1- Jika Tanpamu

2.1K 117 13
                                    

Ini tentang kita yang saling terikat. Aku yang tanpa kamu, bisa apa?
***

Bukan hanya mentari yang bersinar begitu cerah hari ini. Coba tanyakan pada cewek mungil yang kini bersenandung sambil mengikat tali sepatunya. Suaranya yang cukup merdu memang enak didengar jika saja cewek itu memperlihatkan kemampuannya di depan umum selain berteriak tak jelas.

Namanya Maisa Biantari. Wajah imutnya terlihat cerah seperti biasa. Sesuai janjinya pada sosok itu untuk terus tersenyum apapun yang terjadi, sesakit apapun perasaannya.

Deru kendaraan membuat Maisa mendongak. Seuntai senyuman terbit di bibirnya mengetahui siapa yang dating. Tidak jauh darinya, cowok berambut ikal menghentikan motor sport-nya.

"Jangan lari! Nanti jatuh, Ca," tegur sosok tersebut yang ia abaikan.

Benar saja beberapa detik kemudian Maisa hampir terjerembab karena tak sengaja menginjak batu. Refleks cowok itu berteriak.

Beruntung Maisa dapat menahan keseimbangan. Dirinya sempat mengusap dada lalu terkikih dan melanjutkan Langkah lebih hati-hati, berbeda dengan cowok di depannya yang kini mengembuskan napas lega.

"Kamu itu ... kalau dibilangin nggak pernah mau denger!" dumelnya menyentil dahi Maisa yang mengaduh.

"Ya maaf. Abis takut kesiangan, Ken." Cewek itu menampilan pupy eyes-nya.

Kenarya Alby Bimantara hanya berdecak lalu menggerakan dagunya sebagai isyarat. "Ya udah naik! Nanti kesiangan beneran."

Mengangguk, Maisa menerima helm yang disodorkan cowok itu. Pelindung kepala yang dibelikan khusus untuknya sebagai bukti kasih sayang. Setelah merasa siap, ia menyimpan tangannya di pinggang kurus Ken.

"Yuk jalan kang ojawss!" Maisa mengusap kepalanya yang tertutupi helm lalu menatap tajam sang pelaku lewat kaca spion. "Kejam banget, sih!"

Dumelan tersebut hanya dibalas dengkusan. "Sekali lagi bilang tukang ojeg, gue turunin, nih!"

"Tsk, sensi amat, Mas," dumelnya, "ya udah, cepet jalan Ken kesayangannya Caca."

Barulah Ken melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi karena mereka sudah cukup terlambat. Siapa suruh malah berdebat tidak jelas. Berkali-kali Maisa berteriak ketakutan, bahkan memukul punggung sahabat kecilnya.

"Ken gila, jangan ngebut! Gue belum mau mati!"

Kenar hanya bisa meringis, menahan sakit akibat serangan Maisa. Namun, itu lebih baik dari pada mereka kesiangan dan harus mendapat hukuman.

Akhirnya mereka sampai di sekolah bertepatan dengan bel yang berbunyi. Kenar mengembuskan napas lega, berebda dengan Maisa yang langsung mencak-mencak. Malas mendengar ocehan sahabatnya, Ken memilih bersenandung hingga cewek itu bertambah kesal.

"Dasar, Ken nyebelin!" Maisa menghentakan kakinya kemudian berjalan lebih dulu.

Ken hanya terkekeh, tidak berniat meminta maaf. Begitulah Maisa, sahabat kesayangannya. Si mungil menggemaskan yang membuat Ken berjanji untuk selalu melindunginya.

Persahabatan yang terjalin sejak duduk di bangku sekolah dasar membuat hubungan mereka begitu dekat seperti saudara kandung. Bagi Ken, Maisa sudah seperti adiknya. Meskipun usia mereka hanya terpaut beberapa bulan, sikap kedunya sangat berbeda. Maisa begitu manja dan ke kanak-kanakan.

Namun, bukan berarti Ken dapat dikatakan sosok yang dewasa. Cowok itu hanya bisa mengimbangi Maisa karena sudah mengenalnya dalam waktu yang begitu lama.

Berbicara tentang Kenar, ia hanya murid biasa dan tidak termasuk ke dalam jajaran cowok most wanted di sekolah. Meskipun begitu, Ken dengan mata sipit dan gigi kelincinya tampak terlihat manis saat tersenyum. Hal tersebut mampu membuat beberapa perempuan terpikat. Ken bukan anak basket yang sering diteriaki cewek-cewek ketika mampu mencetak three point, dia hanya anggota tim futsal yang selalu berhasil menciptakan top score karena kemampuannya menjadi striker.

My Sweety Girl (Republish)Where stories live. Discover now