duodēsexāgintā

7.9K 725 1.5K
                                    

"Jangan gerak, Cha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan gerak, Cha."

Suara serak milik cowok yang sangat Aluna hapal membuatnya membuka mata perlahan. Dan yang ditangkap adalah suasana remang karena hanya satu pecahayaan dari floor lamp di sudut ruangan.

"Balik tidur. Masih jam satu pagi."

Aluna di kamar Erlang setelah meminta jawaban atas siapa yang akan dipilih cowok itu. Azalea atau dirinya. Dan Erlang memilih membantu keluar kamar mandi daripada menjawab.

"Kak?" Aluna memutar badan, tiduran miring menghadap Erlang yang terpejam di tempat tidur yang sama dan hanya dipisah oleh guling.

"Hm?"

"Kak Erlang..." telunjuk rapuh hangat Aluna terjulur dan memainkan anak rambut cowok itu di dahi.

"Balik tidur, Ophelia," gumam Erlang serak. Masih memejamkan mata.

Tidak peduli, Aluna justru melarikan telunjuknya dari dahi Erlang merayap turun ke pangkal hidung dan berakhir di bibir cowok itu. "Dingin," bisik Aluna seraya mengusap bibir Erlang. "Bibirnya Kak Erlang dingin."

"Kamu ngapain?" Mata Erlang terbuka perlahan dan mata awasnya langsung menangkap wajah Aluna. "Balik tidur," bisiknya.

"Nggak bisa," komen Aluna bersamaan jemarinya digenggam Erlang mengakibatkan tangan hangatnya melebur bersama dinginnya tangan Erlang. "Nggak bisa tidur."

"Tidur, Cha. Nggak usah pikirin yang nggak-nggak."

Aluna tidak mau membahas Azalea, soal gimana bisa Erlang kenal Pablo. "Kak Erlang kok di kamar ini? Dosa tau sekamar."

"Jagain Ophelia Aurkena."

"Jaganya nggak hari ini doang kan?"

Erlang justru mengalihkan topik. "Udah ada batasan nih, guling. Sana minggiran jangan deket-deket."

Tidak dijawab. "Iya."

"Balik tidur. Besok siang gue anter pulang. Kakinya udah nggak sakit kan?"

Bukannya mendengar, perempuan terbalut-baby doll kucing itu menghapus jarak dengan mendekatkan badannya ke arah pembatas dan disingkirkan guling pemisah di antara mereka hingga jarak itu benar-benar hilang. "Acha jadi inget waktu di Bali."

"..."

"Kak Erlang nemenin tidur gara-gara Acha takut sama Kuyang."

"Lo nangis waktu itu," timpal Erlang.

"Tapi Acha nggak nyesel," Aluna nyengir dengan mata senduhnya.

Erlang heran.

"Soalnya dari sana Acha tau Kak Erlang sayang sama Acha. Makanya Kak Erlang jaga Acha heheheh. Meskipun sakit-sakitan boboknya di sofa."

Jelas Aluna ingat. Kenangan buruk, senang, dan sedih. Awal mula semuanya terjadi. Erlang yang mengungkapkan akan menjadi cowok di saat titik terendahnya. Dan Aluna merasa bersyukur hadir cowok itu sebagai obat, penyelamat di saat Ares datang dengan tingkah anehnya. Semua kenangan itu tersimpan rapi, akan Aluna kunci dalam ingatan, jika semua momen ini dipaksa buat pergi...

Distance | ✓ Where stories live. Discover now