik kak.."
"Gampang kok. Enggak ngabisin banyak waktu juga, nanti gue sama yang lain, dan Alvin juga bakal bantuin pasti.."
"Ya elah Vi, elo lagi istirahat gini sempet-sempetnya ngerekrut orang.." celetuk Rio.
"Biarin sih..hehe..gimana Git, mau kan ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diam Diam
Fanfiction#repost . . Hal yang paling menyenangkan dari hidup ini, adalah ketika kita melihat seseorang yang kita sayang bahagia dalam hidupnya. Melihat tawanya, menikmati senyumnya, mendengar ceritanya, menghibur hari sedihnya, dan berhasil membuatnya merasa...