"She's pregnant."


****


"Arrgh!" erangan keras Johnny menggema di seluruh ruangan kantornya, ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi hari ini. Topik pembicaraan di telepon beberapa jam yang lalu membuatnya sama sekali tidak fokus pada pekerjaannya.

Kata-kata Yeonjung yang terkesan seperti ancaman, ekspresi sang ibu begitu telepon ditutup sepihak, semua itu merujuk pada satu hal yang sedaritadi berputar di atas kepala Johnny.

Meregang nyawa. Calon istrinya akan meregang nyawa. Entah itu benar-benar terjadi minggu depan atau bahkan lebih buruk dari itu.

Dalam waktu dekat ini.

"Shit!" Umpatan yang kesekian seiring tangan besar lelaki itu yang menggebrak meja penuh emosi. Ia harus cari cara untuk melindungi gadisnya. Ia harus.

Dengan cepat ia menyambar ponselnya dan langsung menekan dial satu, jantungnya berdebar saat nomor seseorang yang coba dihubunginya tersambung. Perasaannya mulai tidak enak saat sambungan belum terangkat.

"Annyeong, ini Yeonjung. Maaf untuk saat ini, Yeonjung tidak bisa mengangkat panggilan. Silakan tinggalkan pesan setelah bunyi piip.. piip.. piip..."

Senyum di bibir Johnny terangkat sempurna, meski hanya pemberitahuan voice message yang sudah diatur ulang menggunakan suara gadisnya sanggup menurunkan emosi lelaki itu. Hanya mendengar suara Yeonjung bisa melemahkan semua indra di tubuhnya.

Johnny mencoba menghubungi sekali lagi, dan sekali lagi itu pula sambungan berakhir pada pemberitahuan pada pesan suara. Tidak ada tanda-tanda gadisnya akan mengangkat panggilan telepon.

Lelaki tersebut menjatuhkan dirinya di atas kursi yang langsung bergoyang, pelipisnya mendadak berdenyut. Bukan karena pekerjaan kantor yang terbengkalai dan menunggu untuk dikerjakan tapi karena keselamatan gadisnya yang sedang dipertaruhkan sekarang.

'Ting!'

Ada pemberitahuan masuk ke ponselnya, tentu saja hal itu tidak disia-siakan Johnny untuk secepat kilat menyambar ponsel hitam itu yang sempat tergeletak di meja.

Nomor asing mengiriminya pesan. Tanpa curiga sedikitpun, Johnny membuka kunci layar ponselnya dan membaca pesan singkat yang sanggup membuat matanya melebar.


From : +82131831xxxxxx

I've something news for you. Something about... Yeonjung.


****


"Haechan-ah, kau di sini?" tanya Yeonjung sambil menuruni tangga, percakapan lelaki itu dengan sang ibu terputus namun tentu saja Haechan tahu siapa yang baru saja memanggilnya. Bisa dilihat dari senyum yang tertarik di dua sudut bibirnya.

"Kupikir kau tidak akan turun dan akan mengurung diri di kamar seharian."

Gadis itu memberi jeda untuk tidak menjawab karena harus menyelesaikan turunan anak tangga, ia mendekat pada Haechan dengan kening berkerut. "Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Molla..." Haechan mengangkat bahu. "Karena libur atau kau sedang tidak ada janji dengan siapapun atau memang ingin menghabiskan waktu di rumah saja."

Yeonjung mengulum senyumnya sambil mengangguk-angguk kecil. "Begitu? Lalu kau sendiri? Ada angin apa tiba-tiba datang kemari?"

"Tidak tiba-tiba juga karena aku sudah mengirimmu pesan tadi. Belum lihat?"

"Oh!" sang gadis tertegun. "Ponselku di charger dan dalam keadaan mati, aku belum sempat mengecek. Mianhae."

"Gwaenchana, tapi sebagai gantinya bagaimana kalau hari ini keluar? Kau punya rekomendasi tempat yang bagus?"

Mata gadis itu memicing sebentar lalu mengalihkan pandangannya pada wanita paruh baya di samping Haechan yang tersenyum. "Kenapa melihat Eomma hmm? Semua ada di tanganmu."

"Geurrae, aku siap-siap dulu. Tunggu di sini."

Haechan mengangguk seraya tersenyum dan membiarkan Yeonjung berlalu menuju kamarnya, ia mengangguk lagi saat ibu Yeonjung juga berpamitan. Diam-diam lelaki itu mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan singkat untuk seseorang, ibu jarinya menekan tombol send sambil kembali duduk di sofa.


To : Mrs. Yoo

It's time.

고맙다 (Thanks) - (Sowon - Wonwoo) 2.0 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang