Satu

1K 76 16
                                    

"It's hard to wait around for something you know might never happen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It's hard to wait around for something you know might never happen. But it's even harder to give up when it's everything you want."

.

.

.

Keramik dan gelas adalah dua benda yang sangat ia hindari beberapa bulan belakangan ini. Benda-benda itu tidak akan bertahan lama di apartemennya. Selalu akan ada masa dimana gelas wine, mug dan piring berhamburan ke atas karpet atau menghantam dinding yang akhirnya harus ia tutupi sendiri dengan sticker atau sticky note untuk menyembunyikan bopeng-bopeng di sana setelahnya.

Di bawah sinar lampu jingga dapur, ketika melangkah masuk, ia sejenak berhenti di hadapan sebuah lemari kosong dari kaca. Memandangi potongan rambut baru miliknya, menyampirkan beberapa helai ke samping, membuat tulang pipi di kulit yang pucat itu semakin terlihat tegas. Ia sengaja memilih memotongnya pendek siang tadi setelah ia yakin menjambaki helaian raven itu terus-terusan bisa membuatnya botak.

Ia tidak peduli jika besok orang-orang di kantor akan menggodanya dengan penampilan barunya. Yang terpenting, mood-nya terasa jauh lebih ringan dan ia tidak akan punya akses banyak untuk menyakiti kulit kepalanya ketika ia mengamuk atau mabuk.

Lima jam yang lalu untuk kesekian kalinya ia kembali dari IKEA. Tidak dengan peralatan makan dari bahan pecah belah tentunya, melainkan plastik. Ia akhirnya sudah belajar dari pengalaman untuk yang satu ini.

Ia baru saja akan menata peralatan makan barunya setelah selesai membereskan semua kekacauan yang ia ciptakan malam sebelumnya, ketika ponsel legam di atas meja dapur berdering.

Ia tau itu dari kantor. Tidak banyak dari temannya yang cukup berani memilih telepon langsung dibandingkan mengirim pesan.

"Sas, kurasa kau harus ke kantor sekarang." Suara malas Shikamaru memasuki lubang telinga Sasuke. Ia salah satu kolega di divisinya. Sasuke sangat yakin ini pasti tentang sesuatu yang menyebalkan jika sampai teman kerjanya yang selalu santai itu sampai memilih melibatkannya, terutama di jam yang seharusnya adalah jam tidurnya.

Ini jam 3 pagi. Andai ia bisa mengumpat.

"Aku sedang di rumah sakit." Jawab Sasuke datar.

"Kau serius? Kau sakit apa?"

"Bukan apa-apa. Aku tidak bisa ke kantor sekarang. Panggil Chouji. Atau siapapun. Jangan aku."

"Aku berharap bisa. Tapi klien ini memesan Uchiha Sasuke secara khusus."

"Bilang aku di UGD."

"Ha? Sas, jangan bercand--"

"--Bye."

Sasuke menelungkupkan ponselnya dan kembali menata isi lemari dapur tanpa merasa bersalah, ia lelah, fisik dan mental, pekerjaanya tidak pernah habis dan entah mengapa ia dan siapapun yang terlibat di dalamnya akhir-akhir ini tidak pernah puas dengan hasil kerjanya. Ia sudah bertekad hanya akan memusatkan segala tenaganya di jam kerja. Di luar itu, ia ingin bernafas. Persetan jika klien itu memesannya. Jika ia segitu menginginkannya, ia pasti akan menunggu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

More Than Just Hurts (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang