Saya punya teman sepemikiran sewaktu SMA namanya Bayu maulana, hingga saat ini (mungkin). Saya ingat sekali, dulu beliau sering diskusi perihal sepakbola, futsal, pendidikan, pemerintahan bahkan hingga perpolitikan negeri ini. Sewaktu kuliah beliaulah orang yang menjadi garda terdepan disaat demo mahasiswa, bahkan beliaulah yang menjadi orator. Maklum, beliau juga menjadi orang penting di organisasi mahasiswa yang cukup dikenal di negeri ini. Tapi, setelah diwisuda beliau mendaftar sebagai polisi. Memang bukan kehendaknya ingin jadi polisi melainkan keingainan orang tuanya yang dituruti. ketika beliau lulus tes kepolisian, dia harus membunuh keinginan untuk menuntut hak-hak rakyat lagi, dia harus membunuh rasa kemanusiaan yang sudah beliau pupuk sejak SMA. Ya, sekarang beliau jadi orang yang paling dibenci oleh mahasiswa disaat demo berlangsung.
Lagi-lagi dari sekian banyak obrolan, saya mendapat kesimpulan, ada Idealisme yg harus kau bunuh demi menghidupi kehidupanmu, ada idealisme yg harus kau injak-injak demi makan keluargamu. Ada waktu yang harus kau korbankan demi menuntut hak warga miskin, hak-hak orang hilang, juga hak-hak masyarakat yang terpinggirkan. Kamu ingat Munir, Marsinah, Wiji Thukul, serta orang-orang yang hak hidupnya diambil penguasa? Iya orang idealis seperti mereka dipaksa bungkam dangan realitas.
Seperti kata Tan Malaka, "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda."
Jabat erat,
@januarjanuari
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Para Kawan
Non-FictionPenggalan kisah-kisah perjalanan kawan yang dituliskan. Kawan; ? kawan gelak banyak, kawan menangis jarang bersua.