Jilid 6

3.4K 53 0
                                    

Tapi tidak di sangka-sangka justeru "penjahat" yang menyatroni gedung pembesar itu berjumlah banyak dan memiliki kepandaian yang tinggi. Mereka membabat habis keluarga Ngo-erlang-khan, bahkan pelayan, busu maupun pengawal keluarga Ngo-erlang-khan telah dibabat habis. Binatang peliharaan, seperti ayam dan anjing, juga tidak diberi kesempatan hidup.

Mati-matian Bun Lay San memberikan perlawanan untuk membela majikannya, akan tetapi dia terbinasa dengan cara yang mengenaskan itu. Dan justeru puteranya, yang bernama Bun Hong, mendengar peristiwa yang terjadi di gedung Ngo-erlang-khan, tempat ayahnya bekerja cepat-cepat pergi ke sana. Kebetulan waktu itu di dalam gedung ada belasan orang polisi yang tengah mengadakan pemeriksaan, menyebabkan Bun Hong harus menanti dengan sabar.

Setelah langit menjadi gelap dan rumah itu telah disegel barulah ia memasuki gedung itu dengan mengandalkan gin-kangnya. Mencari mayat ayahnya.

Pemuda itu membawa mayat ayahnya keluar dari gedung itu. Cuma saja, baru saja Bun Hong menancapkan kaki di tanah di luar tembok gedung tersebut, empat sosok bayangan bekelebat gesit, tahu-tahu telah menggurung Bun Hong apa lagi sekilas ia melihat gerakan orang-orang itu yang sangat lincah jelas mereka memiliki kepandaian yang tidak rendah.

"Bangsat kecil, rupanya kau termasuk salah seorang pembunuhnya!" teriak salah seorang pengepungnya. "Tangkap!"

Bun Hong dapat melihat jelas sekarang orang-orang yapg mengepungnya berpakaian sebagai alat negara dan ia tambah kaget. Dengan demikian ia bisa dicurigai dan ditangkap polisi-polisi negara tersebut. Segera juga Bun Hong menjejak kakinya, dengan mengempit mayat ayahnya, ia bermaksud melarikan diri.

Tapi waktu tubuhnya melayang di tengah udara, tiba-tiba terdengar suara bentakan: "Anak haram jadah, mau kemana kau?"

Menyusul mana dari belakang Bun Hong jadi berkesiuran angin yang sangat keras dan dingin, Bun Hong menyadari itulah serangan senjata tajam.

Tanpa menahan geraknya, Bun Hong mengerahkan tangan kanan menangkis dengan goloknya yang telah dicabutnya waktu ia merasakan menyambarnya angin serangan itu.

"Trang!" Goloknya membentur senjata lawan. Tapi Bun Hong kaget, ia merasakan telapak tangannya sakit, goloknya terlempar ke samping dan terlepas dari cekalannya. Dan belum lagi ia bisa menguasai diri di saat ke dua kakinya hinggap di tanah, ia merasakan lengan kanannya sakit karena tertikam pedang, sampai kempitannya pada mayat ayahnya terlepas. Mayat itu jatuh terbanting di tanah.

Tubuh Bun Hong terhuyung mundur, ia bermaksud akan maju mengamuk tapi didengarnya "Hemmm, kau menyerahlah dengan baik-baik!" Menyusul mana terasa pundak kirinya sakit sekali, karena tertikam lagi oleh pedang lawan.

Mati-matian Bun Hong menyerang dengan telapak tangannya, justeru ia menyerang, dia yang merasakan tangannya sakit, tulang sikunya seperti hendak patah, dan tubuhnya terhuyung, malah jatuh terjengkang. Muka Bun Hong kian pucat.

"Ringkus!" Ia mendengar orang memberikan perintah.

Dan beberapa sosok tubuh telah melompat ke dekatnya, untuk meringkusnya. Mereka berpakaian seragam sebagai tentara kerajaan dan polisi negara. Rupanya memang di depan gedung dari keluarga Ngo-erlang-khan yang telah dibinasakan penjahat sekeluarga itu dijaga ketat sekali oleh pihak kepolisian.

Dan mereka memang melihat Bun Hong melompat masuk ke dalam rumah itu, mereka sengaja tidak bergerak dulu, menantikan Bun Hong telah keluar dari gedung Ngo-erlang-khan barulah mereka bekerja untuk membekuknya.

Bun Hong mengeluh, tapi ia tak berdaya. Tubuhnya kena diringkus.

Pemimpin rombongan polisi itu seorang Boan berusia empatpuluh dua tahun. Matanya tajam, mulutnya kecil lancip seperti patuk burung, hidungnya pesek mekar ke samping, dan juga sikapnya bengis sekali, ia tertawa dingin.

Pendekar Aneh Seruling SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang