4🍃He's Back

24 2 0
                                    

Temaran sinar mentari kuncup di sudut barat. Menghantarkan sekuntum rindu yang ku titipkan pada udara teruntuk dia yang namanya terukir pertama kali dalam putihnya ruang hatiku.

"Lo jauh lebih cantik kalo senyum" ujar suara seseorang disamping ku.

Aku menoleh dan mendapati wajah Farhan tersenyum hangat dengan sebagian wajahnya terkena berkas sinar senja.

"Makasih Han" ujar ku sembari mengulurkan tangan ku untuk tos persahabatan kami.

"Anytime baby" ujar Farhan lalu menarik ku dalam pelukannya.

Dan kembali setetes kristal bening melukiskan jejak dari rasa syukur karena Tuhan melingkupi ku dengan keluarga dan sahabat yang sangat menyayangi ku di tengah kabut kehilangan yang memudarkan kebahagiaan ku.

"Gue beruntung punya sahabat kayak lo" bisik ku di telinga Farhan dengan mengeratkan kedua tangan ku yang melingkari lehernya.

Usapan lembut di puncak kepala ku menjadi balasannya, mengalirkan ketenangan dalam diriku.

Selanjutnya, aku dan Farhan menikmati langit eksotis berwarna jingga terang. Cahayanya yang terang perlahan meredup berganti dengan pekat langit malam berhias bulan sabit dan titik-titik kemerlap bintang.

"Mau balik sekarang?" tanya Farhan yang ku angguki.

Keheningan terjalin sepanjang perjalanan pulang. Aku terus memandangi jalanan yang dipadati kendaraan. Seiring pergantian siang dan malam, wajah perkotaan pun berganti dengan tambahan hiasan sinar-sinar lampu yang menjadi paduan kontras dengan suasana malam.

Setibanya di depan rumah, aku dan Farhan mendapati sebuah mobil silver terparkir di halaman depan rumah ku.

"Kayaknya ada tamu deh di rumah lo" ujar Farhan saat kami turun dari mobil.

"Kayaknya sih gitu" balas ku.

Aku dan Farhan sama-sama mengucapkan salam sebelum memasuki rumah. Di ruang tamu sudah ada Mama, Anggika dan seorang pria dalam balutan jas berwarna navy.

"Nah ini yang ditungguin dari tadi udah pulang" kata Mama yang ditujukan pada ku.

Aku hanya tersenyum menanggapinya dan ku dapati pria itu menatap ku.

"Maaf Tante tadi kita keasikan main sampe lupa waktu deh" balas Farhan mengambil alih untuk menjelaskan pada Mama ku.

Mama mengangguk, sementara pria itu masih menatap ku. Tatapannya seolah mengunci ku, ku pandangi lekat-lekat wajahnya. Rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Pria itu tak asing bagiku.

Bahkan sampai aku duduk di samping Mama pun, ia masih memandang ku. Aku pun bertanya-tanya dalam hati tentang siapa sebenarnya pria itu.

"Vani ada yang mau ketemu sama kamu. Teman lama katanya, Mama tinggal yah" ujar Mama lalu pergi bersama Anggika, menyisakan aku, Farhan dan si pria familiar.

Suasana awkward pun terjadi karena pria itu masih memandangi ku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku pun tidak tau harus mengatakan apa, aku bahkan tak tau siapa dia sedangkan Farhan, ia malah memandangi ku bergantian dengan pria itu.

"Lihatinnya biasa aja kali" celetuk Farhan menegur pria itu.

"Intan sekarang udah besar yah" ujarnya dengan seulas senyuman menghiasi wajahnya yang ku balas dengan senyum tipis.

"Lo kenal sama dia?" bisik Farhan yang ku jawab dengan gelengan samar karena tatapan pria itu seakan mengawasi setiap gerakan ku.

"Maaf sebelumnya tapi Anda ini siapa? Apa sebelumnya kita pernah ketemu?" tanya ku.

Pria itu malah tertawa, tawa yang menurut ku begitu dipaksakan. Aku dan Farhan pun dibuat keheranan karena tingkahnya.

"Kamu bahkan nggak inget sama aku" ujarnya setelah meredakan tawanya dan kini ekspresinya berubah sendu. Ia kembali menatap ku, kali ini dengan tatapan nanar.

"Oh gue inget! Lo yang tadi kesenggol waktu di mall kan?" celetuk Farhan heboh sembari mengacungkan jari telunjuknya di hadapan pria itu.

Seakan tak terusik dengan tingkah Farhan. Ia masih menatap ku. Detik selanjutnya, ia merogoh saku bagian dalam jasnya dan mengeluarkan selembar kartu lantas menyodorkannya padaku.

"Aku Fabian"

"Fabian Gilbert Bradson"

Ia berdiri dari sofa lalu beranjak menuju pintu rumah tapi sebelum melewati pintu itu, ia berbalik dan menatap ku. Lagi.

"Tolong kabarin aku saat kamu ingat aku, Princess" ujarnya sebelum akhirnya ia benar-benar keluar dari rumah ku.

"Lo tau nggak dia siapa?" tanya Farhan lagi yang tetap ku jawab dengan gelengan.

"Ya udah nggak usah terlalu dipikirin, lo istirahat gih. Gue pamit yah, jangan sedih-sedih lagi" tambah Farhan sembari mengusap puncak kepala ku.

"Hati-hati yah" balas ku saat mengantarnya sampai ke depan rumah.

Setelah Farhan pergi, aku masuk ke kamar untuk bersih-bersih sebelum tidur. Ketika akan menutup jendela kamar ku, tanpa sengaja mata ku menangkap sileut pria yang bernama Fabian tadi. Dia berdiri di depan rumah, menghadap ke jendela kamar ku.

Aku mulai takut akan dirinya. Aku mencoba mengingat dan mencari berkas-berkas memori yang berkaitan dengan 2 hal yang masih segar diingatan ku tentang dirinya. Aku membaca ulang kartu nama yang diberikannya tadi.

Fabian Gilbert Bradson

Princess

Dan seperti bersahutan, otak ku merespon. Ingatan ku sampai pada memori masa lalu saat usia ku 11 tahun. Saat dimana aku bertemu dengan sahabat Kak Reza. Seorang anak laki-laki dengan wajah blasterannya yang bersedia menemani ku memainkan permainan apapun. Dia yang menjadi ksatria pelindung sang putri dari segala marabahaya.

Aku segera berlari keluar dari kamarku, mencari sosok yang baru saja ada di hadapan ku namun malah tak mengenalinya. Dia yang pernah hadir menghiasi masa kecil ku dan setelah sekian lama pergi, akhirnya dia kembali.

Seperti seorang amnesia yang baru saja mendapatkan kembali ingatannya, aku segera keluar dari rumah tepat di saat suara deru mesin terdengar. Aku menyesali keterlambatan ku mengingatnya, harusnya sejak ia menyebutkan namanya aku tau siapa dia. Bahkan seharusnya aku tau sejak ia terus saja memandang ku.

Namun sayangnya saat aku sampai di depan rumah, mobil itu mulai melaju. Aku pun mengejar mobil itu sembari memanggil-manggil nama Kak Fabian. Beruntung mobil itu berhenti dan tak lama kemudian, pemilik mobil itu keluar.

"Kak Bian" panggil ku.

"Kamu udah ingat sama aku?" tanyanya dengan raut wajah berbinar yang ku angguki.

"Ini beneran?" sambungnya sembari mengedipkan matanya beberapa kali.

"Iya kak" ujar ku dengan menangkupkan kedua tangan ku di wajahnya.

Sontak respon selanjutnya diluar perkiraan ku, kala ia memeluk ku dengan sangat erat dan membuat ku terkejut.

"I'm so happy tonight" bisiknya tepat di telinga ku bersambung dengan pelukan yang semakin erat juga kepalanya yang mengisi cerukan antara bahu dan leher ku.

"Kakak kembali" balas ku.

"It's because of you"

***

Voment!

Pelangi Senja🌷

IF (Ketika Cinta Tidak Lagi tentang Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang