Bagian Sebelas

2.6K 130 1
                                    

Selesai jama'ah isya, sebagian dari mereka berlari-larian ke arah kamar. Untuk mempersiapkan diri menyambut acara hari santri. Para pengurus sudah ribut dari kemaren. Ngurusin acara yang ada. Kalau santri putra sih biasa bagian dekorasi panggung dan nyiapin tempat buat penonton. Yaitu dihalaman depan mushola putra.

Mereka juga udah ribut dari kemaren musyawarah acara. Karena selalu harus ada kesepakatan antara putra putri mau bagaimana acaranya. Itu sih kalem, tugas para pengurus yang udah besar. Jadi mereka berani kumpulan, karena mereka juga udah tau aturan. Kalau aku sih tinggal nerima beresnya aja, kan rakyat wkwkwk.

Ada sebagian yang memilih makan dulu, takut kelaperan. Aku lebih milih salin baju, dan dandan seadanya. Yaitu minyak wangi, dan sibak.

"Mba Atun turun hayu?" ajakku. Dia ngikut.
"Hayu Ida!" ajak mba Atun ke Ida. Aku turun ke bawah. Tapi enggak langsung ke sana. Males didepan, nanti jadi objek pemotretan sama santri putra. Enak tuh dibelakang. Biar bisa jagain sendal plus kalau udah selesai acara tinggal lari aja langsung. Hahaha!

Sudah kedengeran santri putra cek sound. Dalam acara apapun, kalau ada acara dipesantren yaa pakenya baju putih sama kerudung putih. Kalau sarung sih bebas, asal jangan pake celana tidur aja. Ngaco banget, deh, masa santri putri pake celana?! Udah tau hukumnya gimana, kalau masih pake begitu sih terserah. Ok.

Aku duduk dilesehan, liat mereka wira-wiri. Paling rempong sih pengurus. Nyiapin minum, nyiapin karpet buat digelar. Kasihannnn:(
Tapi aku juga gak mau bantu kan itu udah tugas mereka :v
Dan setiap yang lewat pasti wangi dan cantik-cantik. Mantep! Kalau ada acara sih ya gini, bisa keluar dari area santri putri berarti harus tampil maksimal.

Aku seneng liatnya. Terlihat jelas dari raut wajah mereka yang bergembira. Aku menyusul mereka dan duduk di paling belakang. Enggak jelas sih yang didepan siapa. Yang penting judulnya kan dengerin sholawatan. Ya enggak?!

Batas antara santri putra dan putri pakai kain satir. Enggak boleh digabung tuh. Dan tingginya juga lumayan, berdiri juga enggak keliatan.

Aku suka jadi bagian dari mereka. Sangat suka!
"Siapa aja itu didepan?" tanyaku.
"Ghalib, Mukhlisin, Kang Abi, Mas Arip, Hasin, kang Ibnu, Musthofa dan gak tau itu siapa." jawab mba Atun.
"Ohh." Dan enggak ada Hamid. Hehehe.

Acara pertama, ya tetep marhabanan. Pembacaan perjanji oleh mereka yang berada diatas panggung. Aku paling suka bagian mahalul qiyam. Kenapa? Karena kata guruku, saat kita melantunkan,
"Ya Nabi Salam 'Alaika." itu Rasulullah dateng dihadapan kita buat jawab salam kita. Merinding! Bener-bener itu nikmat yang luar biasa banget, bisa bersholawat buat Kanjeng Nabi Muhammad. Dan kata guruku, kita harus ngerasa kalau Rasulullah itu hadir ditengah-tengah kita. Dan aku lebih memilih untuk memejamkan mata agar konsentrasiku tidak terganggu anak-anak yang kadang suka pada ribut. Aku suka sholawat, bagiku enggak ada lagi lagu paling bikin adem selain sholawat. Udah gampang lantuninnya, dapet berkahnya juga dapet pahala. Rugi deh kalau enggak baca sholawat apalagi kalau sampe enggak kenal sama sholawat!

Aku celingukan, rame, seru, ah enggak bisa dijelasin pake kata-kata. Aku tatap langit, kemudian aku menyapu pandangan pada mereka semua. Rasanya aku ingin menangis. Selalu enggak pernah nyangka bisa berada ditempat ini. Jadi bagian dari deretan manusia-manusia hebat. Mereka terlahir dari keluarga yang tau tentang agama. Keluarga yang besar. Keluarga yang punya kedudukan. Keluarga yang orangtuanya punya pengaruh didesanya. Ah, aku jadi suka minder. Tapi tetap bersyukur, aku ditakdirkan untuk berjuang bersama mereka disini.

"Rouhi Fidak!" seru Ida. Ah itu sholawatan yang dulu terkenal oleh kang Asnal.
"Aduhh, kang Hasin ganteng banget, suaranya bikin meleleh." Kata Aqila. Aku hanya nyengir dengan tanggapannya. Aku hanya menikmati sholawat yang mereka bawakan atau sesekali ikut bersholawat kalau aku tau, kalau enggak ya diem aja. Banyak lagu yang aku suka dibawain, Da'uni, Hadzal Qur'an, Ya Rasulallah Ya Nabi. Ah, is the best deh acara hari santri ini!

Ketika Santri Jatuh Cinta (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang