HC 1

98.3K 6.9K 291
                                    

Jombang, Indonesia
______________________________________________

"Ma Syaa Allah, Gus Malik ganteng banget."

"Pangeran surga telah datang."

"Jungkook, maaf kamu kalah ganteng."

"Oppa Sehun, sepertinya aku harus menduakanmu."

Hebohnya suara santriwati saling bersaut di balkon ma'had putri di salah satu pesantren modern kota Jombang. Kedatangan Malik, putra mahkota pondok Deen Assalam menjadi headline berita terbaru sore itu.

"Lagi pada ngapain, Sin? Kok di balkon banyak santriwati yang heboh." Gadis yang baru menginjak usia 16 tahun itu bertanya pada temannya yang sibuk dengan penggorengan.

"Liat Gus Malik pulang dari Probolinggo, nis," jawab Sinta. Tangannya sibuk meniriskan tempe yang baru saja diangkat.

Keduanya kini tengah memasak lauk yang akan dijadikan menu buka puasa malam ini.

Annisa mengerutkan wajahnya. "Gus Malik?"

"Iya. Putra sulung Kyai Zainal, kakaknya Ning Aisyah sama Ning Athifa. Kamu nggak ikut liat?"

"Enggak, masak lebih penting. Nanti nggak keburu mateng telat buka lagi." Annisa mengalihkan pandangan dari riuhnya para santriwati di balkon ma'had putri. Kembali fokus mengulek sambal tomat dalam wadah coeg.

Bulan ini memang bukan bulan Ramadhan. Tetapi peraturan pondok pesantren yang mengharuskan para santrinya untuk melaksanakan puasa sunah senin-kamis.

Keutamaan puasa sunah senin-kamis bisa menghapus kesalahan dan meninggikan derajat. Karena memang dua hari tersebut adalah saat amalan diangkat di hadapan Allah sehingga sangat baik untuk melaksanakan puasa sunah.

***

Beberapa mobil terparkir rapi di luasnya halaman pesantren. Sengaja para saudara mengantarkan kepulangan keponakannya sekaligus untuk sowan.

"Matursuwun yo, Ris, sudah menjaga Malik sampai segede iki," ungkap Ustadzah Rahma pada adik perempuannya, Risma.

"Sami-sami, mbak. Saya yang harusnya terimakasih, sudah diizinkan merawat Malik selama empat tahun."

Empat tahun Malik hidup jauh dari jangkauan orang tua. Tinggal bersama eyangnya, pendiri pondok besar di Probolinggo sekaligus diasuh Andi dan Risma yang kala itu belum dikaruniai buah hati.

Malik yang menginjak dewasa di usia 17 tahun telah diberikan kebebasan untuk memilih tetap tinggal di Probolinggo atau pulang ke kota kelahirannya, Jombang. Alasan lain karena Andi dan Risma sudah memiliki gadis kecil pelengkap keluarganya yang dua bulan lagi genap berusia dua tahun.

"Malik di sana nakal opo ora, ndi?" tanya Kyai Zainal pada adik iparnya, Andi.

"Mboten, mas. Alhamdulillah Malik sangat membantu kami. Dia pintar dan juga cerdas, hafalannya juga sudah khatam," jujur Andi memuji keponakannya.

Malik hanya menunduk, tersenyum, mendengar dirinya yang menjadi bahan perbincangan. Ada semburat rasa bahagia mampu membanggakan abi dan uminya, terlebih dengan gelar hafidz.

Dijelaskan dari buku "Himpunan Fadhilah Amal" karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa dari Ali Karramallahu Wajhahu, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membaca Alquran dan menghafalnya, dan menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan menjaminnya untuk memberi syafaat bagi sepuluh orang keluarganya yang wajib masuk neraka." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

HALAQAH CINTA (SUDAH TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang