14. Cemburu?

7.7K 572 51
                                    

Annyeong:)
Maraton updatenya terpaksa dibatalkan karna salah saya. Iya salah saya, yang malah maraton nonton jurnalrisa dari kemarin sore cem nonton drama korea: (

Tapi TSW akan tetap Update minggu ini,nggak akan kelempar jadi minggu depan kok:)

******

Rahma menundukkan kepala.

Merasa bersalah sekaligus kehilangan nyali untuk menatap manik milik suaminya.

Meskipun dingin dan menyeramkan adalah gambaran paten tentang siapa lelaki itu, namun kali ini, rahma dapat merasakan yang berkali-kali lipat darinya.

Rahma masih ingat betapa tajam dan menusuknya tatapan milik suaminya beberapa menit lalu.

Saat lelaki itu tiba-tiba datang, dan tanpa perlu mengatakan apapun langung menarik kasar tangnnya, membawanya menjauh.

Ia dibawa masuk ke dalam mobil.
Lalu didiami begitu saja.

Suaminya memang tidak mengatakan apapun, namun rahang dan kedua matanya melukiskan dengan jelas sebuah amarah.

Amarah yang masih tidak bisa ia pahami apa sebabnya.

"Mas- "
Setelah menimbang-nimbang, dengan kedua tangan yang meremas ujung pakaian, akhirnya rahma memberanikan diri untuk bersuara.

Rahma tidak bisa terus diam dan menyaksikan amarah sang suami.
Ia bersumpah, lebih baik jika lelaki itu memaki atau mengucap kalimat kasar kepadanya daripada hanya diam dan membuatnya takut sekaligus kebingungan.

Lelaki itu tidak memberikan respon apapun, masih tampak fokus dengan jalan raya, bersikap seolah tidak pernah mendengar suara rahma.

"Mas.., Maaf.. "
Rahma tidak tau apa salahnya, apa yang telah ia lakukan sehingga membuat suaminya marah besar. Yang ia tahu lelaki itu sedang marah padanya. Dan sebagai seorang istri, rahma memang harus meminta maaf karna telah membuat suaminya marah.

"Mas.. "
Rahma masih tidak menyerah, terus memanggil lelaki itu dengan hati-hati.

Jika harapannya paling tidak lelaki itu akan menoleh padanya, namun ternyata tidak sama sekali.

Masih dengan fokusnya dengan jalan raya, lelaki itu akhirnya berkata,

"Diam atau turun "
Suara lelaki itu datar, namun terdengar seperti ancaman yang mematikan jika dilanggar.

Rahma memilih diam, kembali menundukan kepala.

Kali ini dengan tetes-tetes yang mulai membasahi kedua pipinya.

*******

Rahma sedang membeli kebutuhan bulanan di mini market.

Dengan langkah pelan ia berjalan sambil mendorong troli, mengalihkan pandangan ke sana kemari untuk mencari-cari apalagi yang perlu ia beli.

sama seperti bulan lalu, Rahma sendirilah yang berbelanja kemari. Nadia hanya menyerahkan daftar kebutuhan khusus miliknya dan melimpahkan semua kebutuhan lainnya pada rahma.

jika bulan-bulan lalu rahma masih bisa melakukannya dengan mudah, namun sekarang sudah tidak lagi.

kandungannya yang sudah berusia enam bulan membuatnya sedikit kesusahan berjalan ke sana kemari, belum lagi nanti ia harus membawa kantung plastik dengan berat yang jika dijumlah mungkin akan mencapai 10kilogram. pekerjaan yang tidak mudah dan pastinya melekahkan.

rahma menghentikan langkah ketika ia sampai di hadapan rak susu.

berjinjit untuk meraih kotak susu yang ingin dibelinya, yang terletak di bagian rak paling atas.

Kamu akan menyukai ini

          

Meskipun sudah berjinjit dengan setinggi-tingginya namun kotak susu itu tidak juga bisa diraih olehnya.

rahma mengeris, memegangi pinggangnya yang mendadak terasa sakit. sebenarnya sakit pinggang ini memang sudah sering kali ia rasakan, terlebih saat usia kehamilannya semakin bertambah, namun tetap saja rasa sakit itu akan jadi salah satu yang paling menyiksa selama kehamilan.

"tinggi sekali raknya ya nak? atau ibu yang terlalu pendek? "

rahma tersenyum sekilas. memasang dasi suaminya saja ia harus berjinjit ekstra, apalagi meraih sesuatu yang sedikit lebih tinggi dari lelaki itu? mustahil.

karna tak ingin memaksakan keadaan, akhirnya rahma mengambil sekotak susu di rak yang tidak terlalu tinggi. meskipun ia tidak bisa mendapat varian yang ia mau, namun setelah dipikir-pikir lagi tidak penting apa variannya, yang penting nutrisinya sama.

Rahma kembali mendorong trolinya, namun baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya dihentikan oleh sebuah suara.

" pendek itu tidak enak kan, hm? "

rahma langsung menoleh ke belakang, mendapati seorang pria yang sedang bersandar di tepi rak, sambil terkekeh pelan.

"dim-dimas? "

jika rahma tampak kaget, lain halnya dengan pria itu, ia tampak santai dengan senyum yang lebar.

"ya, ini aku, rahma, selalu tinggi dan kau tetap saja pendek "

"dari mana saja? "
jika dulu rahma akan memukul atau menjambak ketika lelaki itu meledeknya, kali ini rahma malah tidak mengindahkan ledekkannya sama sekali.

"aku?
setelah lulus smp, keluargaku pindah ke bandung "

"kenapa tidak pernah ada kabar? "

rasanya sulit untuk dipercaya, ketika rahma berjumpa lagi dengan dimas setelah 8 tahun lamanya.
Dimas adalah sahabatnya sekaligus juga musuhnya, mereka dulunya bertetangga, tumbuh bersama, tapi tidak bisa berhenti bertengkar saat bersama.

"pernah mencari kabarku, hm? "

Rahma menggelengkan kepalanya pelan. ia memang tidak pernah mencari, namun selalu menunggu.

"kau tidak akan mendapat apa-apa jika tidak pernah berusaha menjemputnya rahma "

lelaki itu tersenyum masam sekilas, sebelum akhirnya meraih kotak susu yang sempat berusaha untuk rahma raih, meletakkannya di dalam troli rahma

"siapa? "

"s-siapa? "
rahma malah balik bertanya, tidak mengerti apa maksut dari lelaki di hadapannya.

"suamimu "

" mas nazar "

" siapa? "

"nazar aiden "

"pilihan atau dipilihkan? "

"dipilihkan "

"kau mencintainya? "
rahma terdiam sejenak, merasa ada yang rancau dengan keadaan ini. mengapa semua tidak seperti dulu saja? saat mereka harus berdebat tentang nama-nama planet atau saat berebut ayunan? dulu perdebadatan itu terasa menyenangkan pada akhirnya, tidak seperti sekarang. canggung dan mendebarkan.

"sangat "
Bicara soal cinta atau tidaknya ia dengan lelaki itu, jawabannya sudah pasti seratus persen 'ya'.  ya, rahma sangat mencintai lelaki dingin itu. sangat sangat mencintainya hingga tak pernah ia perdulikan betapa besarnya konsekuensi karna mencintai lelaki bernama nazar itu.

𝑶𝒖𝒓 𝑯𝒖𝒔𝒃𝒂𝒏𝒅 (𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang