Terkaman Part 2

45 1 0
                                    

Semua pelajar SMA percaya bahwa guru mereka melakukan kesalahan dalam mengelola sekolah. Seperti, mereka percaya jam masuk terlalu awal, jam istirahat terlalu cepat, jam pulang terlalu lambat, dan mereka juga percaya beberapa pelajaran sebaiknya diajarkan hanya satu jam dalam seminggu. Tapi dari semua keluhan itu ada satu keluhan fatal yang hanya di alami Feli dan teman-teman sekelasnya: fisika diajarkan pada jam-jam terakhir sekolah. Ketika semua tenaga sudah habis, ketika suhu ruang kelas menjadi sangat gerah, ketika rasa lapar menjadi sangat nyata, dan suara kendaraan di jalan raya terdengar sangat menggoda. Fisika pada jam-jam terakhir adalah sebenar-benarnya siksaan.

Dan hari ini Feli harus menjalani dua siksaan sekaligus: mengikuti pelajaran fisika di jam terakhir sekolah dan mengerjakan PRnya setelah jam sekolah bubar.

"Ya ampun, Pak. Pliiisss, saya kerjakan di rumah saja ya PRnya. Saya janji, janjiiiii. Pasti Feli kerjakan. Besok pasti Feli kumpulkan sebelum jam pelajaran pertama."

"Kamu ingin mengerjakan PR ini di rumah?" tanya guru fisikanya sembari menata rapi semua lembaran kertas PR milik teman-teman kelas Feli. "Tidak bisa. Ini kesempatan terakhirmu. Bapak akan mengoreksi semua kertas ini di kantor dan kamu segera kerjakan PRmu. Kumpulkan di kantor kalau sudah selesai."

"Tapi, Pak."

"Tapi, kalau bapak sudah selesai mengoreksi dan kamu belum mengumpulkan pekerjaanmu, berarti kamu sudah kehilangan kesempatan mendapatkan nilai. Itu 'tapi' yang harus kamu tahu." Dengan kalimat itu, Feli ditinggal sendirian di kelas.

Feli mengembuskan napas kesal sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Semua temannya sudah menghambur meninggalkan kelas sejak delapan menit lalu, dan kini dia sedang mendengarkan suara kelatuk sepatu guru fisikanya yang semakin menjauh. Tidak ada cara lain untuk mengatasi semua ini selain dengan mengerjakan soal-soal fisika yang aduhai sulitnya. Harus.

Feli bangkit dari kursinya, pergi menuju lemari kelas, membuka-buka tumpukan buku di dalamnya, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya mengerjakan PR fisika—catatan kakak kelas, buku teks dengan jawaban, atau apa saja. Tapi lima menit sudah lewat dan dia tidak menemukan apa-apa di sana. Kini Feli yakin dia benar-benar harus menghadapi semuanya seorang diri. Ketika Feli bergerak kembali menuju bangkunya, sepintas lalu dia melihat keluar melalui jendela dan di sana, di seberang jalan, berdiri satu sosok berbaju hitam di dekat tiang listrik.

PEMULUNG ITU!

Terkejut, Feli merasakan jantungnya serasa copot dan melompat keluar. Feli merunduk, mengendap menuju jendela, berdiri pelan-pelan sampai secukupnya untuk mengintip ke luar. Sosok berbaju hitam itu masih di sana, berdiri di dekat tiang listrik, diam mematung. Mau apa pemulung sialan itu di sekolah? Ngapain dia di sana? Apakah dia tahu aku yang melempar kepalanya kemarin? Mustahil! Kalau pun dia tahu, dia masih saja tidak akan tahu di mana aku tinggal, di mana aku sekolah.

Berbagai pertanyaan menyeruak dalam benak Feli, dan tak satu pun ada yang bisa dia jawab. Di luar sana, sebuah angkot lewat, menutupi si pemulung dan tiang listrik untuk sesaat. Lalu angkot kembali bergerak dan pandangannya kembali terbuka: kosong. Tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada pemulung atau siapapun berbaju hitam di samping tiang listrik.

Feli mengembuskan napas lega. Segera dia bangkit dan melangkah menuju bangkunya.

Ada lima soal, dan untuk mengerjakan setiap satu soal membutuhkan waktu hampir sepuluh menit. Setelah mengerjakan tiga soal yang tidak dia yakin apakah jawabannya benar atau salah, Feli memutuskan bahwa dia sudah terlalu lapar, lelah, mengkal, dan muak untuk menyelesaikan dua soal lainnya. Dengan percaya diri, Feli mulai mengawur dua jawaban dari dua soal terakhir. Ya, kau harus percaya diri bahkan untuk melakukan sesuatu yang kau tahu kau ngawur dalam hal itu. Itu bisa membuat awuranmu terdengar sedikit lumayan. Bisa makan sebelum pingsan gara-gara kelaparan adalah lebih utama daripada bersakit-sakit menggarap soal fisika yang sama sekali tidak yakin kebenarannya. Feli membatin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dia MembuntutiWhere stories live. Discover now