"Tunggu.."
Tiba-tiba Citra mematung di tempat. Dia merasakan detak jantungnya sangat cepat dan tak beraturan. Perlahan Citra membalikkan badannya.
"Iya tunggu gue dulu, nanti gue jemput ke Cafe-nya." Bima berbicara dengan handphone-nya.
"Arghhhh!! dasar monyet, curut, badak, macan, dengan segala makanannya! Golok mana golookkk!!" Citra mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Sabar Cit sabar, untung ganteng, kalo jelek mah udah gue sembelih barengan sama ayamnya pak Sri! Biar sekalian dijadiin soto ayam!"
***
BRAKKK
Citra membanting pintu kelasnya dan berhasil membuat seisi kelas melihat kearahnya.
Citra tak menghiraukan beberapa sorot mata yang melihatnya, dia segera duduk di bangkunya dan membenamkan kepalanya di meja.
Aurel yang sedang sibuk membaca novel memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya tersebut.
"Kenapa lagi lo? Dimarahin sama bu Tri masalah peta?" tanya Aurel.
"Nggak." Jawab Citra dengan cuek.
"Disuruh ngoreksi ulangan matematika sama pak Bambang?"
"Nggak rel! udah deh diem aja, gue mau tidur, capek gue." Sahut Citra tanpa menoleh kea rah Aurel.
Aurel menghela pelan, akhirnya Aurel hanya mengiyakan ucapan Citra. Kalau ditanyain terus, sama saja Aurel berada di kandang bersama singa ganas yang siap memakannya kapan pun. Aurel berpikir lebih baik dia kembali membaca novel yang sempat terjeda tadi.
***
"Siapa tadi Bim? Cewek baru lo? Kok kayaknya deket banget sama lo" tanya Abian penasaran.
"Iya nih, pajak-pajak mana bro?" sahut Dino sambil menyeruput es tehnya.
"Apaan sih, nggak usah minta-minta, nggak malu apa sama pengemis." Jawab Bima tanpa melihat ke arah mereka dan masih sibuk dengan handphone-nya.
Abian dan Dino terkekeh pelan.
"Jangan dingin-dingin kek ke cewek Bim, nanti nggak ada yang mau ngedeketin lo." Ucap Abian sok serius.
"Buktinya fans gue lebih banyak daripada lo." Sahut Bima dengan santai dan datar.
SKAKMAT!
Abian memang selalu kalah telak kalau disuruh debat dengan Bima. Bagaimana tidak? Bima adalah juara debat bahasa Indonesia tingkat nasional! Wegelaseh.
"Dari lahir kosong tuh hati, nggak ada niatan buat mengisi tuh?" Dino menyenggol lengan Bima.
"Apaan sih nyenggol-nyenggol, jijik gue"
"Abang Bima kok gitu sih." Ucap Dino sambil menahan tawa
"Najis!" Bima bergidik ngeri.
"Emang ribet punya temen yang demen sama bencong!" ucap Bima berdiri untuk meninggalkan mereka berdua di kantin.
Tawa Dino dan Abian meledak-ledak, merasa puas karena berhasil mengerjai sobatnya itu.
Salah siapa jomblo!
Eh? Kata siapa jomblo salah? Pada hakikatnya jomblo selalu benar!
"Bukannya tidak mau membuka hati untuk seseorang yang baru, hanya saja hati ini belum siap untuk kembali terluka. Karena cinta hanya berakhir untuk dua hal, bahagia atau terluka."
***
"Bu Tri datengggg!!" teriak Anton
"Palingan juga lo bohong lagi, lo mau dapet hukuman lagi?" sahut Tyas yang tak mempedulikan teriakan Anton
"Demi iklan teh pucuk yang uletnya nggak nyampe-nyampe di pucuk daun teh pilihan! Bu Tri beneran udah sampe kelas sebelah!"
Tyas memutarkan bola matanya dan mendengus pelan.
"Na, coba lo liat di luar beneran ada bu Tri nggak? Kalo beneran nggak ada, gue cariin golok tuh si Anton" ucap Tyas.
Kirana menghentikan game di handphone-nya dan berjalan keluar kelas untuk mengecek apakah benar ada bu Tri seperti yang diucapkan Anton.
Sesampainya di luar kelas, Kirana segera membalikkan badannya dan berlari ke arah bangkunya.
"Beneran ada,Na?" tanya Tyas
Kirana mengangguk cepat.
"Kan bener apa gue bilang." Ucap Anton sambil menaikkan alisnya.
Tyas tak mempedulikan ocehan Anton yang terus keluar bertubi-tubi.
Tak lama kemudian, bu Tri datang. Tetapi kali ini seperti ada yang beda.
"EH?"
"Bukannya dia..?"
"Selamat siang anak-anak." Sapa bu Tri dengan ramah.
Seisi kelas langsung berbisik-bisik
Tumben-tumbenan bu Tri ramah gitu
Iya, nggak pernah kan bu Tri kayak gini
Kita harus selidiki teman-teman
Sepertinya ada udang di balik bakwan!
Salah oneng! Udang di balik batu!
Ah sama aja, intinya ada sesuatu yang diinginkan!
Citra mendengus pelan. Yang membuat Citra penasaran bukanlah mengapa bu Tri bersikap ramah apalagi udang di balik lumpia, eh salah kan! Gara-gara gosipan tetangga sih! Udang di balik batu maksudnya, namun siapakah seseorang yang sedang berdiri di samping bu Tri!
Citra mencoba mengingat sesuatu.
"Anak-anak, sekarang kita kedatangan murid baru, silakan perkenalkan namamu." Kata bu Tri sembari mempersilahkan orang yang berdiri di sampingnya itu untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Adrian, saya pindahan dari Kanada." Ucap pria yang berdiri tadi
"Nahkan bener!" tidak sadar Citra berteriak dan membuat semua melihat ke arah Citra, termasuk Adrian.
Aurel yang ikut kebingungan dengan Citra yang tiba-tiba berteriak segera menyenggol lengan Citra. "Lo kenapa teriak-teriak bego!"
Citra yang menyadari kelakuan yang telah dia lakukan, dengan segera dia menutup mulut menggunakan tangannya.
"Emang tadi gue kenapa?" tanya Citra yang masih membungkam mulutnya.
Aurel mendengus kesal. Sepertinya temannya ini mempunyai penyakit amnesia!
"Lo barusan teriak-teriak Bambang!"
"Gue nyebut nama pak Bambang?" sifat polos Citra kembali keluar.
"Emang susah ngomong sama kertas HVS!"
"Kok kertas HVS ?"
"Iya, lo tuh kayak kertas HVS! Polos banget!" Aurel mulai kesal
"Kata siapa kertas HVS polos? Nih punya gue banyak coretan matematikanya pak Bambang." Ucap Citra sambil menyodorkan kertas HVS nya yang penuh coretan matematika.
"Arrrghhh! Tauk ah frustasi gue!
Citra melepaskan bungkamannya, mencoba mengatur napas dan berperilaku biasa.
Oke santai Cit, santai.
"Baiklah kita mulai pelajaran hari ini, Adrian kamu bisa duduk di bangku kosong belakangnya Aurel.
Citra mencoba mencerna kata-kata bu Tri.
Belakangnya Aurel?
Dia duduk di belakangnya aurel, teman sebangkunya Aurel itu gue. Berarti?
Citra membelalakkan matanya setelah mengerti maksud perkataan bu Tri.
Berarti dia duduk di belakangnya gue dong! Argghhh!
semoga tambah suka ya sama ceritanya, jangan lupa vote and comment! setidaknya itu sudah menghargai author,
salam author
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPUCUK RINDU
Teen FictionCitra. Siswi SMA kelas X Biologi 1 Dia terbilang gadis yang cerdas, cantik, dan periang. Citra diam-diam selalu mencuri pandangan ke seseorang yang cukup terkenal di SMA-nya. Ya! Seseorang itu adalah Kakak kelasnya! Kakak kelas yang terkenal dingi...