Chapter 17

1.8K 229 40
                                    

Mereka mengadakan pesta bbq untuk menyambut teman-temannya Arthit yang datang merusuh ke rumah orang tua Arthit. Setelah acara tangis menangis dan pukul memukul akhirnya keadaan menjadi tenang.

"Mirip sekali!" Kata Mae memegang kedua pipi Krist setelah di perkenalkan oleh Arthit.

"Aku lebih tampan Mae!!" Rengek Arthit. Arthit memang menyetel mode manja jika di dekat orang tuanya.

"Iya kamu lebih tampan tapi dia lebih imut." Kata Mae tertawa kecil.

"Aku bukan imut Mae tapi tampan alias ganteng." Protes Krist. Mae memandang mereka, sungguh mirip seperti ia telah melahirkan bayi kembar saja.

"Hahaha... kalian berdua tampan." Kata Mae sambil mengecup kening mereka satu per satu.

"WOI!! Dagingnya jangan dihabisin." Teriak Arthit yang melihat Bright memasukan daging ke mulutnya non stop.

"Gawahuamm.. lit..." kata Bright yang bergumam gak jelas karena mulutnya penuh. Toota mulai merebut daging yang di piring Bright hingga terjadi saling merebut daging di antara mereka.

"Dasar bocah!" Kata Arthit kesal. Kongpop dan Knot hanya mengangkat kedua bahu mereka dan terus memanggang.

"Krist, aku ingin bicara padamu." Ajak Arthit kepada Krist agar menjauh dari halaman belakang rumahnya.

"Ada apa P ?" Sesampai mereka di kamar Arthit.

"Apa kau suka rumah ini ?" Tanya Arthit. Krist menangguk, rumah Arthit sederhana namun suasana hangat selalu menyelimuti rumah ini.

"Apa kau ingin tinggal disini ?"

"Maksud P'Arthit apa ?" Krist jadi bingung.

"Maksudku, jika aku pergi, orang tuaku akan kesepian dan kau juga butuh tempat tinggal. Jadi kupikir lebih baik kau tinggal disini."

"P tak boleh pergi... hik... aku tak ingin P'Arthit pergi hik... hik..." Kata Krist memeluk Arthit. Ia tak mau Arthit pergi. Cerita sotus yang ia sukai bukan menyedihkan seperti ini.

"Krist..." Arthit mengusap lembut punggung Krist. " Jika ini sudah kehendak takdir. Kau harus bisa menerimanya. Kita sudah dewasa, Kita tahu dimana batasan kita dan tanggung jawab kita. Cinta itu tak selalu indah, bukan seperti yang di novel atau di cerita picisan. Butuh komitmen dan kedewasaan untuk menjaga cinta itu. Kita tak bisa selamanya menjadi egois dan bertingkah seperti anak kecil. Kau paham maksud aku Krist ?" Arthit memberikan cermah tentang kehidupan dan tanggung jawab pada Krist. Entah kenapa hal itu kena tepat di hati Krist.

Krist mengangguk pelan, Ia jadi merasa bersalah. Selama ini ia bertingkah seperti anak kecil pada P'Singto. Keinginannya harus di turuti oleh P'Singto, jika tidak maka dia akan selalu ngambek.

"Baik P'Arthit hik.. aku akan mencoba.. hik.." Arthit tersenyum. Akhirnya Krist mau berusaha untuk jadi dewasa.

"Besok pagi, kita pergi ke pantai bersama bagaimana ? Aku ingin melihat matahari terbit." Ajak Arthit.

"Mau P. Dengan siapa lagi ?" Tanya Krist.

"Mungkin dengan Kongpop atau Knot. Kita butuh mobil mereka hehehe... yang lain aku rasa pasti masih tidur." Krist tertawa mendengar itu. Yang suka bangun siang  itu ya si P'Arthit ini.

"Oke. Besok kita lihat matahari terbit."

***

Kongpop mengendong Arthit dan mendudukkannya di kursi roda. Badan Arthit sudah terlalu kurus hingga menjadi susah untuk berjalan apalagi di pagi hari begini. Krist juga turun dari mobil.

Kongpop mendorong kursi roda itu menuju pantai dan Krist berjalan di samping Arthit. Mereka bercerita hal-hal yang umum.

Kongpop dan Arthit duduk di pantai sambil menunggu sang matahari untuk menampakkan dirinya sementara Krist sedang membangun istana pasir untuk dipersembahkan ke Arthit.

9. Krist And Arthit (Bahasa) - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang