24 Agustus

0 0 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, aku udah dan dia resmi 'jadian'. Awalnya aku udah pesimis untuk dapatin dia, ternyata ya begitulah. Hehehehe. Sebenarnya aku masih ingin bertemu dengannya, namun karena ia bekerja dan aku sekolah, ya mau gimana lagi? Aku selalu ingat jadwal dia 'day off', tetapi selalu gagal karena bertabrakan dengan jadwalku sekolah. Jadi untuk nyelesainnya cuma satu, always chat.

Seiring berjalannya waktu, entah kenapa saat aku mencoba untuk chat ia tidak pernah membalas. Dan saat aku mencoba menelpon hanya pesan suara yang selalu terdengar. Aku masih belum tahu apa penyebabnya hingga akhirnya aku mencoba memberanikan diri untuk datang mengunjunginya saat pulang sekolah, tetapi ia tidak berada di tempat. Saat kutanya ia sakit dan tak bisa masuk, pikiran ku sudah kacau balau dan mulai berpikiran aneh tentang dirinya.
Aku pun gak mau ambil pusing untuk masalah seperti ini, sekarang yang ada di pikiranku 'jikalau ini berakhir, ini akan menjadi pelajaran buatku kedepannya. And if you come back again for say apologize, sorry honey. Where you been?'

Setiap malam aku mencoba menghubunginya lagi, namun hasilnya sama. 'sial' berarti benar dugaan ku dan hal-hal yang ku pelajari selama ini benar adanya dan terjadi. Aku hanya bisa mengelus dada, mengingat aku juga bukan orang yang berada dan aku juga harus mengejar apa yang harus aku dapatkan di masa depan and so pasti 'MAKE MY PARENTS PROUD' thats all.

Sudah dua Minggu di hari kesenanganku akhirnya dia datang dengan membawa sebuah kotak yang cukup besar. Dengan tidak sabaran ia mengetuk pintu rumahku. Aku sebenarnya sedikit ogah-ogahan untuk membukakan pintu untuk dirinya, pertama aku kecewa lantaran ia tidak hadir di hari kesenanganku dan yang kedua hari ini aku tidak bekerja di restoran itu karena aku ingin istirahat. "Pagi sayang!" Dengan ucapan sembari mengeluarkan senyum semringah menyapaku di pagi yang cukup panas. "Ya pagi, ada apa?". "Masa kamu gak inget?" Dia bertanya dan raut wajahnya sedikit berubah. "Gak, aku memang gak tahu apa yang ku inget.". Akhirnya ia mundur dan menyodorkan sebuah kotak tadi ke arahku dan pergi tanpa memberi ucapan selamat tinggal. Dan bodohnya aku hanya tertawa dan mengucapkan 'hati-hati di jalan'.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang