vier

25 1 0
                                    


.
.
.

Avel tidak membantu banyak tentang daniel. Hanya sekedar menyampaikan pesan yang ingin daniel sampaikan pada keluarganya. Meminta aga untuk menemaninya menemui keluarga daniel. Karena dia tidak terbiasa dengan orang baru.

Keluarga daniel yang masih berduka tentu sangat tidak percaya dengan kedatangan avel dan aga. Mereka menganggap bahwa yang avel katakan adalah sebuah lelucon yang bertujuan untuk menghibur mereka. Tapi aga terus meyakinkan pada keluarga daniel, bahwa yang avel katakan adalah sebuah kebenaran. Sampai akhirnya mereka dapat menerima. Dan juga berterima kasih pada avel karena mau direpotkan.

Aga tau avel belum makan. Oleh karena itu dia mengajak avel untuk makan di warung makan yang jaraknya tak jauh dari rumah daniel. Gadis yang hari ini hanya memakai dress putih dibalut jaket denim milik aga terlihat begitu manis dimata cowok itu. Jaket  itu miliknya, ia sengaja memberikannya pada avel karena tadi cuaca mendung ia fikir hujan akan turun. Tapi rupanya tidak.

Avel selalu senang pergi bersama aga, karena selain dia percaya bahwa aga pasti akan menjaganya. Dia juga percaya bahwa aga tidak akan membiarkan uangnya keluar. Siapa yang tidak suka hal hal berbau gratis? Maka itu bukan avel. karena avel sangat menyukainya.

Mereka berbincang di sela aktivitas makan mereka. Karena avel lebih suka makan tanpa bicara, tapi ia sendiri tidak bisa diam di hadapan aga. Padahal seharusnya dia diam saja menikmati makan.

“Makasih ya Ga.” Cowok itu menatap avel, mengangguk kemudian melanjutkan makannya.

“Santai aja. gue ngga pernah ngerasa di repotin kalo lo yang minta.”

Avel tertawa pelan. “Eh kemaren, sebelum lo nelfon gue. gue kedatangan anak kecil.” aga memperhatikan avel. tangan lelaki itu terulur membersihkan sisa makanan di bibir avel, selalu seperti itu. “Siapa?” tanyanya.

“Namanya angel, gue kesian sih sama dia. Soalnya dia mati gara gara bokapnya.” Avel menyendok kembali makanannya. “Dia bilang bokapnya ampe sekarang masih hidup.”

“Dia tau lo bisa liat?” avel menggeleng. Gadis itu menghentikan sejenak aktivitasnya, untuk menatap aga lama. Dia fikir aga masih mau bersuara. Tapi sepertinya tidak. “Dia bilang, dia kaget pas tau gue liat dia. Tapi setelah ngobrol, dia minta tolong sama gue.”

Aga tidak bertanya. Tapi dia tau avel masih mau melanjutkan. “Dia bilang, dia ingin maafin ayahnya.”

“Yaudah tinggal maafin aja padahal.” Avel tidak kembali melanjutkan. Dia hanya mengangkat bahu tak acuh. Kemudian kembali makan.

Kenapa avel tidak berhenti makan? Karena yang dia pesan tidak hanya satu menu. Tapi beberapa porsi makanan dan minuman.

“Tadi di sekolah lu kenapa?” avel mendongak. Dia menatap aga heran. Memangnya ada apa?. “Kenapa gimana maksud lo?”

“Tadi gue liat lu rada aneh aja di sekolah. Ngga kaya biasanya.” Avel sadar maksud pembicaraan aga kemana. Hari ini avel memang kehilangan fokus nya. Fikirannya melayang pada ucapan ival tentang mobil yang ia beli. Tidak seharusnya ival memberikan seorang kekasih mobil. Mungkin bagi yang lain wajar, tidak untuk avel. avel hanya menggeleng. “Perasaan lo aja kali ah.”

Aga menatap avel lama. Tapi kemudian mengangguk dua kali. “Iya kali ya. Menurut lo perasaan gue ke elo gimana?”

“Lah? Lucu lo, masa nanyain gue?” avel tertawa. Gadis itu menyeruput minuman setelah menghabiskan porsi makannya. “Tanya sama diri lo sendiri lah, emang gue cenayang?”

Percakapan itu diakhiri tawa oleh keduanya. Aga memilih tidak melanjutkan melainkan mengajak avel pulang. Avel tidak banyak bicara setelahnya. Semenjak aga membahas bahwa ia diajak menginap oleh ival. Avel terlihat seperti malas berbicara. Cowok itu gelisah sendiri, memikirkan bahwa avel seperti itu karenanya.

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang