36. rinduku terobati

549 27 3
                                    

Harus next part terooosss
Ga ngerti bakal kek gimane ending dari part ini sama yang disebelah

Tambah swediih lagi
capek-capek nulis part 36 hampir 900 kata ilang gegara jaringan memburuk
anjir



.
.
.
.



Skip sekolah
satu minggu kemudian

Dengan langkah gontai Alin berusaha mengumpukan niatnya untuk sampai di kelasnya hari itu.

Rasa malas menghantui dirinya. Ingin tak masuk sekolah tapi takut dimarahi karena tak ada alasan yang pasti.

Belum lagi tentang kabar Aca yang kemarin tidak masuk karena sakit. Tapi tidak ada yang tahu Aca sakit apa.

Tiga menit menuju bel masuk berbunyi, Alin telah sampai di kelasnya. Di jumpainya meja Aca yang masih kosong.

Hanya ada tas Hendry disana.

Bahkan sampai bel berbunyi pun Aca juga tak kunjung datang. Dapat dipastikan bahwa hari itu Aca tak masuk sekolah lagi.

Alin berjalan malas menuju tempat duduknya yang berada di meja paling belakang.

Sesampainya di tempat duduknya, Putra, Abip, Hendry, Diat, Rafly dan Kenath yang tengah asyik mengobrol pun memandang heran atas kedatangan Alin pagi itu.

Tak ada yang langsung berani menanyakan perihal keadaan Alin. Sampai Alin hanya memandangi teman-temannya heran sendiri.

"Gaes, jengukin Aca kuy.. kasian ngga masuk dua hari" ucap Zahra yang kini sudah menghampiri mereka yang tengah duduk di meja paling belakang itu.

Rasa suntuk, kesal, malas dan bingung bercampur menjadi satu. Ditambah lagi Zahra yang tiba-tiba datang dan mengajak menjenguk Aca.

"Gue mah gas aja" Rafly

"Yoi" Putra.

"Ntar gitu gimana gaes?" tanya Diat.

"Setujuuu" jawab mereka kompak, kecuali Alin.

Alin masih terdiam membisu. Tak tahu harua ikut menjenguk Aca atau tidak.

"Ikut yuk Lin, please" mohon Zahra padanya.

Tidak ada cara lain selain harus memohon dan pura-pura memelas di depan Alin. Agar dia mau ikut menjenguk Aca. Setidaknya tetap ikut meski nanti tetap tak saling menyapa.

"Kalian aja, gue males"

Satu kalimat berhasil membuat Zahra, Diat, Putra, Rafly, Hendry, Kenath dan Abip mendadak kecewa seketika.

Alin tetap kekeh tak mau bertemu Aca dulu. Meski dalam hatinya ia juga ingin tahu bagaimana kondisi Aca sekarang.

"Ayolah Lin, lo ngga kasian Aca?"

Hendry berusaha mengajak Alin. Karena semenjak duduk satu meja dengan Aca, Hendry selalu melihat wajah Aca yang terlihat murung.

Alin hanya tersenyum dan kemudian menggelengkan kepalanya, tanda ia tetap tak mau ikut.

Tak ada yang berani memaksa Alin. Dia masih marah dan kecewa pada Aca.

"Gue harap lo bakal dateng ke rumah Aca.. sendiri atau bareng kita" bisik Diat pada Alin.

Kata-kata Diat membuat Alin tercengang. Seolah banyak yang berharap Alin akan menjenguk Aca.

《》《》《》

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang