Surat Seorang Ibu untuk Anak Perempuannya

1.2K 258 29
                                    

Bagaimana kabarmu, Anakku?

Barangkali ini surat yang tak perlu, tapi janganlah dibiarkan berlalu. Sebab, Anakku, ada hal-hal yang tak patut kamu ketahui, ada desas-desus yang tak guna kamu cermati, tapi ada pula ihwal-ihwal yang perlu kamu khidmati supaya kelak kamu bisa memegang kendali.

Atas hidupmu sendiri.

Begini, ada hal-hal yang tak bisa Ibu utarakan langsung. Mungkin karena canggung, usiamu tanggung, atau khawatir kamu terlalu bergantung. Tapi, Anakku, perempuan yang paling kusanjung, ketahuilah beberapa hal ini agar kamu sesedikitnya ulung.

Kamu, kita, sebagai perempuan, takkan pernah bebas. Betapa pun banyaknya penyimpangan yang berupaya kita tebas.

Janganlah terkejut, Anakku, ketika kita dianggap sebagai makhluk kelas kedua yang tak bernalar dan tak pantas terpelajar.

Janganlah ciut, Anakku, ketika orang-orang menilaimu semata dari parasmu.

Janganlah kalut, Anakku, ketika lelaki hanya memandangmu dari ukuran kantung susumu.

Jangan pula takut, Anakku, ketika lelaki
—pula perempuan-perempuan lain—hanya menganggapmu layak bila pandai memasak serta beranak pinak.

Sebab Anakku, Ibu tak pelak terkejut, ciut, kalut, pula takut tatkala ihwal-ihwal itu tersadari dan memberi sebanyak-banyaknya kemelut. Tak peduli Ibu berupaya merajuk, mereka tetap bersikeras menghasut. Ibu tengara, Ibu terima, Ibu paksa terbiasa.

Ibu telah kalah, tapi kamu, Anakku, adalah kemenanganku.

Begini, Nak.

Ibu tidak pandai berkata, tidak lihai memberi pertanda. Tapi yang Ibu yakini, setelah dengan egois membawamu ke dunia ini, kamu bisa berdiri sendiri. Tanpa pria. Tanpa lara. Tanpa hina sia-sia yang justru akan menyeretmu ke prahara.

Kamu bisa.

Hal-Hal yang Patut DicibirWhere stories live. Discover now