XXI

9.9K 1.1K 31
                                    

"Aku berharap jadi pria beruntung yang bisa menemani kamu hingga disisa akhir hayat kita. Aku berharap menjadi pria beruntung yang selalu menjadi tumpuan kamu dan merasa menjadi pria hebat berkat kamu."
-Ranzed Anggakusuma-

"gila aja tuh cowok, style nya sih hypebeast masak pas bayar makanan gue yang nanggung?! Kalau sekali sih gak papa ini udah berkali-kali!!" omel Friga ganas. Mereka—Rere, Friga, Mutiara—tengah melakukan video call.

"dan lagi, katanya dia lupa bawa dompet dan emang nggak punya dompet digital juga. Oh ya Tuhan! Itu alasan apa ngeles sih? Masa benda sebegitu krusial kelupaan? Jadinya gue yang bayar belanjaan dia terus dia ngomong, 'maaf ya yang, entar aku bayar. Kamu tinggal bilang aja nomor rekening kamu.'"cibir Friga, amarahnya terlihat meletup-letup.  "sampai sekarang, uang gue gak ada dibalikin!! Dasar kampret! Empat juta itu udah banyak banget lho, walaupun bonyok gue kaya tapi kan itu hasil  gue kerja keras!" Mutiara dan Rere bisa melihat airmata Friga tengah menggenang, sebentar lagi pasti jebol.

Ponsel Mutiara dibiarkan berdiri di meja rias, ia tengah memakai produk skin care sebelum tidur. Friga terlihat kesal di atas kasurnya yang empuk dan Rere tak bisa berkata apa-apa karena tengah memakai masker.

"terus?"

"muak gue sama alesannya dia. Jangan-jangan tuh yang dia pake, fake semua." tuturnya dengan suara serak

Mutiara sih sudah harap maklum, lagian baru juga pendekatan udah minta bayar-bayar.

"sekarang gimana?"

"tadi, gue ninggalin dia. Niatnya pengen banget mempermalukan dia di depan umum bongkar semua apa yang dia lakuin ke gue padahal baru berstatus gebetan. Tapi gak tega. Gini-gini masih punya hati." keluh nya tak bisa berbuat apa-apa,  dan air matanya tumpah.

"elo pms ya, Fri?" tanya Rere tiba-tiba lalu sosoknya mendadak menghilang dari layar. Ternyata dia pamit ingin membersihkan wajah terlebih dahulu.

Mutiara membuka kalender digital di ponsel nya. Pertengahan bulan. Oh ya, sudah pasti Friga pms.

"iya. Nyebelin banget, perut gue juga sakit pulak."

"ya udah sih Fri, bagus dong kalau kelakuannya udah keliatan sekarang. Artinya Allah sayang sama lo karena lo gak dibuat berdamping dengan orang kek gitu." Mutiara berusaha membesarkan hati Friga.

"nyari yang jelas-jelas aja lah Fri, yang udah lo tau bibit-bebet-bobotnya." tambah Rere setelah cepat-cepat membersihkan wajahnya, sekalian ponselnya dia bawa ke toilet. "gak usah yang muluk-muluk, pake acara nyari cowok bergaya hypebeast segala, pengen di bedain ya sama mantan lo si pengacara kondang itu?" Friga mendelik sekaligus mendengus, tapi Rere tertawa seolah itu hiburan untuknya.

"gak usah ya, bawa-bawa mantan. Biarkan dia jadi cerita masa lalu yang gak bisa di daur ulang."

"ih gak boleh gitu Fri, gitu-gitu Satria manusia bukan sampah non-organik."

Sayup-sayup terdengar suara ibu Friga memanggil, "eh bentar, gue ke depan dulu." pamit Friga, baik Mutiara dan Rere sama-sama mengangguk.

"elo jadi ke Singapura pekan depan, Re?"

"jadi dooongs, elo nanti mau oleh-oleh apa? Pasti gue bawain."

mutiara skeptis. "lo kan di sana mau ikut work show bukannya belanja."

"ya kali seharian penuh nerima materi, ya gak lah. Pokonya gue sama Erik udah atur jadwal shopping."

"Erik temen lo yang gak jadi married itu?"

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now