"Lowongan pekerjaan Jogja 2014"
"Lowker Yogyakarta 2014"
"Career perusahaan Jakarta 2014"Sepanjang penghujung tahun 2014, kata-kata itu yang sering menjadi kata kunci Gendhing ketika berseluncur di mesin pencarian google. Selepas rutinitas pekerjaan, disetiap kesempatan selalu berusaha mencari tempat peraduan yang lebih baik. Mungkin itu syarat yang harus dia penuhi agar bisa mendapatkan Arunika.
"Semua ada proses. Yang kamu inginkan sekarang belum tentu tercapai sekarang"
Mungkin petuah orang jaman dulu ini benar adanya. Semakin Gendhing mencari pekerjaan, semakin berat kepalanya karena tak ada satupun lamaran yang dia masukkan ke berbagai perusahaan bersambut.
"Kalau mau perang ya berangkat aja dulu ke medan perang. Jangan menyerah padahal belum berangkat. Hasil akhirnya kamu bakal menang apa kalah dalam perang sudah ada yang mengatur"
Prinsip hidup itulah yang selalu dipegang teguh oleh Gendhing. Kenapa dia bersikukuh untuk mencari peluang pekerjaan yang lebih baik. Pantang menyerah sebelum kalah.
Sampai akhirnya Gendhing menyerah juga. Dua minggu lagi Arunika menerima janji suci dari Tomo. Tak mungkin ada perpanjangan waktu untuk Gendhing.
Berakhir sudah semuanya.
Berakhir sudah semuanya.
Berakhir sudah semuanya.
Berakhir sudah semuanya.Tak semudah itu akan berakhir kalau semesta belum mengizinkan. Kalau orang-orang berpikir hubungan Gendhing dan Arunika bakal berakhir saat itu juga memang tak ada yang salah. Seharusnya memang begitu. Bahkan Gendhing pun berpikiran demikian. Sudah tak ada yang bisa diharapkan dari hubungannya bersama Arunika.
"Gendhing, aku gak bisa sama Tomo. Aku gak bisa. Aku pengen sama kamu. Aku pengen balik ke Jogja. Aku kangen kamu", tangis Arunika pecah saat melakukan panggilan video bersama Gendhing. Belum ada sebulan dari pernikahannya.
Tak bisa berkata-kata. Gendhing diam seribu bahasa. Setiap hari Arunika selalu terhubung melalui panggilan video, telepon, pesan singkat. Atau aplikasi apapun yang bisa untuk berkomunikasi dengan Gendhing. Arunika sudah tak di Jogja lagi semenjak menikah.
Kepulauan Riau menjadi tempat peraduan Arunika. Dia hanya ikut Tomo yang berdinas disana. Tak ada kegiatan, tak ada pekerjaan, tak ada keluarga, tak ada teman, di daerah yang baru, sepi dan jauh dari mana-mana membuat Arunika semakin memikirkan Gendhing. Hubungan dengan Tomo pun semakin memburuk. Hingga akhirnya Tomo melaporkan perilaku Arunika yang masih suka mencuri-curi waktu untuk berkomunikasi dengan Gendhing ini ke bu Tyas, ibunda Arunika. Makin runyam keadaan.
Telepon Gendhing bergetar di kantong celana saat Gendhing tengah disibukkan dengan peliputan dengan narasumber. Dari Pak Salman, ayah Gendhing. Sesaat telepon tersebut mati sebelum Gendhing sempat menjawab. Tak kurang dari semenit, telepon berdering lagi.
"Gendhing, dimana? Hari ini pulang jam berapa?", kata pak Salman melalui sambungan telepon.
"Malem mungkin pak. Diatas jam 9an lah kayak biasanya. Ini masih kerja soalnya, trus abis ini mesti ngirim berita dulu", jawab Gendhing.
"Maghrib udah sampe rumah ya kalo bisa. Bapak dan ibuk pengen ngobrol sama kamu", ujar pak Salman dengan nada memohon.
Tepat Adzan Maghrib berkumandang, Gendhing tiba di rumah. Saat melintas ruang tamu, Gendhing melihat ada beberapa gelas minuman bekas disajikan. Ada tamu sebelum Gendhing pulang.
"Oh, barusan ada tamu. Mungkin tetangga atau saudara yang barusan datang", pikir Gendhing dalam hati.
"Siapa yang barusan ke rumah Pak?", tanya Gendhing kepada ayahnya yang bersiap menunaikan ibadah sholat Maghrib.
"Udah, kamu bersih-bersih trus sholat Maghrib dulu. Nanti bapak ceritain", jawab Pak Salman.
"Tadi sore ibunya Arunika datang ke rumah. Dia cerita semua. Tentang kamu dan Arunika", ucap pak Salman memecah malam itu, seperti ada petir yang menyambar kesadaran Gendhing.
Betapa tidak? Semenjak Arunika akan menikah dengan Tomo, Gendhing seakan menutup diri tentang kehidupan pribadinya dengan siapapun. Tak terkecuali dengan kedua orang tuanya. Semua dipendam sendiri, mencoba diatasi sendiri. Meskipun sebenarnya tak mampu.
Sukma yang merupakan teman dekat Gendhing pun tahu cuma sebatas kulitnya saja. Isinya tak semua diceritakan ke Sukma. Selalu merasa kuat dengan bersembunyi dibalik senyum palsu.
"Arunika sudah menikah. Biarkan dia bahagia dengan pria pilihannya. Kamu gak usah ganggu dia lagi", ucap bu Farah menambahi saat Gendhing masih terdiam tak menyangka kedua orang tuanya bakal tahu tentang kehidupan romansanya.
"Kalaupun Arunika memilih kamu. Biarkan dia memilih tanpa campur tanganmu. Kamu jangan ada di pusaran itu. Ibu gak masalah dengan status janda yang akan tersematkan ke diri Arunika kalo dia memang memutuskan untuk cerai dan milih kamu", ucap bu Farah yang memberondong nasehat kepada Gendhing yang sedari tadi terdiam.
"Janji ya sama ibu. Setelah ini jangan ada komunikasi lagi sama Arunika. Beri dia waktu untuk dirinya sendiri", tambah bu Farah.
Siapa sih yang tak ingin membahagiakan orang tuanya? Memberikan sesuatu yang membanggakan kepada orang tua? Namun hari ini bisa dibilang sebagai hari terberat dalam hidup Gendhing. Melebihi kenakalannya saat waktu sekolah yang sering menjadi langganan dipanggil guru BK di sekolahnya. Dari merokok di sekolah sampai terlibat tawuran dengan sekolah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU, KAMU DAN KATA-KATA
RomanceAda kata-kata diantara aku dan kamu. Sebuah cerita tentang cinta, harapan dan kekecewaan yang awalnya teramat sangat. Namun, kemudian luka yang berasal dari rasa kecewa itu sendiri yang akhirnya menguatkan.