10 - Kembali

95 8 0
                                    

Kalau masa lalu ada di depan lo terus, kapan lo bisa liat masa depan?

Kayden membuka matanya, matanya langsung menangkap suasana kamar rumah sakit yang lampunya sedikit redup. Aroma rumah sakit langsung memasuki penciumannya, laki-laki itu hendak membenarkan posisi tidurnya namun ia lupa akan jahitan yang belum kering.

"Auh...aduh.."

Galih yang duduk di sebelah brangkar Kayden membuka matanya.

"Kayden, akhirnya lo bangun juga."

Kayden masih sibuk menahan sakit yang menjalar di perutnya.

"Anjir, lo tau gak gue hampir mati gara-gara lo sekarat banget dibawa kesini,"

"Udah gitu lo kayak berkomunikasi sama Shakira tau gak? Gue takut banget waktu itu."

Kayden menyipitkan matanya, "Gue ngomong sama Shakira?"

"Gue panik sepanik-paniknya orang paling panik."

"Gue ngomong apaan?"

"Aku kesana, Ra. Gue dari lo ngomong kayak gitu udah panik banget, lo mulai susah nafas makin paniklah gue. Luna nyampe nangis tau gak?"

Kayden baru ingat sesuatu, "Luna mana?"

"Luna? Dia di kamar Papanya, lo gak tau yah? Papanya juga kena tembak sama si Bangsul. Gue udah capek banget astaga, tidur lagi aja boleh gak?"

Kayden bangun dari posisinya, "Dimana kamarnya?"

"Lah, jangan bilang lo mau nyusulin tuh cewek! Kayden lo gak mikirin temen lo ini apa? Yang teriak-teriak manggil ambulans!"

"Udah tinggal jawab aja dimana kamarnya!"

"Heh Zaferino! Lo sekarat empat jam yang lalu, udah diem di kamar istirahat!"

Kayden mendelik, "Bodo amat gue cari sendiri kalau gitu."

Baru saja laki-laki itu hendak turun. Seseorang membuka pintu, Galih dan Kayden sama-sama menengok. Figur seorang perempuan dengan jas putih memasuki ruangan.

Kayden menepuk dahinya, "Lo nelpon Kakak gue?"

Galih menggeleng kuat-kuat.

"Gue yang nanganin lo, Dek. Buat yang kedua kalinya," Ucap Kayla dingin dan tanpa ekspresi.

"Dan gue udah gak sekaget dulu lagi liat lo dibawa kesini bersimbah darah, susah nafas, dan mulai halusinasi."

Kayden dan Galih sama-sama diam, Galih bahkan tidak sadar kalau ia membawa sahabatnya itu ke rumah sakit tempat Kakaknya bekerja.

"Lo inget perjanjian apa yang lo bikin?"

Kayden menghela nafasnya, "Kak, ini gak ada hubungannya sama kerjaan. Ini murni nolongin orang."

"Gue gak bego ya, Dek. Gue liat sendiri cewek yang lo tanganin kasusnya dateng sama lo sama Galih. Kenapa tiba-tiba dia ada sama lo kalau bukan masalah kerjaan?"

"Pokoknya kalau lo udah sembuh, gue sendiri yang nganterin lo ngirim surat pengunduran diri lo."

Kayden mendelik dan menahan tangan Kakaknya itu, "Gue udah bikin perjanjian sama keluarganya cewek itu, gue juga punya sumpah pengacara kayak lo punya sumpah dokter. Gue gak bisa berhenti sebelum kasus ini selesai."

Kayla menatap tajam mata Adiknya, "Fine, kasus ini selesai kerjaan lo sebagai pengacara juga selesai. Ngerti lo?"

Kayla menyingkirkan tangan Kayden dari tangannya lalu berlalu pergi.

I Law YouWhere stories live. Discover now