"Aw, Ada apa dengan tanganku?". Taylor berdecak kesal karena merasa aneh dengan pergelangan tangannya. Terasa nyeri. Membuatnya susah memotong steak didepannya.
Harry hanya diam meskipun sesekali melirik Taylor. Makanannya masih utuh tak disentuh. Harry pun tergerak untuk bertanya.
"Kau tidak suka makanannya?". Tanya Harry. Taylor menggeleng cepat.
"Tidak. Ini favoritku. Aku akan makan." . Taylor tersenyum lalu memaksakan memotong steaknya. "Aaawww.". Jeritnya tak tertahan.
"Ada apa? ". Tanya Harry terkejut atau lebih tepatnya khawatir.
"A..aku...tidak apa." . Taylor menyembunyikan tangannya dibawah meja. Harry memutar bola matanya.
"Kemarikan tanganmu." . Harry mengulurkan tangannya.
"A..apa? Sudah ku katakan aku.. ".
"Ini perintah.". Sela Harry dengan sedikit membentak membuat Taylor menunduk. Harry memejamkan matanya dan menarik napas sadar karena ia terlalu kasar. "Berikan tanganmu dr. Swift.". Ulangnya dengan nada lebih santai.
"Aku tidak apa apa sudah ku katakan.". Taylor mengeluarkan tangannya dan Harry memegangnya.
"Memar begini kau bilang tidak apa?". Sentak Harry.
"Harry aku... ".
"Kita pulang.". Sahut Harry.
"Tapi aku... ".
"Pulang kataku!". Harry sudah memutar kursi rodanya.
"Harry aku lapar.". Rintih Taylor. Harry memutar bola matanya dan kembali ke mejanya.
Harry mengambil piring Taylor dan memotongkan steaknya menjadi bagian kecil kecil.
"Thanks Harry.". Harry mengangguk dan Taylor pun memakan steak nya dengan lahap.
Taylor tersenyum sendiri mengingat kejadian semalam. Meskipun dengan sikap yang kasar dan acuh Harry tetap perhatian padanya. Ia bahkan tidak ingat mengapa tangannya bisa cidera begitu.
"Ahh pasti karena aku terburu buru dan menutup pintu mobil dengan kencang ketika di pemakaman.". Akhirnya dia ingat. "Aawwhh sial. Aku ini seorang dokter orthopedi tapi bisa cidera begini.". Taylor mengipatkan tangannya dan sesekali meniupnya.
"Siapa yang cidera?". Seseorang tiba tiba muncul.
"dr. Harris?".
"dr. Swift. Kau baik baik saja? Apa kau terluka?". Calvin mendekati Taylor dan meraih tangannya. "Astaga bagaimana bisa begini?". Tanyanya khawatir.
"Hanya terkilir...mungkin.". Jawab Taylor seadanya.
"Kenapa tidak kau obati? Ini bisa membengkak Tay.". Taylor terdiam. Calvin dengan sigap mengambil peralatan di meja periksanya dan mengobati tangan Taylor. "Sebenarnya apa yang terjadi?". Tanya Calvin dengan masih memberikan obat oles ditangannya.
"Aw.. ".
"Sorry. Aku akan lebih pelan.".
"Emm its okay. Aku tak apa. Entahlah mungkin karena terburu buru.".
"Lain kali kau harus lebih berhati hati dr. Swift. ". Calvin dan Taylor saling menatap.
Kenapa dia begitu peduli padaku?
"Apa aku diminta kemari untuk melihat pemandangan orang sedang berpacaran?".
Harry tiba tiba muncul di ambang pintu ditemani sopirnya. Taylor dengan sigap menjauhkan dirinya dari Calvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
STYLE [HAYLOR]
FanfictionNamaku Taylor Alison Swift, aku seorang dokter yang bermimpi menjadi seorang penyanyi, dan aku mencintai salah satu pasienku. Aku terlalu naif untuk mengakuinya sehingga aku hanya bisa memendamnya. Entah sampai kapan?