Kata terakhir yang terucap pada bibir cowok itu selama pelajaran biologi berlangsung, tetap bersemayam di pikiran Aesha. Aesha cukup tau seberapa jauh cogan itu mencintainya, hanya saja ia mengelak dengan takdir yang telak ditulis Tuhan itu. Cowok yang sangat tampan, secara tidak langsung sering membuat para gadis di SMA ini lumer. Bagaimana tidak? Sudah tampan, pandai, dan satu hal lagi, dia mempunyai kedudukan sebagai Kapten dalam permainan Bola Voly. Di setiap hembusan angin yang mengiringi langkahnya, selalu membawa kedamaian di hati para siswi meski terkadang kekecewaan harus mereka terima karena cowok yang super duper cuek ini. Cuek, namun tidak untuk Aesha.
Cowok yang dikira perfect ini mempunyai sifat tempramen, nakal, suka tawuran, selalu dapat panggilan dari pihak sekolah, suka bikin ulah di sekolah, egois, dan masih banyak lagi yang lain. Yang seperti ini yang mereka suka dan mereka tahu itu.
"Aesha benci cowok itu! Aesha membencinya! Benar-benar membencinya!" gerutu Aesha.
"Lo masih saja memikirkan Andra, Sha?" tanya Fely yang tidak sengaja mendengarnya.
"Aesha gak pernah bermaksud untuk memikirkan, bahkan mau memahami ucapan dia itu, Fel. Tapi mengapa dengan sendirinya, Arrrggghh...!" Aesha semakin kesal sendiri. Habis sudah rambut panjangnya diacaknya.
"Mungkin lo suka sama dia, Sha," ucap Fely sok tahu. Aesha terkekeh kecil.
"Aesha, suka sama cowok tempramen ngeselin itu? Ya kali, lihat wajahnya saja Aesha sudah mau muntah darah, main suka-suka segala. Ogah betul, amit-amit deh, Fel. Fely kalo ngomong suka ngaco!"
"Kok ngaco? Kali ini gue serius, Sha. Dari buku yang gue baca, ciri-ciri orang lagi kasmaran salah satunya itu kayak lo gini ."
"Kasmaran itu senyum-senyum sendiri kali, Fel. Sedang Aesha gak senyum sendiri, SAMA! SEKALI!"
"Itu mah fersi mbah Google atau fersi mbak You Tube. Ini beda, Sha. Beneran ory. Ini khusus fersi gue, gue udah survey sendiri soalnya, Sha. Jadi di jamin buku gue yang gue baca sendiri sudah teruji. No Hoax!"
Lah nih anak makin gak waras, iya sih percaya kalau survey sendiri, tapi apa daya yang ngebuktiin baru dia.
"Makin ragu aja deh Aesha, makin tuh survey kagak bisa dipercaya, Fel," cetus Aesha jujur, sejujur-jujurnya.
"Serah lo deh, gue capek!" curhatnya.
"Ya istirahat atau apa kek, capek kok ngomong-ngomong, emang Aesha mau mijitin?" Cuek banget.
"Wah ide bagus tuh, boleh."
Isshhh...
gak tau diuntung...!"Dasar Zomblo! Kurbel!"
"Zomblo?"
"Zombi Jomblo!" Aesha terkekeh puas, apalagi melihat raut wajah Fely yang cemberut sebel.
"Makanya belai dong, Mbak Aesha. Biar Dedek Fely gak kayak gini lagi," rengeknya dengan manja seraya bibirnya di monyongin kayak minta di cium.
Jijikkk...!
Aesha ngedlosor di atas mejanya dan menutup mukanya dengan tas, agar terhindar dari firusnya Fely. Matanya sesekali terpejam namun bukan tidur. Bagaimana mungkin seorang Azessha bisa cinta pada biangkerok SMA Garuda, itu kira-kira yang menghantui pikirannya.
Tidak! Akan! Pernah!
Semakin kesal saja apabila Aesha sering mengingat Andra. Demi ilalang yang tumbuh di depan pandangan! Nyanyi? Oke ganti-ganti. Demi alam! sungguh menyebalkan! Tapi, sudah tau menyebalkan kenapa juga otak Aesha gak beres, mau saja mikirin noh anak.
###
Kapankah itu?Pangeran berkuda putih datang menjemputku
Menarik lembut tangan ini bersamanya
Tetesan hujan membelai tubuhku
Cinta memanis seketika
Langkah ini menarikmu dalam rintikan hujan
Senyum kecil cukup
Tuk artikan rasa hati
Dua hati yang memberi ruang,
Tuk terjemahkan makna, Cinta!
Kemarilah!
Menari bersama nyanyian hujan
Buat apa melihat pedih?
Mimpi ini lebih manis dari gulali!
Tak ingin waktu mengganggu
Kebersamaan, dunia kita punya berdua
###
Tangan Aesha menggoreskan penanya pada bagian belakang buku biologi. Jarinya berjalan seolah tahu apa yang diungkapkan oleh hati penulisnya. Mengukir harapan masa depan indah sesuai dengan kisah di Negri Dongeng yang sedari kecil dia tau pasti kisahnya dari ibundanya, seorang pendongeng tidur yang baik. Aesha memang melanjutkannya yaitu berlarian dalam dunianya sendiri saat kedua kalinya ia mulai memejamkan mata.
Pada tempat yang indah, seindah langit biru. Bunga bermekaran mewangi, sewangi kemuning. Merasakan belaian angin, menatap hujan yang jatuh pada sekuntum mawar merah yang tergenggam. Gadis dengan senyumannya yang merekah mengayunkan tubuhnya anggun, ayunan ini begitu cantik pikirnya, putih seputih melati. Tidak akan mau pulang, gadis ini menetapkan bahwa inilah dunianya yang baru.
Dari jauh nampak sosok remaja dari kaum Adam berjalan mendekat. Suara tepakan kakinya terdengar kian menjelas, namun wajahnya tak begitu jelas, tertutup kabut putih dan tintikan air langit. Siapa dia? Inilah waktu yang tepat untuk mengerti pemilik raga itu, wajahnya mulai nyata. Inikah pangeranku?
Sha...
"Sial, ngapain sih di situ? Gak guna! Aesha muak! Aesha keganggu tauk! Dari pada gangguin Aesha mendingan pergi deh, Pergi! AESHA BILANG PERGI...!"
*****
"...AESHA BILANG PERGI...!" bentak Aesha pada cowok itu. Cowok siapa ?
"Sha, lo kenapa? Sadar woy! SADAR...!"
Suara cempreng seorang gadis nyaris membuat pendengaran Aesha mengalami kelainan fungsi. Aesha masih berusaha membuka mata dan memulihkan kesadarannya yang setelah beberapa menit lalu dibawa terjun bebas ke neraka oleh sosok pangeran jadi-jadian itu."Makanya jangan suka tidur di kelas. Lo mimpi apaan sih sampai segitunya banget? Teriak-teriak gak jelas kayak orang gila."
Mata yang ketat itu kini mulai terbuka sedikit dan detik berikutnya terbelalak.
"Fely...?" lirihnya bingung.
"Iya, lah. Ini gue, lo kira siapa lagi , Catty Perry? Tau deh kalo dia kembaran gue" ngakunya kePDan.
"Apaan sih, gak guna tau gak!"
Kedatangan Fely saat ini beneran gak tepat, makin bad mood aja nih. Sabar, Azessha cewek yang kuat kok ya? Orang sabar jidatnya lebar, kayak Aesha. Ehhh Benar juga!
"Biarin. Btw lo kenapa, Sha? Lo kesambet? Gue tau sih sekolahan ini memang horor-horor mistis gimana gitu. Tapi, masak ada hantu di siang bolong gini?"
"Ada, Fel. Maka dari itu Aesha tadi teriak," ucap Aesha seserius mungkin.
"Be-- Beneran? Di mana? Kok bulu kuduk gue mendadak berdiri ya?" Fely bergidik ngeri.
Sudah tau cuma nipu, eh dianggap serius. Nih anak tololnya kebangetan. Terlalu banyak makan telor sih.
"Ngapain Fely takut? Lha setannya aja ada di depan Aesha!" Senyum sinis kemenangan itu kembali ditunjukkan oleh Aesha.
"What? lo kira gue hantu apa? Dasar monyet, kadal, tikus, babi, cac--" Fely murka. Ya beginilah seorang Fely kalo lagi murka banget, semua penghuni kebun binatang diabsennya.
"Hus, diem! Jangan dilanjutin, Fely...!" bentak Aesha.
"CACING...!" balasnya kemudian berlari pergi meninggalkan Aesha yang bergidik geli.
"Anjir, Fely! Awas, ya...!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
PiEl (Pigeon Love)
Romance"Jangan pernah menangisiku. Air matamu itu amat berharga jika kamu tumpahkan untuk orang biadap sepertiku. Biarlah disini aku yang menanggung beban. Berteman dengan sakit, karena aku yakin kamu tidak akan pernah sanggup menjadi aku yang sampai kapan...