Pagi kini telah berganti menjadi siang, dimana matahari lebih memancarkan cahaya untuk ke bumi, gadis manis yang tengah duduk di bawah pohon besar itu sedang memainkan sebuah aplikasi game di handphonenya.
Ia selalu menampilkan senyum gembiranya saat ia memenangkan game tersebut, tapi selang beberapa waktu ketika ia memenangkan game tersebut ia tidak menampilkan senyumnya. Ia malah menundukkan kepalanya dan menyimpan handphonenya kedalam saku jaket yang digunakannya.
Seorang lelaki separuh baya datang dan menariknya, membawanya menuju rumah yang sangat besar. Lelaki tersebut membanting keras pintu saat menutupnya, disana terlihat ada seorang wanita paruh baya serta seorang lelaki yang umurnya masih sangat muda. Gadis manis itu tidak menampilkan ekspresi apapun saat ia sampai dirumah, berbeda saat diluar saat ia menampilkan ekspresi ketakutan saat lelaki paruh baya itu menariknya.
Lelaki paruh baya itu menatap tajam satu persatu orang yang berada dirumah itu, gadis manis itu membalas tatapannya berbeda dengan wanita paruh baya serta lelaki muda itu. Mereka lebih menundukkan wajahnya seakan takut kepada lelaki paruh baya itu.
"Biasakah kamu merawat anak ini? Kelakuannya kelewat batas! Kalo memang tidak bisa. Buang dia! Jangan letakkan lagi dirumah ini. Kalo hanya membuat kita semua malu."
Lelaki paruh baya itu menunjuk gadis manis itu dan berbicara kuat mengarah ke arah wanita paruh baya itu. Gadis manis itu mengambil sebuah vas bunga kemudian membantingnya dengan keras.
"Anda kira saya ini barang? Kalo bisa memilih saya tidak akan mau tinggal di rumah ini bersama iblis seperti anda serta mempunyai darah yang sama seperti anda."
Wanita paruh baya itu hanya bisa menangis, saat tangan besar lelaki paruh baya itu melayangkan tangannya ke arah pipi gadis manis itu.
"Ubahlah dirimu! Seperti kembaranmu. Yang membanggakan bukan memalukan!"
Gadis manis itu berlari dengan air mata mengalir deras di pipinya menuju kamarnya, tempat dimana ia bisa tenang.
Ia berpikir apakah bisa membenci atau menyimpan dosa kepada kedua orangtua termasuk, papa. Ia selalu di abaikan, ia selalu di nomor duakan, ia selalu di rendahkan oleh sang papa. Ia lelah dengan segalanya, ia selalu merenungkan itu semua ia ingin motivasi dari sang papa. Ia ingin ucapan-ucapan seperti yang di dapatkan kembaran nya dari sang papa.
Mungkin hanya hal sepele, tapi lukanya sangat menyiksa membuat ia menjadi merubah dirinya menjadi lebih buruk lagi.
***
Sebulan setelah kejadian itu, gadis manis itu benar-benar membuat semua tingkah yang membuat orangtuanya berulang kali menginjak sekolahnya dan berhadapan dengan guru bk.
Gadis manis sekarang sedang menatap hujan yang menjatuhkan dirinya ke bumi dan membasahi bumi. Ia berulang kali menghela nafas. Sepertinya ia akan menunggu hujan sampai reda.
Menunggu orangtua jemput? Gadis itu hanya terkekeh saat mendengar jawabannya itu, yang di jemput kembaran nya. Bukan dirinya.
Gadis itu hanya bisa menunggu hujan reda serta menunggu angkutan datang, menunggu dan terus menunggu. Ia tidak tau jam berapa ia akan sampai dirumah. Namun siapa peduli hal itu?
Sebuah motor berhenti tepat di depannya. Kemudian sang pengemudi membuka helmnya.
"Lo cewek kemaren kan? Lo gak balik?"
Gadis itu melihat dengan jelas, ia melupakan lelaki di depannya ini. Kapan ia bertemu?
"Nunggu angkutan."
Pengemudi motor tadi terkekeh, "Lumutan juga lo tunggu gak bakal ada yang lewat angkutan jam segini. Naik gih."
Gadis itu menimang tawaran lelaki itu, dan akhirnya ia meng-iyakan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT A Bad Girlfriend
Teen FictionNOT A Bad Girlfriend Tidak Memakai Deskripsi, Langsung aja...