#Typo everywhere
Happy reading❤
Besok pagi para atlet Indonesia akan melakukan perjalanan menuju denmark.Aku memutuskan packing siang ini, agar nanti malam aku bisa bersantai. Tidak seperti jorji yang terbiasa packing malam hari sebelum besok paginya berangkat, katanya.
"Ghan lagi ngapain nih?" tanya jorji sambil megangin hpnya ke arah ku terus
"Lagi packinglah. Ngapain lagi" jawabku sewot
"Yee santai donk bu"
"Hayy gaes ini si ghani lagi packing nih besok mau berangkat ke denmark buat tanding" lanjutnya dan mengarahkan kamera hp nya pada mukaku"Lo ngapain sih? Dari tadi ngesnapgramin gue ya?" tanya ku
"Hehe iya. Baru nyadar lo?"
"Suekk!! Untung gue belum packing barang privasi" sungutku
"Ya gue juga lihat lihat kali. Ya masak barang begituan dimasukin snapgram sih"
"Udah sana packing! Awas ntar ada yang ketinggalan kalau packingnya mendadak"
"Kalau ketinggalan pinjem lo lah"
Aku menaikan alisku sebelah "kalau barang yang itu, lo mau pinjem?" tanyaku menahan tawa
"Ya enggak lah, gila aja!! Masak barang begituan pinjem sih" jawabnya menoyor kepalaku
"Aduhh sakit peak! Awas mikha ntar selingkuh kalau lo suka kdrt"
"Berarti lo dulu suka kdrt donk? Kan lo diselingkuhin mas jom" sahutnya
Aku memutar bola mataku malas "Salah topik bahasan nih gue" gumamku
"Ghan beli es cendol di depan yuk" ajak jorji
"Iya bentar! Ini mau masukin raket dulu"
"Bawa berapa raket lo?"
"4 atau 5 lah. Emang biasanya pada bawa berapa?"
"Ya segitu. Takutnya ntar pas main raketnya potek"
Aku berdiri dan mengambil hoodie ku yang tergantung dipintu lemari.
Jujur saja, ini hoodie pemberian rian sewaktu kita pertama kali jalan. Ah sudahlah mengingat yang lalu itu tidak baik, bikin gagal move on.
Aku tidak mengembalikan barang yang rian berikan padaku, karena menurutku itu terlalu aneh. Barang yang sudah dikasih tidak boleh dikembalikan, itu prinsipku.
"Ayok jor" ajaku pada jorji
"Hoodie lo bagus! Beli dimana sih?"
"Di penjual hoodie"
"Yewww panjul! Kalau itu gue tau lah. Maksd nya dimall atau di olshop"
"Lupa gue, hoodie udah lama ini"
"Tapi bagus ihh! Buat gue aja ya? Pasti lo udah bosen deh"
"Ehh nggak nggak enak aja lo" tukasku dan berjalan keluar mendahului jorji
Tak perlu waktu lama untuk berjalan ke tempat penjual es cendol berada, saat kami sampai disana ternyata ada beberapa atlet yang juga sedang nongkrong disana
"Kalian mau beli es cendol juga?" tanya bang owi salah satu atlet yang nongkrong disini
"Iya bang. Panas panas gini seger" jawab jorji dan memesan es cendol kepada mamangnya
Aku hanya tersenyum dan duduk di kursi panjang yang hanya diisi fajar di sisi kanan dan kevin disisi kiri, dan aku ditengah tengah.
"Ngapain lo?" tanya kevin
"Gue?" ucapku menunjuk diriku sendiri
"Iyalah, masa mbak kunti" sarkasnya, ini kayaknya kevin punya dendam deh sama aku gara gara aku ketuk jidatnya.
"Duduk" jawabku acuh
"Yeee bahlul, orang di tanyain beneran juga" sungutnya
"Lah kan aku juga jawabnya beneran"
"Ahh tau ahh"
"Aduh pin pin, makanya kalau tanya yang bener. Lo tanya ngapain, ya benerlah dia jawab duduk. Orang dia beneran duduk" sahut a fajar
Aku memeletkan lidahku kepada kevin
"Apa lo?" tanyanya sewot
"Ini neng es nya" sela mamang penjualnya
Aku mengabaikan kevin, dan asik menikmati es cendol yang baru saja ku terima dari mamangnya
"Jombang jadi nyusul ga sih?" tanya a fajar
"Jadi, katanya masih ada urusan jadi tungguin aja" jawab kevin
"Tumben lo ga buru buru pergi, kalau kita bahas jombang" tanya kevin menatapku
Aku menoleh dan menaikan sebelah alisku "Kapan gue buru buru? Nggak pernah" elakku dan kembali menikmati es cendolku
"Helehhh, sok amnesia"
Aku hanya mengangkat bahuku acuh, dan kembali menikmati es ku. Aku berharap rian kesini disaat es cendol ku habis, agar aku tidak pusing memikirkan alasanku untuk pergi dari sini. Dan meninggalkan es cendol yang ku beli pakek duit walaupun cuma seharga goceng.
"Ghan, balik yuk" ajak jorji dan mengisyaratkan ku untuk menengok ke kanan.
Aku menengok ke arah kanan dan mendapati rian berjalan kemari. Aku menatap jorji dan menunjukkan es cendol ku memberi isyarat "ini gimana?"
"Buang aja!" balasnya dengan gerak bibir tanpa mengeluarkan suara
Dengan perasaan sedikit tak rela aku membuangnya, padahal kalau ditafsir itu seharga 3000 an. Karena masih tersisa sekitar setengah gelas.
"Mang itu gelasnya, dan ini uangnya kita pergi dulu ya" pamit jorji dan menarikku cepat
Aku hanya mengikuti langkah jorji, saat 5 langkah kita berjalan. Kita berpaspasan dengan rian.
Jorji hanya tersenyum, dan aku cuek bebek. Tapi dia melihatku terus, ahh bukan jangan gr! Mungkin dia melihat hoodie yang aku pakai padahal posisi kita sudah lumayan jauh.
"Jorji gila. Itu tadi cendol gue masih seharga 3000 an tau" sebalku
"Iya trus gimana? Emang lo mau kejebak obrolan sama mas jom?"
"Kejebak obrolan gimana?"
"Lo gak mungkin acuh dan dingin sama mas jom kalau posisi lo lagi bareng atlet lainnya. Bisa menimbulkan kecurigaan lah bego"
"Iya juga ya. Tapi sayang cendolnya"
"Besok beli lagi yang banyak, sekalian sama mamangnya"
"Di denmark mana ada penjual cendol"
"Ya nggak ada lah, orang gue cuma becanda juga"
****
Malam ini aku bersantai karena aku sudah menyiapkan keperluanku untuk besok pergi ke denmark.
"Jor, gue keluar cari angin bentar ya" pamitku
"Iya, balik jangan malem malem ya" pesannya yang ku bales dengan anggukan. Bodo amat dia tau apa enggak karena lagi sibuk packing
Aku memutuskan untuk pergi ke taman pelatnas, angin malam ini cukup membuatku merasa kedinginan.
Dan bodohnya, aku tidak memakai kain apapun untuk melapisi kaos lengan pendek yang aku pakai.
Aku duduk di bangku putih yang berada di tengah tengah taman. Aku memandang langit berawan gelap yang bisa dipastikan sebentar lagi akan menurunkan hujan.
Jika mendung seperti ini suasana menjadi sendu, menurutku. Dan pikiranku terlempar pada kenangan yang menyakiti hatiku.
Akan sedikit ku ceritakan, setelah memutuskan hubungan ku dengan rian. Hujan turun begitu lebatnya karena sebelumnya langit memang sudah sangat gelap karena mendung, namun aku masih berjalan tak tentu arah dengan harapan sakit hatiku hilang terbawa rintikan hujan.
Dan gilanya, bukan sakit hatiku yang hilang tetapi malah kesadaaran ku yang hilang. Aku pingsan dijalan dan bangun bangun aku sudah berada di ruangan yang serba putih, rumah sakit. Dan untungnya aku cuma mengalami demam biasa, tidak penyakit yang begitu parah menurutku.
Saat aku mengingat kenangan tersebut tiba tiba ada kain yang menutupi pundakku, jaket.
"Ngapain malem malem disini sendirian?" tanya a ihsan yang sudah ku anggap sebagai kakak begitu juga sebaliknya karena marga kita sama, katanya tempo hari lalu.
"Nyari angin" jawabku dan tersenyum
"Ada yang mau diceritain nggak?"
"Nggak ada a"
"Yakin nggak ada? Mungkin lo butuh saran dari gue"
"Yakin a nggak ada" ucapku meyakinkan
"Aa cuma mau bilang satu hal, move on nggak akan berhasil dengan menghindar. Cobalah untuk berdamai dengan masalalu siapa tau dengan begitu lo mudah buat lupain dia" petuah a ihsan
Aku hanya diam tanpa membalas perkataannya.
"Coba aja untuk berdamai" sarannya
"Berdamai? Nggak semudah itu a"
"Aa tau damai itu nggak mudah, apalagi dengan masa lalu. Tapi lo harus nyoba biar tau hasilnya"
"Aku itu orangnya nggak mudah berdamai a, apalagi sakitnya membekas sampai sekarang. Bayangin aja, pas aa lagi sayang sayangnya trus ditinggal selingkuh sama mantannya! Bagaimana perasaan aa?? Sakitkan?? Aku pun begitu a" ucapku dengan emosi yang menggebu gebu
A ihsan mengusap lenganku untuk menenangkan, "kamu udah denger penjelasan dari rian belum?"
Aku tertawa miris "setelah putus gue lost kontak sama dia, lebih tepatnya gue blokir" ucapku memandang langit hitam yang mulai menurunkan rintikan air hujan. Tanpa mereka sadari ada sepasang bola mata mengawasi mereka.
"Udah, jangan sedih! Kalau kamu nggak mau nyoba sekarang, mungkin nanti" ujar a ihsan
"Ayok kembali ke kamar. Besok penerbangan jangan main hujan" lanjutnya mengajakku untuk kembali ke kamar (masing-masing)Aku mengangguk dan berjalan disamping a ihsan dengan jarak yang tercipta tentunya, agar tidak menimbulkan gosip dan masuk akun lambe.
Setelah sampai dikamar, aku langsung mengganti bajuku dengan piyama tidurku. Setelahnya aku berbaring dikasur menyusul jorji yang sudah berada di alam mimpi dengan ponsel yang berada dipipinya.
To be continue
Sorry for typo🙏
See you❤