Kini aku mengerti kenapa kepalaku telah terlampau berat
Untuk mengingat hal dan melupakan yang tak terlupakan
Sibuk dan meninggalkan hal yang terpenting
Untuk mencintai dan menyampingkan lainnya
Untuk mengisi kenangan walau dengan kekosonganLalu untuk apa, siapa keambiguan itu
Jadi apa?
Bagaimana sekarang aku melihat sebuah objek lalu terlihat potret-potret kenangan
Bagaimana sibaik dan siburuk terlihat oleh sudut pandangku yang nyeni tak karuan
Bahwa keburukan juga kebaikanKemudian ku mengenal seorang tanpa sebelumnya terpikirkan
Yang mengenalkanku cinta kepada sebuah kebijaksanaan
Dari logat dan geriknya dipastikan kepalanya keras lagi keras kepala
Diam dan sunyiku mengagumi senyum pada bicaranya semua seakan mengingatkanku
Pada sebuah kesempurnaan
Yang jauh, lagi tak mampu aku sentuh pun milikiPada penghujung malam kesunyian selalu kutemui
Sebab sunyi dan sepi ada kebutuhan
Dan menutup mata adalah keharusan
Lalu manakala si pengusik datang
Mengusik ketenangan yang membelalakkan mata
Aku ingin menyingkir,
sungguh ku ingin bersua bersamamu.Magelang, 30 November 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Senja
PoetryTerkadang rasa memang perlu diterjemahkan dalam aksara, merupa kata yang menebarkan perasaan lega. Ini hanya sekadar cerita sang pecinta senja yang tengah mengekspresikan hidupnya lewat kata-kata. Serenade Senja