"Saya menjadi tutor?"
"Iya Ririn, kamu mau kan?"
"Tapi bu, saya-"
"Tenang saja Ririn, kamu itu anak yang pintar, ibu tau kamu pasti bisa. Kamu mau kan?" Ucap Bu Sooyoung, wali kelasku.
Namaku Han Ririn dan sekarang aku sedang berada di ruang guru. Bukan karena aku terkena masalah atau bagaimana, tapi karena aku disuruh Bu Sooyoung mengikuti progam tutor sebaya.
Padahal aku sudah pernah mengikuti progam ini saat masih SMP.
Aku hanya bisa menghela nafasku, "Baik bu, ngomong - ngomong siapa yang akan saya tutor?" tanyaku dengan sopan. Aku berharap agar mendapatkan orang yang kukenal.
Karena berbicara dengan orang baru itu sangatlah melelahkan.
Bu Sooyoung tersenyum mendengar persetujuanku, "Kamu akan menutor tiga orang. Lee Jihoon dari kelasmu, Park Seulmi sahabatmu, dan satu lagi Kwon Soonyoung." Kwon Soonyoung? Si Hoshi? Anak itu lagi?
Jihoon dan Seulmi tidak masalah, tetapi Hoshi?! Jujur saja aku sudah muak dengannya karena saat SMP dulu ia adalah orang yang aku tutor.
Dan itupun ia sering tidak datang.
"Ririn kamu dulu pernah menjadi tutornya Soonyoung kan? Saya harap kamu bisa menutornya lagi ya. Hanya untuk satu semester ini ok? Kamu boleh pulang." Ucap Bu Sooyoung.
Aku keluar dari ruang guru dan kembali ke kelasku untuk mengambil tasku. Seperti yang kuduga, kelas ini sekarang sudah kosong.
Aku mengambil tasku dan segera keluar menuju ke gerbang sekolah. Seketika ada seseorang yang memanggilku, membuatku menghentikan langkahku.
"Rin! Kok lo baru pulang?" Tanya orang yang baru saja memanggilku.Lee Jihoon, biasanya dipanggil Woozi atau Uji. Dia adalah sahabatku sejak aku masih kecil. Dia senang bermain alat musik, membuat musik, dan menyanyi.
Tingginya 165cm, sama sepertiku. Memang dia pendek untuk seukuran laki-laki, tapi ia sangat populer di kalangan para wanita. Selain tingginya yang menggemaskan, mukanya sangatlah tampan. Bahkan sekilas mirip dengan Suga personil boyband BTS.
"Hm, Jihoon. Baru saja gua dipanggil oleh Bu Sooyoung ke ruang guru." jawabku padanya yang sekarang berjalan di sebelahku.
"Hah buat apa?"
"Gua dipaksa ikut progam tutor. Lagi."
Mukanya menjadi kebingungan, ya pada dasarnya ia tahu hampir semuanya tentangku karena dia sudah berada bersamaku sejak kecil.
"Emang siapa aja yang bakal lo tutor?" tanyanya setelah itu.
"Lo-"
"Sudah kudagu, nilai gua nurun soalnya." potongnya.
Hmm jika dikipir lagi, Jihoon kan nilainya bagus-bagus aja semester lalu? Napa tiba-tiba nurun?
"Sejak semester dua gua sibuk nyiapin buat persiapan masuk agensi Rin. Makanya nilai gua nurun." Dih, dia baca pikiran gua?
"Yaudah gua masuk dulu ya Ji." ucapku ketika kita sudah sampai di depan rumahku.
"Eh, bentar Rin. Emang yang lo tutor cuma gua?" ucapnya menghentikan kegiatanku yang sedang membuka kunci pagar rumahku.
"Hmmm... Ada Seulmi ama Temen lo si Soonyoung juga sih." jawabku lalu melanjutkan membuka gerbang. "Kalo gitu gua masuk dulu ya, bye."
"Eh Rin, nanti gua mampir ya!" teriak Jihoon.
"Ya." balasku lumayan keras supaya ia dapat mendengarnya.
Dia memang begitu protektif terhadapku dan itu membuatnya sangat menggemaskan.
Sungguh dia sudah seperti kakakku sendiri.
***
"Rin, tugas bahasa inggris gua, Rin. It's the death of me. Huhu." tangis sahabatku yang sedang berada di rumahku sekarang ini. Lebih tepatnya ia sedang duduk di counter dapur rumahku.
Shin Minyoung, sahabatku sejak Sekolah Dasar. Berbeda dari Jihoon, bisa dibilang ia yang paling dekat denganku. Walau aku mengenal Jihoon terlebih dulu darinya, tetap saja Minyoung lebih dekat padaku. Secaranya kami ini sama-sama perempuan.
"Paan sih, dateng-dateng ngerengek mulu." jawabku sambil memasak untuk makan malam.
"Gua sekelompok ama si Wonwoo Rin!" katanya membuatku menghentikan kegiatanku sejenak terus melanjutkannya lagi.
"Hm, iya terus?" Balasku singkat.
Wonwoo bilang dia mau pepet Minyoung tahun ini, gercep bener perasaan.
"Ya harus gimana dong gua, Rin?! Beneran ini krisis terbesar dalam satu tahun setengah gua di SMA!" hadeh si muka melas.
"Yaudah sih, Young. Jalanin aja napa, sekalian pepet gih." balasku dengan santai sambil memindahkan makanan yang telah kumasak ke dua piring kosong.
"Gak gitu juga Rinnn. Kan gua kaga siap kalo berduaan ama dia dikamar gua ngerjain tugas gitu." omelnya lagi.
Aku menghela nafasku lalu menaruh salah satu makanan yang kubuat di depannya. Dan aku menaruh bagianku sendiri dan duduk didepannya.
"Yaudah, tinggal kerja di ruang tamu aja apa susahnya sih?" ucapku dan mulai menyantap spaghetti yang kubuat.
"Ga bisa, ada si Bacot." ucapnya sebelum menyantap spaghetti miliknya.
Bacot, dalam arti lain Shin Minjung. Adik perempuan dari seorang Shin Minyoung. Memang hobinya membacot, sampai-sampai Minyoung yang mendengarkannya setiap hari menjadi risih.
Itu kenapa ia berada di rumahku sekarang, orang tuanya tidak ada dirumah. Dan ia tidak ingin berduaan saja dengan adiknya dirumahnya.
"Ya udah, mau dimana lagi. Masa di kolong jembatan deket rumah lu itu."
"Ha... Gimana ini..."
Singkat cerita, Jeon Wonwoo dan Shin Minyoung mereka saling menyukai satu sama lain sejak kali pertama mereka bertemu di kelas 10.
Halangan mereka hanya satu, mereka tidak peka. Dan ketidak-pekaan mereka sangatlah parah.
Setelah selesai makan, Minyoung langsung pulang. Dan sebelum ia pulang tadi ia sempat bertemu dengan Jihoon di depan rumahku.
Dan sekarang disinilah aku dan Jihoon, di dalam kamarku. Seperti biasa kami bersantai-santai saja, sambil membahas tugas kelompok bahasa inggris kami.
"Jadi, mau apa? Prancis, Jerman, Russia?" tanyaku kepada Jihoon yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di kamarku. Sedangkan aku sedang duduk di kasurku dan bersandar pada tembok.
"Hm... Korea? Kan lebih gampang kalo negara sendiri." ujarnya yang terfokus pada HPnya.
"Oh, bolehlah. Ngomong-mgomong napa tuh muka? Ngeliatinnya serius amat."
"Hm? Oh ini, anak-anak Seventeen pada ngebacot."
"Yaelah kirain serius. Ternyata."
"Serius nih, tumben-tumbenan si Wonwoo sama Jun tengkar di group DM." Ucapnya yang masih terpaku pada HPnya.
"Bodo." balasku dengan singkat.
Ok mungkin aku salah jika bilang dia dewasa, karena seringkali ia menjadi sangat kekanak-kanakan di depanku.
Mungkin aku salah, ternyata benar dia lebih baik menjadi adikku daripada kakakku. Sesuai dengan umur kami.
Jadi sebenarnya dia itu apa bagiku?
***
Jeng jeng jeng Chapter 1 yey 🎉
Kalian udah pada main SSPledis belum? Gw SSPnya malah gak bisa jalan sama sekali huhu :")Jangan lupa streaming Home ya gaes!
~Rii✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me, Save You | Kwon Soonyoung
Fanfiction"Kenapa sih gua harus berurusan lagi sama lo?" "Itu justru kalimat gua."